Gedung Bioskop

5 0 0
                                    

Benda pipih itu terus tersentak kuat ketika jari-jari lentik menekan-Nya kuat dan mengusap-usap dengan kasar. Entah apa yang dilakukan gadis itu, tapi ia terus memasang wajah frustasi tak kala ia melihat hasil pencariannya di google.

Gadis itu tak lain adalah Jana, Renjana Cantika Adiwarna. Entah sudah berapa kali ia mengusap-usap matanya yang berair akibat terlalu lama melihat sinal blue dari gedget nya.

" Kenapa masih ga ngerti sih, ya Tuhan." Jana frustasi dan menghepaskan tangan serta handpone yang sedari ia gengem ke kursi di sampingnya. Ia frustasi karena masih saja tak mengerti bagaimana caranya membeli tiket di bioskop.

Ya, perlu kalian tau. Renjana adalah anak rumahan yang hanya bisa keluar rumah ketika ada hal yang penting atau diperlukan. Renjana terlalu dikekang oleh orang tuanya karena ia adalah anak tunggal ditambah dengan penyakit yang di deritanya sejak lama.

Untuk sekarang ia sangat bosan dirumah, dan juga orang tuanya yang sedang keluar kota karena urusan bisnis. Membuat gadis manis itu bosan dirumah sendirian. Tidak sendirian, tapi ada dua pembantu, satu supir dan dua satpam dirumahnya.

" Gue pengen nonton, tapi kagak bisa bayarnya. Jadi gimana gue bisa nonton film tanpa gue harus ke sana untuk beli tiket?" Jana berpikir keras sambil terus menggenggam handpohenya keras.

Ia melirik kesana kemari melihat orang-orang berdiri dengan random. Di sebelah kanan terdapat beberapa siswa yang masih memakai seragam sekolah. Di sisi depan sebuah keluarga yang sedang berfoto di dinding beposter yang memang dipasang untuk memperindah bioskop. Dan disamping kiri tempat ia duduk, sepasang kekasih yang tengah asik berselfi.

Belum sempat gadis itu meminta tolong kepada orang disampingnya, orang itu sudah berdiri karena film segera dimulai.
Renjana memandang kepergian beberapa orang yang mulai berjalan masuk ke ruang bioskop dengan hambar. Wajahnya semakin ia tekuk ketika tak ada orang lagi hanya karyawan yang sedang menunggu di kasir.

Gadis itu menunduk dengan kalut, pikirannya mulai berkeliaran. Ia merutuki dirinya karena tidak tau bagaimana cara memesan tiket bioskop sendiri. Lama menunggu dan tubuh yang masih setia duduk di pinggir bioskop.

Mata Jana tak sengaja menangkap segerombolan lelaki yang memakai baju olahraga bela diri. Entah ia tak tau itu, rasanya ia ingin sekali meminta tolong pada mereka namun segera ia urungkan.
Dipikiran Jana saat ini hanyalah, ia takut mereka menertawakan Jana karena tidak tau caranya membeli tiket.

Namun hatinya menolak untuk pulang, ia ingin sekali menonton karena hanya saat ini saja ia bisa melakukannya. Mungkin besok ia harus dipenjara dalam rumah orang tuanya.

Dengan berat hati dan berlaga berani Jana menarik ujung jaket milik cowo tinggi di depannya. Masih belum di respon, Jana semakin menarik nya dengan kuat dan sedikit diberi jeda.

Lelaki itu menaikan tanganya sedikit tapi tetap memegang pinggang lalu menoleh dan menatap Jana dengan bingung. Ekspresi lelaki itu seolah-olah bertanya "ada apa."

" Apa gue bisa minta tolong?". Ucap Jana takut saat lelaki itu memandangnya tajam.

Lelaki itu menaikkan sebelah alisnya dan memutar badannya agak serong agar ia bisa melihat jelas orang yang dengan lancangnya menarik jaket kebanggannya.

" Apa?". Balas lelaki itu yang tak lain adalah Sagara. Balasan yang SPJ, singkat, padat dan jelas.

" Emm." Jana ragu untuk mengatakannya.

" Cepet, LU mau apa?." Suara gara mulai meninggi membuat teman-temannya menoleh dan melihatnya.

" Ada apa Gar?". Tanya Revan yang sudah berbalik karena suara Gara.

Gara hanya berdecak sebal ketika gadis itu tak kunjung bicara.

" Gue mau minta tolong." Ulang Jana.

Gara yang mulai berubah raut wajahnya membuat Bagas tak suka.

" LU MAU MINTA TOLONG APA, HAH?" Bagas meninggikan suaranya karena gadis ini telah membuang-buang waktu saja.

Renjana tersentak kaget lalu ia menunduk namun suara lembut dari lelaki di belakang Gara membuat ia kembali menoleh.

" Ngomong aja, mungkin kita bisa bantu." Lontar devan yang juga di angguki oleh Marvin dan Baim yang sedari tadi mengunyah permen karet.

Jana semakin menarik ujung jaket Gara supaya cowok itu bisa lebih dekat dengannya. Apalagi tubuh mungil Jana yang hanya sedada Gara. Gara pun dengan  kesalnya memajukan tubuhnya mengikuti tarikan gadis aneh didepannya.

" Tolongin gue beliin tiket bioskop." Bisik Jana di telinga Gara saat cowok itu mendekatkan telinganya di bibir ranum Jana.

Gara kaget atas permintaan aneh gadis mungil didepannya. Ia memasang wajah datar dan tertawa dengan kencang. Jana yang kaget dengan tawaan cowok itu lalu membekap mulut Gara dengan cepat.

Jana mengernyitkan wajahnya. " Jangan ketawa, gue malu. Dan jangan kasih tau siapa-siapa termasuk temen lu itu." Jana melirik teman-teman Gara sambil menggelengkan kepalanya.

Jana yang merasakan bahwa keduanya terlalu dekat mulai melepaskan bekapan tangannya dengan cepat secepat mungkin. Gara lalu melihat gadis itu yang memasang wajah penuh kemelasan.

" Oke." Jawab singkat Gara. Karena sedari tadi jantungnya berdekup abnormal. Gara memandang sahabatnya.

" Kalian duluan aja, nanti gue nyusul." Ucap Devan lalu pergi menyusul Bagas yang telah berlalu dari hadapan mereka. Tak lupa Baim menepuk pundak Gara dengan pelan.

" Jaga jarak, cantik nih." Ucap Baim sambil melirik Jana sekilas. Gara yang mengerti dengan perkataan Baim pun hanya memasang muka datar.

" Y ". Begitulah balasan Gara. Cowok dingin dengan segudang prestasi. Ia bukanlah ketua geng motor atau semacamnya. Namun ia juga bukan orang biasa, ia Gara, Sagara Putra Dewanta ketua bela diri muatai se entero Jogja.

Bukan orang sembarangan nihh!



SAGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang