6. On The Way

62 35 25
                                    

SAAT membuka jendela malam ini, Aku sedikit terperangah kecil, menatap langit malam yang cerah di atas sana, dengan taburan bintang-bintang yang dengan cerianya berkelap-kelip

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SAAT membuka jendela malam ini, Aku sedikit terperangah kecil, menatap langit malam yang cerah di atas sana, dengan taburan bintang-bintang yang dengan cerianya berkelap-kelip.

Hamparan bintang itu membuatku meraih bangku di meja belajarku, menetap di hadapan jendela. Menyandarkan dagu pada kedua tangan yang kulipat di ambang jendela.

Pikiranku kosong, hanya menatap ke langit saja. Sebelum kemudian, Aku dibuat tersenyum dengan kekehan kecil, karena sebuah ingatan berharga yang tiba-tiba melintas begitu saja.

***

"Apa Kamu pernah keluar malam, Gya?" Aku berpikir sesaat, lalu mengangguk antusias,

"Pernah, saat makan malam di luar bersama mama dan papa, saat kemah di bukit dengan mama dan papa, saat tahun baru ke puncak bersama mama dan papa---" ucapanku terputus, saat Jae meledakkan tawanya. Aku menautkan alis dengan sebal,

"Aku belum selesai bicara, Jae! Apanya yang lucu?" tanyaku. Membuatnya mengacak puncak rambutku gemas, membuatku mendesis tambah sebal,

"Sepertinya Kamu tidak pernah keluar malam kecuali bersama Mama dan Papamu, Gya. Bahkan setelah mengenalmu selama satu tahun ini, kita tidak pernah keluar sengaja untuk pergi malam hari, Gya" ujarnya. Membuatku mendesah paham, sembari mengangguk paham.

"Kalau begitu pernah, Jae" ucapku, membuat Jae menatapku dengan kedua alis terangkat, meminta penjelasan. Tapi, sebelum Aku berucap, Jae malah sudah bertutur duluan,

"Saat ke rumahku malam hari? Saat ke rumah Oma malam hari?" sambarnya, membuatku terkekeh kecil. Ternyata Jae paham apa yang akan ku katakan.

"Benar, Jae. Tapi dulu, saat SMA, Aku pernah sekali ikut prom nite, Jae. Setiap ada kegiatan malam, Mama dan Papa susah sekali memberi izin. Bahkan Aku tidak ikut saat persami sekolah. Jadilah, Aku cuma bisa melihat vidio teman-teman yang berkemah di pinggir sungai" ucapku.

Jae menatapku dengan senyuman yang dikulum, membuatku memajukan sedikit bibirku sebal, "Tapi, Aku bukan anak manja, Jae!" ujarku, "Mama dan Papa, hanya terlalu khawatir karena saat itu alergiku sangat parah. Karena sempat waktu kemah bersama Mama dan Papa, Aku sampai demam tinggi karena alergiku"

Membuat Jae yang tadinya menyimak dengan ceria memudarkan senyumnya, menatapku dengan alis yang menurun. Membuatku mendecak sebal, "Itukan dulu... Lagi pula, sebenarnya tidak separah itu" ucapku, disetujui Jae yang mengusal lembut puncak kepalaku, kebiasaannya.

Setelah panjang lebar berucap, kami diam sesaat, sesama menatap langit siang yang biru itu terbentang luas di angkasa raya sana.

Dengan kemudian, berempakan memanggil nama masing-masing. Membuat kami menatap bersamaan lalu melepaskan tawa.

"Kamu duluan, Gya" ucap, Jae. Ku setujui.

"Aku ingin jalan-jalan malam, Jae. Kamu tidak pernah mengajakku jalan-jalan malam" tawarku pada Jae. Jae menatapku sejenak, kemudian tersenyum kecil,

Seutas KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang