Rokok

1.2K 161 21
                                    

"Ngghhhh ahhhh!"

Pelepasan terakhir memang membuat sekujur tubuh menjadi rileks. Tak ada yang bisa menandingi pelepasan terakhir!

Tubuh Gulf telungkup sepenuhnya dengan nafas yang pendek-pendek. Ia sedikit mendesah kecil tatkala Mew mengeluarkan miliknya.

"Mau kemana?" Tanya Gulf saat melihat Mew kembali memakai boksernya.

"Merokok." Jawab Mew singkat.

Gulf cemberut mendengarnya. "Ini sudah tengah malam, bersih-bersihlah lalu tidur." Ketus Gulf sembari mendudukkan dirinya, diiringi ringisan karena yang di bawah sana masih sensitif.

"Hm. Berhati-hatilah dikamar mandi."

Mew mengusap sekilas rambut Gulf lalu kemudian berjalan menuju pintu. Meninggalkan Gulf yang masih setia menatap punggung lebar yang telanjang itu.

"Huh. Menyebalkan."

Gulf segera bangkit dengan hati-hati untuk ke kamar mandi. Tidur dalam keadaan lengket dan bau sperma sangat bukan dirinya! Ah jangan khawatirkan Mew, ia pasti membersihkan diri di kamar mandi luar. Mew juga bukan tipe orang yang langsung tidur setelah bersenggama.

.

.

20 menit kemudian Gulf sudah menyelesaikan acara mandinya. Tadinya ia hanya ingin bilas-bilas, namun tanggung kepalanya cukup berat jadinya ia memutuskan untuk mandi untuk mengurangi pusing di kepalanya.

Bibir Gulf tersenyum melihat sprei sudah diganti, ah jangan lupa aroma kamar telah kembali normal. Mew memang selalu memperbaiki keadaan saat ia sedang mandi. Dan itu adalah point yang membuat Gulf bisa kembali jatuh cinta pada sang dominan.

Tak melihat Mew didalam kamar, Gulf memutuskan untuk keluar. Mungkin Mew tengah menonton berita dengan rokok kesayangannya.

Dan benar saja, saat sudah di ruang tengah tampak Mew duduk bersandar pada sofa. Tak lupa sebatang rokok yang terselip di bibirnya. Ah lihat Mew juga sudah mandi rupanya, lihat rambut basah yang masih meneteskan air itu.

"Sudah dini hari. Ayo tidur."

Mew menoleh dan mendapati Gulf yang juga sudah selesai mandi rupanya. Ia menekan puntung rokoknya ke asbak, walau masih tersisa banyak namun ia memilih membuangnya. Karena Gulf tak menyukai aroma rokok.

"Sebentar." Ujar Mew lalu meraih segelas susu putih di meja. Meneguknya habis, kemudian memakan perment mint yang sudah ia sediakan. Gulf menunggu dengan sabar tak jauh dari Mew.

"Kemari." Mew mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Gulf. Kini Gulf bergelung nyaman di pelukan Mew.

"Kenapa tidak pakai baju? Kau bisa masuk angin Mew." Gulf bersandar pada bahu telanjang Mew, kakinya ia letakkan di atas paha Mew. Terlihat seperti Gulf dipangku oleh Mew, namun nyatanya bokong Gulf diatas sofa. Hanya kedua kaki Gulf yang berada diatas paha Mew.

"Kau sendiri hanya memakai atasan hm? Kembali menggodaku?" Tanya Mew seduktif sembari mengendus pelipis Gulf.

"Uh tidak. Piama mu besar, lihat sampai menutupi pahaku. Memakai celana hanya membuatku jelek. Dan jangan menciumku. Kau masih bau rokok." Elak Gulf menjauhkan wajah Mew. Ia benar-benar tak bisa berteman dengan rokok!

Mew terkekeh. Kemudian kembali menarik Gulf dalam pelukannya. "Baik baik. Maaf ya membuatmu berdekatan dengan rokok. Aku akan berhenti kok."

"Iki ikin birhinti kik." Nyinyir Gulf yang tentu saja membuat tawa Mew meledak.

"Berhenti tertawa. Kau dan rokokmu benar-benar harus dipisahkan!"

"Iya iya sayang. Sudahlah akan ada masanya nanti aku berhenti oke. Tapi bukan sekarang."

Suppasit - KanawutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang