Siap-Siap (H-2)

9 0 0
                                    

Hari keberangkatan Olis ke Korea itu masih lusa. Tapi Ibu, Mama, sama Bang Calvin udah heboh dari kemarin. Mama sama Bang Calvin ngotot mau nginep di kontrakan Olis sama Ibu, alasannya buat nabung peluk sama ketemu soalnya setelah lusa bakalan jarang banget bisa ketemu apalagi ngobrol santai bareng Olis, takut kangen katanya. Oh, kehebohan Mama soal keberangkatan Olis ke Korea juga dibawa-bawa sampe ke Bang Brian, abang dari Calvin yang beberapa tahun ini juga udah stay di sana. Mama nelpon, ngespam chat, minta video call hampir tiap malem cuman sekedar ngingetin Bang Brian buat nyiapin kamar tamu di rumahnya buat tinggal Olis, ngingetin biar ga lupa jemput di bandara, bantuin Olis buat ngurus administrasi di kampus dan banyak lagi pokoknya.

"Mama kangen Abang ga sih sebenernya?" Tanya Brian yang lagi video call sama Mama, mukanya udah sepet banget.

"Kangen lahh Mama!!!" Buset, di gas dong. "Mama tuh kangen pake banget sama Abang Brian Ganteng. Makanya sempetin pulang, tengok rumah." Sentak Mama ke Brian.

Brian malah tersenyum samar ke Mamanya. "Mama sayang... Kan tahun lalu Brian udah pulaaang~~ pas itu tuh mmm... Waktu lamarannya adek, masa lupa sih? ngambek lagi, Hmmm?"

Mengabaikan Brian, Mama malah teriak, "Adek, kamu ngelamar Olis berapa tahun yang lalu?" Tanya Mama secara tiba-tiba sambil menoleh mencari keberadaan anak bungsunya, tapi pertanyaannya membuat suasana di ruangan itu mendadak canggung.

"Apaan sih Ma... Kenapa dibahas lagi sih? Lagi ga pengen bahas masa lalu taukkk!!!" Calvin berteriak dari dapur, dia sedang bikin es sirup.

"Ininih... Abangmu yang paling pinter bilang kamu lamaran tahun lalu. Kamu ngelamar anak siapa lagi emangnya? Mama kok ga tau?" Mama berteriak lebih keras supaya Calvin yang sedang heboh mengambil es batu dari kulkas mendengar suaranya.

"Gaada yaa??!!! Abang ngaco!!!!"

"Brian punya kuping kan? Masih dengerin kan, tadi?" Mama kembali menghadap ke layar ponsel yang menampilkan setengah wajah Brian. "Mama nitip anak cewek Mama, awas kalo sampe lecet. Mama susulin kamu ke Korea".

" Iyaaa Maaa... Iyaaa shiappp!!! Lusa kan Olis berangkatnya ke sini? " Tanya Brian, dia melirik ke Olis yang duduk di samping Ibunya, tepat di belakang Mama. Ia membalasnya dengan anggukan kemudian asik lagi menonton TV.

"Udah ya Ma... Abang lagi banyak banget tanggungan belakangan ini tuh. Tapi tenang. Masalah Olis tetep diprioritasin kok. Ya? Hmmm?" Brian memasang ekspresi paling kalem yang dia bisa, tujuannya satu, biar mamanya luluh, trus selesai marah-marah, Brian bisa lanjutin kerjaan, trus dia bisa tidur—maklum udah 2 hari ga tidur dikejar-kejar kerjaan.

"Iya udah... Kamu juga sehat-sehat di sana. Jangan kerja mulu, nyari cewek juga. Inget umur Bang." Gurau Mama setelah tadi dia melihat muka lusuh anaknya yang, 'mungkin saja' tiba-tiba teringat pekerjaan.

Brian tersenyum miring, "Gampang kalau itumah, ganteng gini. Banyak lah yang suka." Congkak sekali anda, Bung.

Mama memberikan ponselnya yang masih terhubung dengan Brian ke Ibu.
"Ibuuuu, Abang kangen Ibu juga loh... Sehat-sehat ya Bu. Abang doain semoga katering Ibu lancar jaya sentosa bahagia selamanya." Brian nyengir diakhir katanya.

"Iya... Haekal juga sehat-sehat di sana. Dengerin baik-baik kalo Mamamu lagi bicara. Sesekali pulang juga dong. Kita di sini kangen juga sama ramenya Haekal." Ibu memang lebih senang memanggil Brian dengan nama tengahnya.

"Iyaa Bu. Abang usahain." Mukanya yang tersenyum lebar memenuhi kamera. Ponsel sudah kembali ke tangan Mama. "Abang tuh pengen banget sering pulang, Ma. Tapi nanti kalo Abang dipecat, abang mau kerja apa?" Mukanya dimelas-melasin. "Mama percaya sama Abang. Abang sayang banget sama Mama, Calvin, Ibu, bahkan Olis. Brian sayang keluarga Brian. Muachh.... Bye maa love you~~"  Video call malam ini ditutup dengan damai.

Usai memasukkan ponselnya kembali ke tas, Mama kembali memalingkan tubuhnya ke Ibu dan Olis. "Mbak, nanti aku usahain bakal sering nginep sini yaa?" ucapnya sambil menepuk-nepuk lembut paha Ibu. Sedang Ibu hanya bisa tersenyum kecil sambil geleng-geleng.

"Kamu ini, aku disini udah ada Siti juga yang bantuin sama nemenin aku. Kamu juga butuh istirahat. Tapi kalau mau main kesini karena rumah sepi ya silahkan. Pintunya selalu terbuka lebar buat kamu." akhirnya sambil terus tersenyum lembut ke Mama.

Mata Mama berkedip lucu menanggapi ucapan Ibu, Mama benar-benar jatuh ke pesona Ibu. Bagai anak kecil yang suka pada seorang dewasa, mengidolakan dan menginginkan orang itu untuk jadi kakak atau orang terdekatnya atau orang kesayangannya. Sebegitu mudah, Mama ingin jadi adik dari Ibu. Ya.... Walaupun awalnya ngebet banget pengen jadi besan aja, wkwk.

***

Malam itu, semuanya tidur di kontrakan Olis dengan nyaman di kamar masing-masing, kecuali Olis, yang besok akan meninggalkan Orang Kesayangannya di muka bumi untuk waktu yang cukup lama. Untuk sedikit info, Olis belum pernah sama sekali berpisah sejauh dan selama itu dengan Ibunya. Paling lama 2 bulan, dan saat itu juga tidak berakhir baik-baik saja. Semacam trauma atau kekhawatiran yang berlebihan, Olis tidak bisa segampang itu untuk memutuskan meninggalkan Ibunya dan mengambil kesempatan studi lanjutan ini. Tapi, karena tawaran yang diberikan perusahaan juga sangat menggiurkan. Olis tertantang dan memberanikan diri, lagipula jika Olis bisa menyelesaikan studi tepat waktu dan projek-projek yang berjalan bersamanya dengan baik, dia berkesempatan untuk menjadi manager R&D di cabang baru perusahaannya, yang akan disahkan beberapa bulan sebelum studinya berakhir.

Selain karena kekhawatirannya yang membuatnya overthinking dan pusing, Olis juga sering tiba-tiba deg degan saat ingat dirinya akan menghabiskan 2 tahun waktunya di negeri gingseng itu. Diam-diam meski telah cukup lama memisahkan diri dari dunia KPOP, dia masih iseng-iseng mengikuti beberapa idol. Olis suka mendadak diam dan tertawa sendiri kalau sedang ingat bagian yang itu. Dia akan menghirup oksigen yang sama dengan yang idol-idol itu hirup. Olis juga penasaran, apakah mereka, para idol itu hidup seperti manusia pada umumnya? mereka terlalu unreal bagi manusia B aja macam Olis dan orang-orang di sekitarnya. Apakah mereka juga makan, makanan seperti kita? Apakah mereka juga bingung saat belanja seperti kita? Menawar? wkwkwk, nawar buat harga biar lebih mahal kali ya, wkwk. Apa mereka juga buang air seperti kita? Apa mereka juga bisa insecure dengan segala kesempurnaan mereka di publik? Tenggelam dalam pemikiran random kehidupan idol-idol Korea, perlahan mengantarkan kantuk pada Olis dan tak lama kedua matanya terpejam sempurna. Dia ketiduran waktu lagi ngelamun.


Ps : Ini cerita kedua yg kupublish tapi anu, gatau kenapa aku ndak yakin mau lanjut nulis apa ndak wkwk. Kebanyakan ceritaku selalu numpuk di folder laptop dan ga pernah tamat :(

Semoga pembaca suka dan for excuse, ini semua karanganku dari otakku, cuman memang mungkin udah banyak cerita kayak cerita ini. So, aku mau nekanin lagi, aku ndak njiplak atau ngopas dari mana-mana ya...

Thankyou for reading. Enjoy :))

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 14, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Two Years MemoryWhere stories live. Discover now