Epilog (Tactics)

1.1K 160 46
                                    

"Pengkhianatan datang dari orang terdekat."

Jisoo tak memedulikan pandangan keempat rekannya yang menatapnya bingung dan penuh tanda tanya. Ia melewati mereka dengan menggendong tubuh adiknya yang tak bernyawa. Sana menatapnya dengan tatapan bersalah. Ini berarti semua dugaan mereka benar.

Tanpa sepengetahuan Jisoo, selama ini mereka memang telah mencurigai Jennie bahkan Jisoo. Semua orang yang terbunuh adalah orang-orang yang terlibat dalam kematian ayah double Kim JJ itu. Bahkan karena perintah atasannya, Sana memasang alat penyadap dan beberapa kamera rahasia di rumah Jisoo dan Jennie. Ini adalah sebuah pengkhianatan besar.

"Jisoo.."

"Kau masih mau menghentikan ku? Tak cukupkah kau membunuh adikku? Urus saja mayat ayahmu."

Jisoo kembali melanjutkan langkahnya. Di setiap langkahnya Jisoo tiada hentinya memandangi wajah adiknya, berharap mata itu bisa kembali terbuka. Entah apa yang ada dipikiran Jisoo, tapi ia memilih menidurkan Jennie di sebuah bangku yang berada di depan gudang itu. Dia tertawa, dengan sangat keras. Seolah semua ini lelucon baginya.

"Hei! Bangun bodoh. Semua sudah selesai."

Benar saja, Jennie terbangun dan turut tertawa bersama kakaknya. Namun mereka segera mengendalikan diri dan kembali dalam keadaan serius.

"Kita pergi dari sini. Ledakkan tempat ini. Dimana pemicunya?"

Jennie terlihat kebingungan mencari alat pemicunya. "Pasti terjatuh di dalam."

"Jangan bercanda Jennie Kim."

"Tenanglah ada di saku ku. Kau juga mau mati disini? Cepatlah."

Kedua adik kakak itu berlari menjauhi gudang dimana masih ada para rekan Jisoo di dalamnya. Setelah cukup jauh mereka berhenti, menatap gudang itu dari kejauhan.

Boom!

Dalam sekejap gudang itu sudah tak berbentuk. Meninggalkan kobaran api dengan tempat yang sudah luluh lantah. Mereka tertawa keras, menikmati semua pemandangan dan permainan besar ini. Dunia ini dipenuhi pengkhianatan. Hal yang paling menakutkan adalah saat musuh sedang menyamar menjadi teman. Sehingga sangat sulit untuk mengenali siapa musuh yang sebenarnya.

Setelah menyaksikan semua itu, mereka berlari menuju rumahnya. Jisoo hendak masuk ke dalam namun Jennie menahannya.

"Apa kau yakin semua kameranya sudah mati?"

"Tenang saja. Saat aku mengatakan teori ku, mereka percaya. Aku yakin semuanya sudah dibersihkan saat kita tidak ada. Aku sangat tau bagaimana orang tua itu bermain. Kau tunggu saja di mobil."

Jisoo memasuki rumahnya untuk mengambil barang-barang yang telah ia siapkan jauh-jauh hari. Tak banyak yang ia bawa. Ia hanya membawa dua tas besar. Satu tas berisi uang dan tas lainnya berisi barang-barang penting milik mereka berdua. Balas dendam adalah awal mula dari semua ini.

Jisoo melemparkan selembar baju pada Jennie. "Kau bisa memakainya di mobil."

"What?! Itu memalukan."

"Pada siapa? Aku juga tidak akan melihat."

"Aku meragukannya. Terakhir kali kita mandi bersama-"

"Stop. Pakai saja, kita bukan orang asing."

Jisoo melajukan mobilnya menuju bandara. Pekerjaannya sebagai agen rahasia sangat mendukungnya dalam melakukan permainan besar ini. Sebagai agen Jisoo tentu tau bagaimana cara memalsukan identitas dan semacamnya. Mereka berdua telah merencanakan ini dengan sangat matang. Dan akhirnya mereka bisa bernafas lega sekarang.

The Best Sister (Jensoo) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang