V - In one day

449 47 2
                                    






Panik. Satu kata yang cukup untuk menggambarkan perasaan pemuda itu. Berkali-kali dia coba menghubungi adiknya melalui ponselnya, tapi dia tidak mendapatkan respon apapun.

Malam semakin larut tapi dirinya tidak menemukan tanda-tanda adiknya di manapun. Dia sudah mencari ke berbagai tempat dan yang dia temukan hanyalah kacamata milik adiknya yang tergeletak di pinggir sungai.

Beberapa orang yang dia percaya sudah dia kerahkan, tetapi belum membuahkan hasil sampai saat ini.

Raut khawatir terlukis dengan jelas di wajahnya. Pikiran akan hal-hal buruk segera memenuhi kepalanya, dirinya tidak bisa tenang sama sekali.

Dia khawatir terjadi sesuatu kepada adiknya itu.

——🔸🍁📱👓🌃❄️🔹——

Aku membuka mataku dan langit-langit kayu sebuah ruangan segera menyambut ku. Aku ingin melihat sekelilingku, tapi kepala ku terasa sangat nyeri dan pusing. Nafasku terasa berat dan aku bisa merasakan peluh di sebagian tubuhku. Pandanganku serasa tidak fokus.

Sepertinya aku pingsan lagi. Tapi dimana aku sekarang? Ini bukanlah rumahku. Pukul berapa sekarang?

Mataku menelusuri tempat ini untuk mencari jam atau setidaknya jendela. Tidak ada jam, tapi aku melihat jendela di dekatku. Langit malam terlihat cukup jelas di sana. Tunggu! Sudah malam? Kakak  dan orang di rumah pasti khawatir.

Ku paksakan tubuhku untuk bergerak, tanpa menghiraukan rasa nyeri di kepalaku yang semakin parah. Aku harus segera pulang. Aku tidak ingin mereka bertambah khawatir dan memaksaku untuk tetap berada di rumah.

Tubuhku rasanya masih lemas. Aku mencoba berjalan dengan bertumpu pada benda-benda yang ada di dekatku. Aku benar-benar berharap tubuhku bisa bekerjasama, tapi tidak semudah itu. Tubuhku sepertinya memang tidak bisa bekerjasama.

Kepalaku kembali nyeri dan lebih parah dari sebelumnya. Seketika tenagaku rasanya hilang begitu saja. Aku jatuh terduduk dengan kedua tanganku berada kepalaku, merematnya dengan kuat, berharap itu bisa mengurangi rasa nyeri di kepalaku.

Tapi hasilnya percuma, sekuat apapun aku meremat kepalaku, itu tidak membantu sama sekali. Suara yang timbul ketika aku jatuh cukup keras untuk terdengar ke seluruh bangunan ini, yang kemungkinan adalah rumah. Mungkin karena suara itu juga, orang yang ada di rumah ini bergerak mengecek ke sini.

Aku bisa merasakan getaran dan suara langkah kaki seseorang yang tengah menuju kesini. Hanya itu yang aku tahu, karena setelahnya pandanganku menjadi hitam. Aku kehilangan kesadaran ku untuk yang kedua kalinya.

——🔸🍁⌚🌃🪟❄️🔹——

Aku membuka mataku dan langsung disambut oleh sinar matahari yang cerah, yang sontak membuat ku mengarahkan telapak tangan ku untuk memblokir cahaya matahari yang ada. Aku ingin tahu bagaimana matahari bisa bersinar cerah di penghujung musim gugur.

Yang lebih penting, aku pingsan lagi? Dimana Anee-san dan yang lainnya? Aku tidak pingsan di tengah jalan 'kan?

Ketika pikiran ku bergelut dengan beberapa pertanyaan, cahaya matahari yang cerah terasa mulai meredup. Secara perlahan aku menurunkan telapak tanganku, dan apa yang terjadi setelahnya membuatku terkejut bukan main.

"Ah! Kau sudah bangun? Shiro-kun."

Anee-san tersenyum wajahnya tepat di atas wajahku. Hal itu sukses membuatku sangat terkejut, hingga tangan ku terpeleset saat berusaha bangun dari posisi tidurku. Alhasil aku jatuh ke tanah dengan bagian depan tubuhku yang terlebih dahulu menyentuh tanah.

BSD World : [HOMETOWN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang