25

22.6K 1.2K 13
                                    

Hay, aku balik lagi^^

Sorry aku jarang up:) soalnya kuota aku bener2 sekarat>< aku berharap kalian suka sama part ini:))

Happy reading <3

**

Saat Abel keluar dari ruang kepala sekolah, semua pandangan murid yang berada di sana memandangnya dengan jijik, namun bukan Abel namanya jika perduli dengan itu.

Bukan menundukkan pandangan, Abel lebih memilih memandang lurus ke depan dengan dagu yang terangkat angkuh.

"Cih, bahkan dia merasa paling berkuasa di sini!" ucap salah satu siswi, Abel tersenyum dengan riang dalam hati.

"Haha, lihat dia benar-benar pantas di sebut jalang! Tidak punya urang malu!" sambut yang lainnya.

"Bel, lo katanya hamil ya? Anak siapa tuh? Pasti anak om-om, ya? Bolehlah gue tidur sama lo malam ini!" ucap seorang siswa dengan tertawa bersama teman-temannya.

Kepalan tangannya semakin kencang, namun Abel tetap berjapan dan tak perduli dengan ucapan-ucapan sampah dari mereka.

"Gimana, Bel? Kayanya main sama orang hamil enak juga!"

Abel menghentikan langkahnya kemudian mundur sampai di depan siswa tersebut.
"Lo mau main sama gue?" tanya Abel dengan tangan di depan dada. "Lo mampu bayar gue?" sambungnya dengan menatap sinis siswa tersebut.

Sorakan-sorakan terdengar dari teman siswa tersebut.

"Lo nanya bayaran sama gue?" tanya siswa tersebut dengan tampang songongnya.

"Gue bisa beli tubuh lo dengan mudah! Kalo perlu gue beli juga nyawa lo!"

Abel tersenyum dengan manis mendengar ucapan tersebut.

"Lo makan aja masing dari bonyok lo, gimana lo mau beli gue? Oh iya, bokap lo abis kena PHK, ya? Dan gue denger-denger bokap lo lagi kena kasus korupsi. Benar begitu?" balas Abel dengan mengejek.

Siswa tersebut mengepalkan tangannya kuat-kuat dengan rahang yang mengeras.

"Maksud lo, apa?! Bokap gue gak pernah di pecat! Apa lagi korupsi! Bokap gue punya banyak duit tapi bukan dari korupsi!" bentaknya.

Para murid lain yang menyaksikan langsung bisik-bisik.

"Gue kenal bokap lo! Bokap lo kerja sama bokap gue, benar? Kalo lo gak percaya, bisa cek di google! Bay missqueen!" ucap Abel dengan melambaykan tangannya.

"Gue bakalan bikin perhitungan sama lo!!"

Abel membalas ucapan tersebut dengan mengacungkan ibu jarinya, kemudian melangkah menuju kelas.

Beberapa saat berlalu, Abel pun telah sampai di kelasnya. Tanpa ragu dia pun membuka pintu kelasnya, mata semua penghuni kelas langsung tersorot padanya, bukan pandangan memuja melainkan pandangan jijik.

Tak ingin perduli, Abel pun melangkah ke mejanya dimana sudah ada Laura di sana.

"Lo, gak di keluarin'kan, Bel?" tanya Laura dengan penasaran.

"Nggak. Gue gak mungkin di keluarin dari sini, Ra! Lo tenang aja!"

Helaan napas berat terdengar dari mulut Laura, "syukur deh, demi tuhan gue takut lo di keluarin, Bel! Nanti siapa yang jadi temen gue kalo gak ada lo?"

Abel memutar bola matanya jengah, "gak usah berlebihan!"

"Ya'kan gue takut!"

Mereka berdua mengobrok hingga guru masuk, setelahnya para murid pun belajar dengan tidak khusu, banyak yang berbisik-bisik, yang tertawa di pojok, ada juga yang saling mencontek padahal di depan ada seorang guru. Sekali-kali guru tersebut pun menegur, namun sama sekali tidak ampuh.

___________________

Bel sekolah telah berbunyi, Abel, Laura dan Abu pun memasuki kantin. Pandangan orang-orang begitu sinis ketika melihat Abel.

Risih? Sangat. Abel rasanya ingin menusuk mata yang melihat dengan sinis dia. Namun, dia harus mencoba tetap sabar, iya sabar, tau-tau jampe-jampe sudah sampai ke rumah mereka.

"Malu-maluin, harusnya dia keluar dari sekolah!"

"Iya. Ini kepsek kenapa bego begini? Ini tuh udah mencemari nama baik sekolah!"

"Mana sok cantik banget lagi dia,"

Abel dengan jelas mendengar bisikan dari mereka, namun dia mencoba tak perduli.

Matanya menjelajahi seluruh sudut kantin, hingga pandangannya berhenti pada seorang perempuan yang duduk di tengah-tengah kantin, bibirnya tanpa sadar kini tengah menyeringai membuat Laura dan Abu menatap heran.

"Ra! Kamu kenapa?" tanya Abu dengan menepuk pundak Abel.

"Gak papa, kalin cari tempat duduk aja! Gue mau beli makanannya!" ucap Abel kemudian berlalu tanpa menunggu balasan dari mereka berdua.

"Kayanya ada yang gak beres," gumam Laura.

Abel melangkah menuju pedagang minuman, dia membeli satu jus mangga.

Setelah selesai dia pun membayar dan melangkah menuju salah satu meja dimana perempuan tadi berada.

Senyumnya terus terpatri di sepanjang dia melangkah.

"Aduh!" ucap Abel dengan menutup mulutnya kaget, lebih tepatnya pura-pura kaget. Dia menumpahkan jus jeruknya pada seragam perempuan tersebut.

Para murid sontak menatap ke arah suara, kemudian berbisik-bisik lagi.

"Pasti bakalaan ada perang, nih!"

Perempuan tersebut sontak berdiri dan menap pakaiannya yang kotor, kemudian menatap Abel dengan bengis.

"Maksud lo apa?!" teriaknya.

"Aduh, gue gak sengaja. Sory, sini gue bersihin!" ucap Abel dengan tangan ingin mengusap baju perempuan tersebut, namun dengan segera di tepis.

"Maksud lo apa, bangsat?!"

"Ih, mulutnya! Kotor ya, kaya orangnya!" balas Abel membuat perempuan tersebut semakin terbakar.

"Apa lo bilang?! Gue kotor? Lo gak ngaca? Jelas-jelas lo yang lebih kotor dari gue! Kekurangan duit lo sampe jual diri sama om-om?" tanyanya dengan merendahkan.

"Gimana rasanya main sana-sini sama cowok? Enak gak? Pasti enaksih, kalo gak enak gak mungkin sampe hamil!" sambungnya lagi.

"Waw, ternyata lo berani banget sama gue, ya? Gue gak nyangka. Gue gak pernah punya masalah sama lo, tapi lo mancing gue buat bikin lo punya masalah! Gue tau lo yang udah nyebarin berita gue hamil!"

"Kenapa? Lo gak suka? Lo itu aib, bangga banget kayanya lo hamil!" tanya perempuan tersebut dengan angkuh.

"Urusannya sama lo apa? Lo ngerti privasi gak? Anak OSIS tapi gak tau apa itu privasi, ck miris."

"Haha, lo lebih miris dari gue! Lo hamil anak haram, yang gak tau dimana bapaknya!"

Oke. Amarah Abel memuncak mendengar apa yang dia katakan, tangannya sudah siap memukul wajah perempuan tersebut, kakinya pun sudah siap untuk menendang tubuhnya.

Bug!

Pukulan yang di layangkan Abel sontak mengenai hidung perempuan tersebut, membuat si empunya tersungkur.

"Lo boleh hina gue! Tapi jangan harap gue diem aja lo hina anak gue!!"

"Lo, membangkitkan jiwa pembuli dalam diri gue! So, jangan heran kalo hari-hari berikutnya lo bakalan sengsara di sini!"

"Lo berurusan sama orang yang salah, Gita."

Setelah mengucapkan itu, Abel pun berlalu dengan menginjak kaki Gita, membuat si empunya menjerit.

Laura dan Abu yang sedari tadi diam mematung pun sontak tersadar dan menyusul langkah Abel.

Tak jauh dari sana, Abi yang sedari tadi menyaksikanpun mengepalkan tangannya hingga urat-uratnya terlihat dan kukunya memutih.

"Kak? Kenapa?" tanya Citra dengan memegang lengan Abi membuat si empunya tersadar kemudian memberikan senyum semanis mungkin.

Bersambung ....

Delusi(Abel x Abi) ||ENDING||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang