⚠️ Chapter 2 ⚠️

232 28 0
                                    

Genre: psychological-drama-hurt/comfort, PG 18+
Trigger Warning: violence, death character, traumatic scene, suicide, explicit language
.
.
.

~~~

Hari pertama Gulf semakin mendebarkan ketika ia diajak ikut rapat bulanan membahas tentang promosi album terbaru artis terkenal di record label tersebut. Bright Vachirawit. Siapa yang tidak mengenalnya? Seorang artis yang multitalenta, suaranya bisa melelehkan siapapun yang mendengarkannya. Gulf sangat menantikan kesempatan bekerjasama dengan Bright sejak lama. Ini akan menjadi peluang Gulf dalam mencapai tujuannya demi Tante Wa. Sayangnya, itu semua hanya menjadi bayang-bayang semata karena Bright tidak datang ke rapat tersebut.

“Bright nggak bisa dihubungi lagi,” ujar salah satu pekerja yang masuk ke dalam ruang rapat sambil menunjuk ke arah ponselnya.

Kepala divisi menghela napas panjang, “coba telepon manajernya!” serunya.

“Ini udah mau satu bulan sebelum comeback nya, tapi kita bahkan belum diskusi matang soal konsep album dan lainnya bareng dia. Duh, gini nih kalau kerjasama bareng artis baru gede, nggak bisa diandalkan,” imbuhnya lagi.

“Mas, manajer Bright bilang kalau Bright lagi kambuh…” sahut yang lain setelah selesai menerima telepon di tengah-tengah rapat. Sang kepala divisi menggeram kesal mendengar kabar tersebut.

Kepala divisi terlihat begitu geram hingga ia terus berjalan bolak-balik tanpa henti sambil berkancak pinggang. “Kamu!” seru kepala divisi tiba-tiba menunjuk ke arah Gulf yang sedari tadi hanya duduk dan mendengarkan.

“Temui Bright dan bujuk dia buat ke mari,” lanjutnya yang membuat Gulf terkesiap mendengar itu. Semua mata kini memandang ke arah Gulf.

“Sa-saya?” ujar Gulf yang terlalu terkejut mendengarnya. Ini hari pertamanya bekerja dan ia sudah dibebani oleh krisis perusahaan? Apa-apaan ini? Protes Gulf dalam hati.

Tiba-tiba pintu terbuka dan seseorang masuk ke dalam. Sosok dari balik pintu itu menyita perhatian penuh dari Gulf karena sosok itu adalah pria yang ia temui tadi pagi. “Apa ini lelucon?” ujarnya seraya berjalan lalu duduk di salah satu kursi di seberang Gulf.

“Lo nyuruh anak baru buat menghadapi Bright yang lagi kambuh?” sambungnya lagi yang membuat resah semua orang di dalam ruang rapat ini. Begitu pula dengan kepala divisi.

“Mew, Bright nggak akan mau kalau orang lama yang ke sana. Kita butuh orang baru buat membujuknya. Lagi pula lihat anak ini, siapa nama lo?”

“Gulf Kanawut, Mas…”

“Gulf, gue minta lo temui Bright dan bujuk dia buat ke sini, ok?” ujar kepala divisi lagi mengulang tugas pertama yang tadi sudah ia sebutkan.

“Gue ikut,” sambar Mew sebelum Gulf menjawab.

Kepala divisi dan staff lainnya terlihat tidak menyukai ide itu. “Mew, kalau lo ikut, trus Bright liat lo, yang ada dia makin ngamuk.” Ucapan kepala divisi ternyata tidak digubris oleh Mew karena pria itu terlihat berdiri dari tempatnya.

“Mew, tolong jangan memperkeruh keadaan,” ujar seorang staff yang duduk bersebelahan dengan Mew.

“Anak baru!” panggil Mew kepada Gulf.

HEARTBEAT SONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang