Senin, 11:20.
"Cuy, sini! Ngapain lo celingak-celinguk di situ," ucap Farhan, salah satu teman setongkrongan Ario di kampus. "Oit! Gila, kantin tumben penuh banget jam segini sampe lo ga keliatan di sini," keluh Ari. Sebagai mahasiswa semester 'pertengahan' alias semester enam, Ario dan teman-temannya punya meja yang setiap hari mereka tempati ketika sedang makan siang, jeda antara kelas, atau sekadar mencari angin karena pusing akibat materi di kelas. Tapi di hari itu, meja yang biasa mereka tempati dipakai orang lain sehingga mereka duduk di meja lain. "Es teh gue mana?" tanya Farhan, yang sebelumnya menitip es teh ke Ario. "Yah, lupa gue." "Yeh, haus nih gue." "BANGGG, ES TEH SATU!" teriak Farhan. "Oke bos." Terlihat jempol dikeluarkan oleh abang-abang es teh dari jauh.
As always, Ario memesan ayam bakar paket hemat, cuma delapan ribu. Meskipun belum akhir bulan, Ario sering memesan paket hemat tersebut karena lebih murah. Uang kiriman dari orang tua Ario pas-pasan, jadi Ari harus mengakali dengan berhemat. Selesai makan, Ario bersama teman-temannya tidak langsung pergi. Kelas selanjutnya mulai jam dua siang, masih ada dua jam lagi untuk santai-santai. "Za, bagi rokok dong, hehe belum sempet ke warung tadi pagi," kata Ario. "Nah, gini dong sedekah untuk kaum fakir rokok, haha," kata Farhan, yang ikut mengambil sebatang rokok milik Reza. "Yah, abis dah rokok gue."
"Eh, btw tadi lo ngapain Yo ngejawab pertanyaannya Pak Dosen? Tumben amat. Pertanyaannya buat Marsha lagi, bukan buat lo," tanya Farhan. "Iya Yo, tumben amat dah, biar nilai lo dinaikin sama Pak Dosen ya, haha," kata Reza. "Kesian bro, lo emang gak liat ya tadi Marsha panik banget. Udah tidur lagi dia depan dosen. Gila emang tuh anak," kata Ario. "Untung gue lagi ga bengong, jadi bisa jawab pertanyaannya, hahaha." "Apa.... Lo caper ya sama Marsha, haha ga gitu bro cara caper sama cewek," kata Reza. "Anjir kagak ya, ngapain gue caperin Marsha," bela Ario. "Gini Yo cara caper sama cewek, pertama...." kata Farhan. "Apaan?" "Ga ah, gajadi ntar lo jadi f*ckboy, haha." HAHAHA.
******
"Eh tugas paper gimana nih, udah pada ngerjain belom?" tanya Ario kepada teman-temannya. Teman-temannya serentak menggelengkan kepalanya. "Yaudah, ntar malem di kosan gue ya," kata Farhan. Sesampainya di kosan Farhan, Ario dan Reza langsung duduk di meja bersama di teras kosan dan mengeluarkan laptop masing-masing. "Oit, lo bawa titipan gue ga?" tanya Farhan. "Nih! Ganti ye duit gue," kata Ario. Dari kantong tas sebelah kiri, Ario mengeluarkan bungkus rokok titipan Farhan. "Han, bagi dong," kata Ario mengambil satu batang rokok sebelum memberikan sisanya ke Farhan. "Yeh, rese lo ah. Yaudah bikinin gue kopi dah, Yo!"
Sambil mengerjakan tugas diselingi minum kopi untuk menahan rasa kantuk, handphone Ario berbunyi. Ada chat masuk. Ario hanya melirik sebentar ke arah handphone-nya, yang kebetulan dibalik sehingga dia tidak melihat siapa yang men-chat-nya. "Siapa tuh, Yo? Kok lo diemin aja," tanya Reza yang penasaran ingin melihat isi chat Ario. "Ah, paling grup kelas, atau paling nyokap gue nanyain."
Ario yang awalnya tidak penasaran dengan siapa yang menghubungi dia malam-malam, lama-lama jadi penasaran. Akhirnya, dia membuka isi chat tersebut.
Marsha:
Ario, maaf ganggu chat malem-malem. Gue boleh minta bantuan lo?
"Hmm, ngapain Marsha ngechat gue malem-malem?" ucap Ario terheran-heran. "Marsha? Tumben banget dia ngechat lo, lo aja gapernah ngobrol sama dia," komentar Reza. "Iya juga, ada apa ya? Tulisannya mau minta bantuan gue lagi." "Yaudah, bales aja lah, tulis apa gitu, kesian kan kalo ga dibales."
Setengah jam kemudian.
Wajah Ario setengah bingung, mungkin disebabkan karena percakapannya dengan Marsha sejak setengah jam yang lalu. "Ada apa bos, bingung banget?" tanya Farhan. "Engga, si Marsha ngajak gue bantuin tugas proposalnya besok," jawab Ario. "Trus, yang lo bingungin apaan?" "Dia mintanya ngerjain di rumah gue, terus gue iyain lagi. Ngapain coba dia ke rumah gue." "Lah kocak ngapain dia ke rumah lo, kayak cafe di deket kampus pada tutup semua aja." "Tau deeh ah."
*****
Bzzzzzzzzz, handphone Ario bergetar. "Gue udah sampe," kata Marsha. "Iya, bentar."
Ario yang sedang tidur-tiduran pun terbangun dan bergegas membukakan pintu untuk Marsha, dan langsung mempersilahkan masuk dan duduk. Mereka berdua duduk di ruang tamu.
"Jadi, lo bingung kenapa? tanya Ario. "Jadi gini..... gue tuh ga ngerti soal data gue. Ini bisa diapain ya. Ada ide ga lo?" Mereka berdua pun berdiskusi demi menyelamatkan nilai tugas akhir Marsha. Ario dengan santai membaca-baca draft tulisan yang sudah ditulis Marsha sebelumnya. Baru tiga halaman.
"Mending lo ganti deh temanya... ini tuh datanya engga available di mana-mana. Lagipula, ngapain sih lo ngide nulis tugas paper pake tema yang susah-susah?" tanya Ario. Rasa sebal muncul di hati Marsha mendengar pertanyaan ketus Ario, namun dia harus tetap bisa tersenyum, berhubung cuma Ario yang bisa membantu dia saat ini.
Ario kemudian memberikan rekomendasi sumber data dan paper yang bisa dipakai Marsha untuk menyelamatkan nilainya. Setengah jam kemudian, urusan Marsha selesai dan dia langsung pulang ke rumahnya. "Ngapain sih jauh-jauh cuma buat ketemu gue doang, kaya gaada orang lain aja... lamaan di jalannya daripada ngobrolnya.." ucap Ario di dalam hati.
Hari-hari Ario selanjutnya sama seperti biasa. Bangun, kuliah, mengerjakan tugas, nongkrong dan kemudian pulang. Tidak terlintas secuil pun Marsha di pikirannya. Ario juga tidak membahas kejadian dengan Marsha kemarin dengan teman-temannya.
*****
Handphone Ario tiba-tiba berdering. Bzzzzzzzzz.
Notifikasi chat dari Marsha. "Baik banget ini anak pake traktir gue segala. Padahal gue cuma bantu begitu doang. Gapapa deh makan gratis."
Ario dengan sigap langsung mengiyakan ajakan makan gratis dari Marsha.
Mereka bertemu, makan, bercengkrama selayaknya dua teman lama yang baru bertemu kembali.
Setelah selesai, Ario mengucapkan terima kasih. Setelah itu, radio silent.
Karena dalam pikiran Ario, Marsha hanyalah seorang teman yang dia kenal baik di kampusnya. Tak kurang, tak lebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love me, love me not.
RomanceLove in the air, or not? Marsha yang kesulitan mengerjakan tugas akhir meminta bantuan seseorang yang menurutnya menyebalkan. Akan tetapi, orang tersebut membantunya, membuat Marsha berpikir ulang tentang orang tersebut. Satu semester kemudian, Mars...