Siang itu akhirnya Jims menemukan Naya. Wanita itu turun dari mobil sambil membantu Mia untuk menginjakan kakinya di tanah. Lucu sekali, Jims terkekeh melihat Mia merengek karena tidak bisa turun dari mobil. Sekecil itu memang kakinya.
Sedikit persiapan, Jims merapikan kemejanya yang sebenaranya-ya sudah rapi. Tidak ada noda maupun kucel sedikitpun, rambutnya juga sudah wangi. Apa lagi yang kurang? Pria itu jadi salah tingkah sendiri.
"Hai," sapa Naya pertama.
Sial Jantung Jims kembali berdetak lebih kencang. Apa-apaan wanita ini? Cantik sekali. Jims pusing melihatnya.
Naya menggunakan pakaian kental era 1930-an. Perpaduan antara dress simple yang memamerkan siluet tubuh dipadu dengan sarung tangan dan floppy hat. Seksi sekali, dan cocok, membuat Naya menjadi terlihat lebih dewasa. Rasanya Jims ingin membuat wanita itu menangis di dalam kukunganya. Mengisi Naya menggunakan miliknya, mendesak dan membesar di dalam. Manis sekali, fantasi Jims kembali berlari ke alam liar.
"Ha-hai. Dari mana? Cantik sekali?" tanyanya dengan tatapan sensual yang sangat mematikan. Sudut bibitnya menyeringai.
"Yang cantik aku atau Ibu Naya?"
Jims dan Naya spontan menunduk ke arah Mia. Pria itu menekuk lutut untuk meraih pundak si kecil Mia, tanganya otomatis membelai poni yang sering menutupi wajah kecilnya itu. "Kalo kaka Jimin bilang yang cantik itu Ibu Naya nanti Mia marah tidak?" tanyanya dengan nada di buat seperti anak kecil. Naya menahan tawa mendengarnya.
"Um, tidak marah," telunjuk Mia mencolek hiduk Jims. "Tapi nanti Mia tidak mau bermain dengan kakak Jimin. Mia maunya sama Ibu Naya."
Jims mempoutingkan bibirnya, "Tapi Mia sekarang sama Ibu Naya terus.Tidur bersama Ibu Naya, belajar bersama Ibu Naya. Kakak Jimin tidak pernah ditemani bermain. Kakak Jimin menangis nih."
________
"Mia suka pak guru Yun Gi tidak?" tanya Nyonya Grace sembari membersihkan saus tomat yang sedikit mengotori pipi gadis kecil itu.
Mia hanya memandang Yun Gi dengan tatapan polos, kemudian gadis itu tersenyum kala Yun Gi memberinya senyum terlebih dahulu.
"Sepertinya harus di coba. Aku akan mendampingi Mia setiap hari, dia sedikit sulit menerima orang asing," ujar Jims menyahut.
Yun Gi mengangguk, pria itu meletakan garpu dan pisau yang ada di tangannya. "Kurasa aku memang butuh dampingan mu Tuan, ini pertama kalinya aku mengajar seorang anak-anak."
"Tapi Mia ingin belajar dengan Ibu Naya..." rengeknya.
Jims memulai aksinya, pria itu mencondongkan tubuhnya kemudian melempari Mia dengan sebutir anggur hijau. "Tapi Ibu Naya maunya sama kakak Jimin tuh," di akhiri dengan pria itu menjulurkan lidahnya.
"Ibu Naya punya Mia," balasnya dengan melempar buang anggur yang tadi.
"Punya Kakak Jimin, wleee."
"Jimss......" tangan Naya memberi cubitan kecil di paha Jims. Sakit sekali pasti, tapi pria itu berusaha menahanya.
"Mia punya Ibu Naya, dan kakak Jimin punya orang gila, ya sayang?" ujar Naya membela Mia. Gadis kecil itu mengangguk setuju, "Benar, kakak Jimin temanya orang gila."
Nyonya Grace terkikik geli melihat anak-anaknya yang tidak pernah berhenti membuat lucu. Jims itu suka sekali menggoda Mia, dan yang lebih menggelikan mereka berdua selalu merebutkan Naya. Tentu hal itu sedikit menggangu untuk Yun Gi.
"Mia sayang, Ibu Naya pergi dulu ya. Jangan lupa di makan ayamnya, nanti di curi kakak Jimin."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGEIA
FantasyCerita ini seperti dongeng, membawa para pembaca seperti masuk kedalam Del'Town, menyaksikan betapa mencengkamnya kota itu. Ruy Naya, wanita berumur 24 tahun harus menjadi seorang istri dari pria tua bangka yang berdalih menyelamatkanya. Mulai saat...