Capitolo 01

522 26 0
                                    

-15 September 2010-

"Happy birthday Felix, semoga panjang umur, Sehat selalu, sukses, dan semua hal yang baik ya nak." ucap Mark Maurizio, sang ayah.
"Thanks dad." ucap Felix sambil tersenyum kecil.
"Hey! Adekku sayangku... Happy birthday ya." ucap Eldora Ginevra Maurizio yang akrab disapa Elgin.
"Makasih kak."
"Felix, ayo make a wish dulu." ucap sang ayah.
Felix pun mulai make a wish dan meniup lilin ulang tahunnya bertuliskan angka 20. Ini sudah tahun ke 10 ia tidak meniup lilin bersama kakak kembarnya yang entah ada dimana saat ini.
"Sudah 10 tahun Hans hilang dan tidak tau bagaimana kabarnya. Apa dia mendapatkan kehidupan yang layak seperti aku juga? Apa dia rawat oleh orang baik?" tanya Felix dalam hati.
"Felix? What's wrong?" tanya Sang ayah lembut.
"Ah, nothing dad." jawab Felix sambil mencoba terlihat baik-baik saja.
"Aku tau, kau merindukan Hans kan? Sejak kejadian gempa waktu itu, kita tidak pernah melihat Hans lagi." ucap Elgin.
"Felix, kau percaya keajaiban Tuhan kan nak? Dad yakin, Hans pasti akan kembali." ucap Mark sambil menepuk pelan bahu anaknya itu.
"Aku juga akan mencoba mencari Hans. Kemarin ulang tahun Hans kan?"
Felix mengangguk pelan. Felix sangat dekat dengan Hans sejak kecil. Bahkan jika salah satu dari mereka mendapatkan hukuman, maka kembarannya juga akan melakukan kenakalan agar mereka selalu bersama. Itulah yang membuat Felix selalu sedih dan trauma ketika mengingat bagaimana kejadian gempa tersebut hingga membuat mereka terpisah selama 10 tahun. Di tambah lagi, ibunya yang bernama Wendy masuk asylum karena ia tidak bisa menerima kenyataan jika Hans hilang.

#Flashback_on

10 tahun yang lalu...

"LARI!!! GEMPA!!!"
Teriakan orang-orang bergemuruh. Terdengar orang-orang lari menyelamatkan diri.
"Hans, kita harus selalu bersama ya. Jangan terpisah." ucap Felix sambil menggandeng tangan kakak kembarnya itu.
Hans hanya mengangguk pelan sambil menahan ketakutannya. Mereka yang baru saja berusia 10 tahun itu berlari mencari kakak dan kedua orang tuanya yang sempat terpisah karena terbawa arus manusia yang berlari mencari jalan keluar.
"FELIX! HANS!" teriak Wendy sambil mencari kedua anak kembarnya itu.
"Mom, biar aku yang cari Hans dan Felix." ucap Elgin.
"Jangan nak, nanti kamu hilang. Kita cari sama-sama ya?"
"Mom, biar aku saja yang cari anak-anak. Kamu sama Elgin cari tempat aman dulu."
Mark mencari kedua anak kembarnya yang hilang dari jangkauan mereka. Begitu pun dengan Hans dan Felix yang mencari keluarga mereka. Akan tetapi, genggaman Hans seketika terlepas dari Felix akibat gelang kembarnya jatuh. Hans mengambil gelangnya lalu ia tidak melihat Felix lagi. Hans pun menangis sambil meneriaki nama Felix. Felix pun terkejut melihat kakak kembarnya terpisah darinya. Berbeda dari kembarnya, Felix mencari Hans tanpa mengeluarkan air mata. Ia berusaha mencari Hans dengan menerobos kerumunan orang-orang. 
"FELIX!!! FELIX!!! KAU DIMANA?" teriak Hans sambil menangis karena ia terpisah sangat jauh dari adik kembarnya dan juga dari keluarganya.
Tiba-tiba, ada seorang pria  menangkap Hans dan membawanya jauh dari tempat itu.

#Flashback_off

Dibalik tampang dan cara bicara Felix yang terkesan dingin, Felix sebenarnya memiliki hati yang hangat. Tetapi sejak ia kehilangan saudara kembarnya dan juga kehilangan sosok ibu dikarenakan ibunya menjalani rehabilitasi trauma pasca gempa, Felix tumbuh menjadi anak yang dingin.

Di sisi lain...

"Hei! Kau ini bisa bekerja dengan benar tidak?!" maki seorang pria separuh baya sambil memukul kepala pemuda berusia 20 tahunan itu.
"M.. Maaf paman." ujar pemuda itu dengan ketakutan.
Paman yang hendak memukul lelaki muda itu tiba-tiba tertahan.
"Hei! Kau siapa?"
"Tidak perlu tau aku siapa! Aku sering melihatmu menyiksa anak ini! Kau tidak mau berurusan dengan polisi kan?" tanya pria itu tegas.
Paman itu hanya terdiam dan takut. Ia malas berurusan dengan polisi.
"Kali ini kau bisa lolos. Tapi jangan harap berikutnya kau bisa lolos lagi! Dasar anak bodoh!" maki paman tersebut.
Pria itu hanya menggelengkan kepalanya pelan.
"Kau tidak apa-apa?" tanya pria itu.
"Um.. I-iya." jawab pemuda itu ketakutan.
"Ahm, hei. Jangan takut. Hehehe. Aku bukan orang jahat. Kebetulan, aku sedang bertugas disini. Namamu siapa?"
"N-namaku.. Hans.." jawab pemuda itu gugup.
"Oh, hehehe.. Aku Lee Minhyuk. Panggil saja Minhyuk. Aku bekerja di kepolisian monsta X. Kalau ada apa-apa, kau bisa mengabari aku. Jangan takut lagi ya." ucap pria bernama Minhyuk itu.
Hans hanya mengangguk pelan.
"T-terima kasih kak."
Minhyuk hanya tersenyum. Dengan kasihan, Minhyuk mengajak Hans untuk makan siang.
"Uhm, kak.. Maaf aku merepotkan kakak. Aku dilarang paman untuk makan diluar. Aku biasanya makan makanan yang ada di minimarket." ucap Hans.
"Tidak apa-apa. Pamanmu tidak akan berani denganku." tukas Minhyuk hangat.
Tidak ada tanda kejahatan yang terpancar dari wajah Minhyuk sehingga Hans ingin ikut dengannya. Hans masih trauma jika bertemu orang asing. Sejak kejadian gempa itu, Hans dibawa oleh orang asing dan dibesarkan oleh sepasang suami istri yang tidak memiliki anak bernama Choi Jae Ho yang akrab sapa Choiza dan istrinya Choi Jinri. Choi Jinri sangat baik dan hangat pada Hans. Bahkan, ibu Jinri membawa Hans keluar dari rumah itu karena ibu Jinri sendiri sudah tidak tahan dengan kelakuan suaminya yang pemeras dan pemabuk itu. Ia bahkan pernah melihat Choiza memukul Hans tanpa ampun. Kini, Hans tinggal sendirian di rumah temannya, Daehwi dan Jinyoung yang dengan hangat mau menerimanya untuk tinggal di rumah Daehwi yang kebetulan telah lama tidak di tempati.

"Hans, kau tinggal dimana?" tanya Minhyuk hangat.
"Uhm, di belakang mini market." jawab Hans polos.
"Oh. Kapan-kapan, boleh kan kalau aku mengunjungi rumahmu?"
"Uhm.. B-boleh. Hehehe."
Minhyuk merasa miris melihat Hans. Walaupun diperlakukan kasar seperti tadi, Hans tetap baik dan tidak berniat untuk membalas.

Tak lama, makanan mereka pun datang.
"Hans, ayo makan. Hehehe. Tidak usah takut. Kau makan saja."
Hans hanya tersenyum kecil dan mulai memakan makanannya perlahan.
Setelah mereka selesai makan, Minhyuk membayar makanan mereka dan pulang.
"Hans, maaf kalau aku lancang. Kenapa kau tidak keluar dari mini market itu?" tanya Minhyuk hati-hati.
"Uhm, i-itu... Itu, mini market milik pamanku. Aku tidak akan bisa keluar dari sana." jawab Hans polos.
"Eh? Kenapa bisa?"
"Kalau aku kabur, mereka mengancam tidak akan mempertemukan aku dengan keluarga kandungku. Paman itu, adik dari ayah angkatku."
"Jahat sekali dia. Lalu, orang tua angkatmu kemana?"
"Ibu Jinri sudah meninggal karena sakit. Lalu, ayah Choiza pergi entah kemana."
"Hmm, tapi kau punya teman kan?"
Hans mengangguk imut.
"Aku punya teman. Namanya Daehwi dan Jinyoung."
"Syukurlah, nanti kalau sempat, aku akan mencoba mencari keluarga kandungmu. Jangan takut, aku bersama tim ku akan berusaha mencari mereka. Kau pasti merindukan mereka kan?"
Hans mengangguk pelan dan sedikit sedih.
"Jangan khawatir, aku pasti akan membantumu." ucap Minhyuk sambil tersenyum manis.
"Terima kasih kakak." balas Hans.
"Oh ya, apa kau kembali ke mini market lagi? Kau bekerja sampai jam berapa?"
"Uhm, iya kak. Aku bekerja lagi di minimarket biasanya, aku baru pulang ketika jam 2 subuh. Lalu, besok masuk pagi lagi."
"Keterlaluan, ini namanya pengeksploitasi anak. Aku harus bahas ini dengan tim ku." ucap Minhyuk dalam hati.
"Ah, begitu. Baiklah, aku antarkan ke minimarket lagi ya."
"Apa tidak merepotkan kak?"
"Tentu tidak. Hehehe.."
Minhyuk mengantar Hans sampai ke minimarket.
"T-terima kasih kak."
"Iya, sama-sama Hans. Hati-hati."

Hans turun dari mobil Minhyuk dan kembali menuju minimarket.

"Kasihan anak bernama Hans itu. Aku harus gali informasi lebih dalam mengenai anak itu." ucap Minhyuk dalam hati.

Bagaimana nasib Hans selanjutnya? Akankah Minhyuk dapat membantu Hans menemukan keluarganya?

-to be continue-

Inseparable TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang