Aku, Kamu, dan Kita

7 1 0
                                    

Kita tak bisa mengelak jika cinta tidak bisa dipaksa, karena nyatanya hati berideologi liberal. Dia bebas untuk berlabuh di mana pun dan kapan pun, dia bukan sebuah program yang bisa di setting untuk menjadi apa, dan dia bukan cermin yang harus meniru setiap hal yang dijatuhkan padanya. Hati terlalu luas untuk dunia yang kita punya.

Sayangnya... bahkan jika kita paham semua itu, rasa sakit itu terlalu besar untuk pemahaman yang kita punya.

Namun apa daya, kita sudah terlanjur jauh menyelam. Untuk kembali ke daratan pun rasanya sangat sulit, tenaga kita habis untuk mendayu tubuh kita. Akhirnya kita hanya bisa menikmati rasa sesak dalam balutan lautan biru.

Aku, kamu, dan kita. Yang berada dalam situasi yang sama, berusaha mencari jalan lain atau setidaknya agar mendapat pasokan oksigen bagaimana pun caranya.

Mungkin dengan memaksakan tubuh untuk bisa melihat langit biru yang cerah, atau mungkin berharap gelembung oksigen milik spongebob melewati kalian (terdengar mustahil).

Atau...

Dengan menyadari bahwa kalian sedang menggunakan tabung oksigen.

Karena nyatanya tak ada yang salah dengan menyelami lautan atau bahkan dengan hidup di dalamnya, hanya perlu persiapan yang matang. Begitu juga dengan mencintai, tak ada yang salah dengan cinta.

Kita hanya kurang persiapan.

Kita terlalu terpaku pada satu hal hingga membuat kita lupa bernafas.

Lupa bagaimana caranya berlogika dan hanya ingin memaksa.

Lupa bagaimana caranya bersikap dan akhirnya malah disekap.

Jika beruntung, mungkin akan ada sosok seperti spongebob yang memahami diri kita. Memberikan kita gelembung berisi oksigen... dan berakhir dengan hidup bahagia bersamanya. Hanya saja, itu terlalu semu untuk harapan yang pasti.

Sedang kita duduk manis bersama khayalan, nyatanya dia telah berbahagia bersama peri cantik yang lain atau pangeran berkuda yang lain.

Aku adalah pangeran, yang berharap kedatangan tamu dari kerajaan lain. Datang lalu memberikanku pengalaman luar biasa dalam dunia cinta yang klasik. Yah... aku berharap dan hanya bisa begitu.

Akhirnya kita semua sama. Hidup dalam dunia fantasy yang kepala kita ciptakan. Namun ketika kita tersadar, yang hanya kita lihat hanyalah dua sosok pemeran utama yang ternyata bukan kita.

Dia... memilih orang lain.

Atau...

Kita... memang ditakdirkan menjadi second lead.

Kita penting, kita pemeran kedua setelah pemeran utama.

Kita penting, tapi hanya untuk mengembangkan cerita.

Penonton tidak terlalu berharap pada kita, karena cerita memang dibuat hanya untuk sang pemeran utama.

Tulisan ini untuk kalian, dariku yang sama seperti kalian juga. Untuk kita yang sedang tersakiti oleh cinta yang bertepuk tangan, oleh fakta bahwa kita hanya second lead dalam kisah cinta ini.

Aku mungkin masih seorang pangeran pemimpi dan berharap bisa menaiki kuda dengan gagah. Hanya saja untuk kali ini biarkan aku menjadi seorang remaja, menulis kisah kalian yang sedang mencari jalan atau mungkin yang lupa kalau sebuah tabung oksigen terpasang di punggungnya.

Mungkin saja aku adalah sosok spongebob itu, sosok yang memahami perasaan kalian dan memberikan sebuah gelembung untuk melepaskan sesak yang kalian rasakan.

Jari jemari ini mungkin tak sekuat yang kalian bayangkan.

Tapi aku cukup yakin... jari ini cukup untuk kita agar bisa saling memahami.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kita Yang Terjebak sebagai Second LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang