rahasia

33 2 1
                                    

Selamat malam.

Maaf aku tidak bisa menemanimu makan malam kali ini. Sedikit urusan mendesak aku untuk lembur malam ini.

Tapi, tak perlu khawatir. Aku sudah membeli sebungkus nasi goreng di jalan sebelum pulang tadi. Kau jangan lupa makan malam juga ya.

Sebenarnya sebungkus nasi goreng ini tidak akan membuatku kenyang, namun opsi memasak juga bukan pilihan baik untukku yang sudah bermusuhan dengan dapur.

Huft— bagaimana jika kau ada di sini? Pasti sekarang aku sudah duduk di meja makan, bersamamu, sambil menyantap sup iga buatanmu.

Nyaman rasanya.

Namun, hanya lewat di benak saja. Lantas, kini aku mengandaikanmu tiba-tiba hadir di depan pintu rumahku. Sambil membawa rantang makanan untukku.

Tapi, itu bukan perandaian yang akan terwujud detik ini. Tak apa. Aku tetap suka jika menghabiskan heningku sendiri. Ditemani beberapa lagu milik Hindia juga Nadin Amizah.

Dan apa kau tahu?

Apa yang aku suka ketika malam datang?

Rahasianya.
Mereka punya banyak rahasia.

Rahasia yang akan berbuah jadi cemas dan gelisah untuk beberapa pertanyaan-pertanyaan yang datang.

Kemana para pengendara itu mengistirahatkan raga mereka? Kemana para pejalan kaki itu mengistirahatkan kaki-kaki mereka? Kemana laju mobil itu pulang? Lantas kemana perginya para pengamen yang mulai meninggalkan lampu merah ibu kota?

Atau, di dalam kamarku ini. Kemana perginya jejak-jejak seharian yang tak kulihat? Kemana cerita-cerita mereka ketika seharian ini aku tak ada? Mereka diam. Tak pernah menceritakannya padaku. Namun, mereka jadi saksi. Ketika jendela kamarku tiba-tiba saja terbuka saat aku baru sampai di kamar. Ketika aku melihat plafon kamar yang sudah bahas selepas hujan deras di luar.

Aku juga tak pernah mendesak mereka menceritakannya. Sebab beberapa cerita lebih baik dirahasiakan saja.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 07, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ini Sebuah Tempat SinggahWhere stories live. Discover now