02.

296 31 3
                                    

Pukul 21.00

" Unnie, apa yang sedang kau pikirkan? "
Jennie dan Rose mendekati Jisoo yang sedang termenung di pinggir ranjangnya.

Setelah makan malam Jisoo memutuskan untuk beristirahat dikamarnya, tapi pikirannya melayang entah kemana. Sedangkan orang tua mereka? Mereka sedang diruang keluarga menunggu seseorang

" Oeh, Jennie-ya, Rose-ya... Aku  sedang tidak memikirkan apa apa " Jawab Jisoo sesaat dan melanjutkan lamunannya

" Kau tidak bisa mengelak unnie, katakanlah ada apa? " Bukan Jennie yang berkata, melainkan Rose yang entah kenapa kesal dengan kakak sulungnya itu yang daritadi selalu termenung.

Sesaat Jisoo termenung lalu menghela nafas kasar. " Ini tentang Panglima " Ucap Dengan singkat

" Mwo?! Ada apa dengannya? " Tanya Jennie

" Apa kalian  tidak merasa familiar dengan wajahnya tadi? Aku merasa familiar dengannya "

" Aku merasa familiar dengannya juga unnie,  aku merasa aku sudah mengenalnya lama " Ucap Rose sambil mengingat ingat

" Hum, dipikir pikir lagi aku juga merasakannya. Seperti ada sesuatu darinya yang mengingatkanku dengan- "

" Lisa "

Belum selesai Jennie berkata, ucapan Jennie terpotong oleh suara Jisoo.

" O-oeh... Benar, aku merasa dia seperti Lisa " Ucap Jennie yang tiba-tiba gelagapan.

" Benar unnie, aku juga merasa dia mirip dengan Lisa. Apalagi saat Jisoo unnie hampir jatuh tadi, wajahnya mirip dengannya. " Kata Rose sambil mengingat kejadian sore tadi.

Flashback On

Saat selesai mengantarkan Wendy pulang kerumah, mereka ( Jisoo, Jennie, dan Rose ) singgah ke depan cafe terlebih dulu untuk membeli minuman. Setelah membeli minuman, mereka berencana pulang. Mereka menuruni tangga depan cafe dengan berbincang-bincang, tanpa diketahui oleh mereka terutama Jisoo kalau dia salah menapak dan hampir tersungkur ke tanah.

Sebelum sampai di tanah, badan Jisoo menabrak badan seseorang atau bisa dibilang orang tersebut menyerahkan badannya untuk membantu Jisoo agar tidak jatuh menyentuh tanah.

Bruk!! ~

" Jisoo unnie!! gwaenchanh-a? " Jennie serta Rose segera mendekati Jisoo yang terpaku melihat orang yang menolongnya.

Deg~

Mereka berdua terpaku saat melihat orang itu. Orang dengan tinggi yang menjulang, badan tegap, muka tanpa ekspresi, dan tatapan datar walau tertutup kacamata, yaitu sang idola mereka, Lalice.

Tapi selain itu, mereka bertiga merasa familiar dengan wajah itu. Wajah yang mengiatkan dengan seseorang.

" Ekhem "

Suara deheman tersebut membuyarkan lamunan mereka

" Kau baik-baik saja, Nona Jisoo? " Deep voice yang disertai wajah tanpa ekspresi itu segera membuat mereka sadar

" O-oeh... naneun gwaenchanh-a. Terimakasih Panglima " Ucap Jisoo gelagapan karena telah jatuh diatas tubuh seorang Panglima, dan langsung berdiri dari atas tubuh Lalice

OUR PROTECTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang