"Aku pulang." Jungkook bergumam saat masuk ke dalam apartemennya yang kosong. Dengan lelah berjalan menuju sofa dan merebahkan tubuh letihnya setelah melalui hari yang panjang di kantor.
Pria itu menghela napas. Rasa bersalah akan kejadian tadi pagi di sebuah cafe masih menghantui pikirannya seolah betah bercokol di dalam dadanya. Dia menyisir rambut hitamnya ke belakang dengan jari-jarinya yang panjang.
Apa yang harus ku lakukan untuk menghilangkan perasaan menyebalkan ini?
Tiba-tiba saja wajah seorang pria dengan senyum khas berbentuk kotak tergambar di langit-langit ruangan. Jungkook langsung memejamkan matanya. Mana mungkin ia meminta bantuan dari seseorang yang mempunyai otak sebesar biji jagung.
Perlahan-lahan pria itu membuka matanya dan untungnya wajah itu telah hilang.
Namun Jungkook tidak memiliki pilihan lain, hanya pria itu yang dapat membantunya. Mau-tak-mau ia mengambil ponsel dan mengirim sebuah pesan pada kontak dengan nama Taehyung.
───────
Keesokan harinya giliran Jennie datang lebih awal ke cafe. Jam rose gold di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 05:50 pagi.
Melalui jendela bus, wanita itu memandang langit biru tua yang membentang luas sambil mendengarkan musik melalui earphone. Sesekali kepalanya ikut bergerak mengikuti irama lagu. Tak lama kemudian bus berhenti di halte tujuannya.
Setelah menempelkan kartu transportasi pada alat canggih di dekat pintu bus, Jennie menundukkan kepalanya pada Pak supir.
"Semoga harimu menyenangkan, nona." Pak supir berkata dan Jennie tersenyum sebagai balasan, lalu beranjak turun dari bus.
Di sisi lain dua orang pria sedang berada di dalam mobil, terparkir tidak jauh dari gedung dengan papan kayu bertuliskan Lumos Cafe. Keduanya tidak saling berbicara, yang terdengar hanya alunan musik yang berputar di radio sampai akhirnya salah satu dari mereka menghembuskan napas bosan.
"Berapa lama lagi kita harus menunggu? Bagaimana kalau dia tidak datang?"
"Sabarlah, dia pasti datang."
Taehyung menghela napas dan menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi. Bokongnya terasa panas akibat menunggu di dalam mobil dan berdiam diri sejak satu jam yang lalu.
"Kenapa tidak kau berikan nanti siang saja?"
Jungkook melirik sebuket tulip putih di pangkuannya. "Aku tidak ingin mengganggunya saat sedang bekerja, jadi lebih baik ku berikan sebelum cafenya buka."
Taehyung terdiam setelah mendengar jawaban Jungkook. Baiklah, kali ini ia rela menunggu lebih lama lagi demi rasa penasarannya akan wanita misterius yang membuat sobatnya yang jomblo sejak lahir itu menjadi seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENCE | Jenkook
FanfictionSejak pertemuannya dengan si wanita tanpa suara, Jungkook mulai merasakan berbagai perasaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Jenkook love story. ©2021rubyjenkookie