Helena duduk seorang diri di sebuah kamar gelap. Tidak ada seorang pun yang diperbolehkan masuk.
Tidak ada sepatah kata pun yang terucap dari mulutnya. Helena diam dengan ekspresi datar. Akan tetapi, matanya terus mengalirkan bulir-bulir kesedihan.
Hatinya remuk. Namun, sebagai seorang ratu, Helena tidak bisa membagi kesedihannya dengan siapa pun. Karena itu sama halnya dengan membongkar aib kerajaan.
Kedua sudut bibir Helena terangkat, menciptakan garis lengkung. Sebuah senyuman yang justru semakin membuat dirinya terlihat sangat memprihatikan.
Tangan wanita itu terulur menghapus sisa-sisa air mata di pipinya. Lalu Helena segera bangkit untuk membasuh wajahnya agar tidak tersisa jejak kesedihan di sana.
***
"Salam, Yang Mulia Ratu," sapa beberapa pelayan yang berpapasan dengan Helena.
"Gil, apa Madelyn sudah tidur?" tanya Helena kepada pengasuh anaknya.
"Tuan Putri sudah tertidur, Ratu" jawab Gil seraya tetap menunduk.
"Kau ikut aku. Ada beberapa hal yang ingin kubicarakan," titah Helena seraya berlalu dari sana.
Gil tidak berani membantah. Wanita paruh baya itu mengangguk patuh lalu bergegas mengikuti Helena.
***
Langkah kaki Helena terhenti ketika mereka sampai di taman belakang istana. Gil masih diam. Dia tak akan berani untuk bertanya lebih dahulu.
"Tinggalkan kami berdua!" titah Helena.
Beberapa prajurit yang memang tengah berjaga langsung membungkuk hormat. Lalu mereka semua bergegas pergi dari sana.
Helena berbalik menghadap pada bawahannya tersebut. Kedua tangan sang ratu terlihat disilangkan di dada.
Wajah Helena menyiratkan kegundahan dan pemikiran mendalam. Namun, sang pelayan yang menunduk jelas tak melihatnya.
"Gil, berapa anakmu yang perempuan?" tanya Helena.
"Saya memiliki dua anak perempuan, Yang Mulia," jawab Gil tersirat kekhawatiran.
Helena tersenyum walau samar. "Berapa usia mereka?"
"Anak terakhir saya yang paling kecil baru berusia satu tahun, Yang Mulia. Sedangkan kakaknya tujuh tahun," jelas Gil.
Helena tampak berpikir sejenak, lalu berkata, "Besok aku akan menyuruh pengawal untuk menjemput putrimu yang tujuh tahun itu."
Mata Gil terbuka lebar. Wanita paruh baya itu langsung bersujud di depan Helena.
"Ampun, Yang Mulia, jika saya salah tolong hukum saya saja. Kasihan anak saya masih kecil dan belum mengerti apa pun ...."
"Bangunlah, Gil!" titah Helena yang langsung dilaksanakan oleh bawahannya itu. "Aku tidak berniat menghukum. Anakmu akan tinggal di sini untuk menemani dan melayani Madelyn. Dia harus bisa menjadi teman putriku dan menghiburnya agar tidak kesepian."
Gil semakin terkejut mendengar penjelasan dari Helena. Namun, mulut wanita itu bungkam. Dia tidak berani menjawab apa lagi membantah ucapan ratu.
"Tapi ingat! Kau harus memberi anakmu pengertian. Dia harus tetap paham dengan batasan dan perbedaan status. Dan, jika dia membawa pengaruh buruk aku tidak akan segan-segan menghukumnya."
Kekhawatiran semakin menguasai Gil. Bagaimana pun juga, kasih sayang seorang ibu tak terbatas. Dia jelas sangat tidak rela jika sampai anaknya dihukum. Namun, statusnya yang hanya pelayan membuat Gil tidak bisa berbuat banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUARDIAN: The Queen's Destiny
FantasyGenre: Fantasi, Dark Romance 18+ Madelyn adalah putri tunggal yang merupakan pewaris tahta dari Kerajaan Zalvart. Dia adalah gadis yang periang dan penuh kasih. Madelyn sangat mencintai rakyatnya, begitu juga rakyat yang menyayangi gadis itu. Keraja...