Suara denting jarum jam membuat ia membuka matanya perlahan, tak jauh dari tempat tidurnya ia bisa melihat dari balik pintu yang terbuka. Beberapa mata merah yang menatapnya dengan senyuman lebar dan lidah mereka yang terjatuh di bawah lantai.
Malam ini adalah malam yang sama seperti sebelumnya.
Apa yang ia harapkan dari rumah kosong ini? tidur yang nyaman telah menjadi mimpi yang sudah lama terkubur dari dirinya. Ia tidak naif, jika ia terjun dengan mimpi yang membuai, jiwanya hanya akan terisap ke dunia lain, ia tidak bisa menjamin ia akan bisa kembali untuk ke duakalinya dari tempat terkutuk itu.
Suara tangis dari luar jendela membuat dirinya merasa kesal dan lekas bangun dari posisi tidurnya. Ia mengambil mantel hitam dan memakainya cepat.
Ia menatap dirinya di depan cermin, wajahnya pucat dengan mata hitam bak langit malam, rambutnya hitam sebahu. Merasa puas dengan tampilannya di depan cermin, ia meninggalkan kamar kosong itu dengan langkah pelan, setelahnya suara teriakan nyaring wanita dan barang terbakar yang mengisi pendengarannya.
Ia tidak perduli, tugasnya hanya untuk membunuh mereka, ia tidak memiliki waktu untuk mendengar kisah masa lalu yang mereka lemparkan.
Dirinya bukan seekers baik hati.
Malam itu api merajalela ke segala arah, membakar rumah tua itu menjadi abu.
.
.
.
.
"Leon!"
ia menatap temannya malas, di pagi hari sahabatnya itu mendobrak pintu kamarnya dan melemparkannya kertas yang berisi keluhan klien .
"Kau membakar properti seharga ratusan juta, apa kau tau!?"
"Bukan aku yang membakarnya--"
"jika bukan kau, siapa lagi yang melakukannya hah?!"
Leon menghela nafas sejenak, ia kemudian mengambil teh dingin yang ada di kulkasnya dengan cuek, tak perduli dengan sahabatnya yang kini terlihat seperti cacing kepanasan.
"Atma dari istri pria itu yang melakukannya, aku tak ada sangkut pautnya dengan itu, sungguh,.."
"Apa maksudmu dengan Atma istrinya?! istri pria itu masih hidup!"
"Well, berarti itu adalah pelacur yang ia sembunyikan?"
"......."
"Ck, jika kau tak percaya, aku bisa memberikanmu bukti!"
Leon menepuk meja dengan jarinya, cahaya terang memenuhi ruangan sejenak, diatas meja terdapat kristal putih transparan.
"Kau bisa bawa ini ke organisasi jika kau tak percaya Nina..."
Nina menatap Leon dengan jengah, laki-laki ini benar-benar membuatnya speachless. Ia tidak ingin mengatakan bahwa ia iri dengan kemampuan sihir yang dimiliki oleh Leon. Nina tahu, ia yang seorang gadis biasa hanya bisa mengandalkan sihir Atma-nya sendiri, tidak seperti Leon yang memiliki darah penyihir. Tampa kontrak Atma-pun Leon bisa melakukan apapun, termasuk memberikan bukti dengan cuma-cuma.
"Baik, aku akan membawa ini ke organisasi"
Suara barang terjatuh mengalihkan pandangan Nina, ia menatap keatas lemari tak jauh dari tempatnya berdiri, disana ada seorang wanita berambut panjang dengan pakaian putih yang terlihat kumuh sedang duduk, wajahnya rusak dan bewarna hitam, ia tersenyum menatap Nina menampilkan gigi-giginya yang runcing penuh darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Watcher
FantasiaBanyak hal yang ada di sekitar kita,... Mereka berbentuk apa saja, di lautan, di sungai, di darat, maupun di langit. Mereka menyebutnya... Atma. Percayakah kalian jika di dunia ini dimanapun kalian akan melihatnya dengan berbagai bentuk,... Mereka...