Yamada Ryosuke baru selesai beberes sepulang dari lokasi syuting ItaJump. Kini ia hanya bersender malas di sofa apatonya sambil menghadap TV yang menayangkan acara komedi. Namun sejatinya mata kecoklatan pemuda itu tak benar-benar menatap layar. Sudah dua jam dan dia hanya begitu.
Lalu telponpun berdering.
"Hmm?" Yamada menerimanya dengan gumaman.
"Lagi apa?" tanya si penelpon, suaranya renyah.
"Nonton TV aja."
"Oh gitu, aku kesana ya. Mau cerita ten—"
"Aku di rumah bukan di apato."
Bohong. Tentu saja, siapa pula yang di rumah. Yang ada pemuda dengan rambut belah tengah itu hanya akan tidur dan makan tanpa kerja bila di rumah. Tapi yang jelas Yamada sedang tidak ingin menemui si penelpon. Lagipula ia tidak bersuara lagi sejak diberi kebohongan.
"Kalau mau bicara besok aja. Kita ada pemotretan dengan tema valentine yang mesra sama Popolo." ujar Yamada lagi.
Si penelpon terkekeh sendu. "iya juga ya., dah Ryosuke."
Sambunganpun diputus. Yamada melempar telpon pintarnya ke sofa dan kembali bengong menatap layar TV.
Itu tadi Chinen Yuri. Sahabatnya. Member kecintaannya. Orang yang dua hari lalu bercerita kalau baru saja mengencani seorang model blasteran yang dianggap lelucon oleh Yamada.
Harusnya Yamada tetap mengangap informasi itu sebagai lelucon, tapi kilatan mata Chinen saat bercerita dan mengenalkan sosoknya lewat potret mesra kemarin sore membuatnya yakin kalau Chinen menjalin hubungan. Dan sialnya Yamada tidak suka. Mereka sudah saling kenal sejak tahun lalu katanya? yang benar saja masa mereka jadian seminggu setelah anniversary YamaChine-day yang dibangga-banggakan fans!
"Apanya yang mau nikah denganku, dasar tolol...!"
Desisnya kecewa. Dengan nakalnya tangan Yamada justru mengambil remote untuk mengubah TVnya ke mode karaoke dan memilih sebuah lagu. Lagu yang ia kutuk agar tidak kejadian dengannya namun takdir justru mencocokkannya.
"Yokatta ne, Ja mata ne.."
Tanpa sadar air mata Yamada menetes, langsung diusap secara kasar. Yamada lanjut bernyanyi dan berusaha menahan getar suara, sama seperti hatinya yang berusaha menahan egois untuk tidak memiliki Chinen. Untuk tidak berjauhan dengan Chinen di hari hari berikutnya.
.
.
.
"Makan malem di luar yukk!! Aku udah booking restoran~!" Daiki berseru seusai latihan dance. Latihan tari semakin lama semakin menguras tenaga dan tak baik untuk perut kata pemuda penguin itu.
"Ayo, aku ikut deh," sahut Yamada sambil mengelap wajahnya dengan handuk. Ia setuju dengan hiperbola Daiki tentang gerakan tarian yang makin lama makin susah dan butuh latihan ekstra sampai membuat perut keroncongan.
"Siapa aja yang ikut?" Daiki mengabsen.
Hanya Yuya dan Inoo yang mengacung. Sisanya mengipas-ngipaskan tangan tanda ada urusan. Urusan dengan kasur kalau kata Yabu.
"Chinen nggak ikut? Ini Yamachan ikut loh, Chii!" seru Inoo saat tahu Chinen ikut mengipaskan tangan. Si imut itu meringis. "Aku udah ada janji dengan seseorang. Besok-besok aku ikut deh~"
"Hoo... tumben, yasudah kalo gitu~"
.
Yuya menjadi satu-satunya orang yang merasa aneh melihat Yamada makan dengan lahap dan sesekali perang sumpit dengan Daiki karena rebutan unagi goreng. Inoo menyadari ekspresi aneh Yuya hingga ia bertanya.