06

29 6 4
                                    

Aze dan Sasha membuka penutup mata mereka setelah bodyguard dari Mr. Monroe mentitah mereka.

sebuah ruangan seperti walk in closet?. Entahlah ini ruangan apa, yang jelas ruangan ini dipenuhi oleh fashion brand kelas atas.

Sasha dan Aze hanya bisa saling pandang dan mengerutkan alis memahami situasi saat ini. Tak lama seorang perempuan berpakaian serba hitam memasuki ruangan mereka dan mengunci pintu tersebut.

"Kalian berdua pasti bingung berada disini bukan?" Tanya wanita tersebut.

Aze menganggukan kepalanya namun berbeda dengan sasha. Gadis itu berdecak dan menggerutu. "Ya mikir aja lah, anak tk juga kalo kaya gini pasti bingung"

"Saya ditugaskan oleh Mr. Monroe untuk memantau kalian selama 365 hari kedepan. Saya bertanggung jawab atas kebutuhan inti kalian berdua" ujarnya tanpa menghiraukan sasha.

"Tempat ini sudah dipenuhi untuk kebutuhan kalian. Mulai dari kebutuhan dalam dan luar pakaian kalian, accesoris, dan lain-lain. Kalian berdua dipersilahkan untuk membawa kebutuhan kalian sendiri jika kalian ingin"

"Selama sebulan ini kalian tidak boleh menginap diluar tempat ini. Tapi setelah satu bulan berlalu kalian bebas untuk menjalani aktifitas kalian, termasuk menginap dimanapun kalian mau"

"Paham?" Penjelasan tadi ditutup dengan pertanyaan singkat yang dikeluarkan oleh wanita tadi.

Sasha dan Aze tidak menjawab pertanyaan tadi. Melainkan saling terdiam shock, mereka berdua tentu punya kekasih yang sudah menjadi tanggung jawab mereka. Dan sekarang mereka harus meninggalkan kekasih mereka? Bahkan selama sebulan ini mereka tidak bisa menginap di apart sang kekasih yang berarti harus membiarkan para lelaki manja itu tidur tanpa mereka?.

Ah pikiran mereka benar-benar kalut membayangkan bagaimana sebulan kedepan.

"Ah iya, Mr. Monroe tau jika kalian berdua sangat tertarik di bidang fashion. Maka dari itu ia menyiapkan ruangan ini khusus untuk kalian"

"Saya rasa kalian paham dengan penjelasan saya. Kalian bisa menemui anggota lain di luar" lanjutnya sebelum ia menutup pintu dengan rapat.

Sasha menghembuskan nafasnya dengan kuat sehingga Aze menaruh atensinya pada gadis itu. Gadis itu terlihat lebih frustasi dari pada dirinya, dan tak lama terdengar isakan yang bisa aze dengar karena sasha menangis cukup keras di ruangan yang sepi ini.

"Gue, gue ga bisa ninggalin jeno. Dia gabisa tidur sendiri. Kadang traumanya kambuh tiap dia tidur sendiri, gue harus gimana?" Cicit gadis itu yang masih bisa aze dengar.

"Jeno gapunya siapa-siapa lagi selain gue, dia bener-bener bergantung sama gue atas hidupnya"

Aze hanya bisa mengelus punggung gadis yang lebih muda satu tahun darinya itu. Ia juga sebenarnya merasa frustasi jika harus meninggalkan juyeon sendiri di apart, ia juga bingung bagaimana cara memberitahu juyeon tentang ini.

"Gue juga sama. Cowok gue bergantung banget sama gue, gue bahkan gatau harus ngejelasin gimana ke dia tentang ini"

Kedua gadis itu sama-sama termenung memikirkan bagaimana agar kedua kekasihnya bisa menerima ini? Mereka sendiri saja berat untuk menerima ini, apalagi kekasih mereka.

"Awas aja si monroe, gue santet lo" gumam sasha. Namun Aze mendengarnya dan mengeluarkan tawa kecilnya.

Aze mengulurkan tangannya pada sasha, namun sasha hanya menatap tangan itu dengan tatapan bingung. "Ini biar kita resmi kenalan sebagai partner satu taun kedepan, kita hadepin bareng-bareng" ujar aze yang masih tertawa kecil.

Ah sebenarnya aze tertawa hanya berusaha menutupi hatinya yang sudah pasrah itu. Ia hanya mencoba untuk menerima semuanya, walaupun otaknya sangat ingin menolak.

365 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang