— ANTIPODE —
=BAB 1=
.
.
♠♠♠♠♠♠
.
.
Kita tidak pernah tahu bagaimana takdir bermula.
Kita juga tidak pernah tahu bagaimana takdir berakhir.
Kita hanya terus berjalan dan berjalan.
Hingga kemudian kita menyadari bagaimana takdir bekerja.
Tepat saat kita terhubung.
Meski terkadang begitu lambat.
Atau mungkin... begitu cepat.
.
.
"Ya ampun..."
Benar, pagi ini dimulai dengan kata-kata(?) Ya ampun. Seseorang sedang sangat terkejut saat mengatakan hal itu. Benar, wanita ini terkejut.
"Mbak... gimana dong?" Seseorang lainnya mulai bertanya dengan panik. Suara laki-laki yang lebih muda.
"Ya gimana apanya!? Gue juga bingung ini tuh sebenernya kenapa!?" Hanya itu saja jawaban dari si Wanita. Jiwa dan raganya seolah belum berada ditempat yang sesuai.
"Mbak Aruna... ini___" Terdengar suara lainnya. Yang ini... juga suara laki-laki muda.
"Bentar-bentar, jangan ganggu gue dulu, Dimas." Serius, koneksi yang ada didalam diri Aruna seolah tengah terputus semua saat ini.
"Nak Aruna... 5 toko, nak. Ada 5 toko." Lalu ini suara yang terdengar sangat tua. Bapak-bapak tua.
Sebenarnya dia tengah naik pitam, tapi tidak berani membentak karena ini orang tua. Jadi... mari jawab sebisanya dan sesopan mungkin. "Iya bah... saya juga udah liat. Sebentar ya bah."
"Terus gimana nih mbak Aruna?"
"Kamu denger gak, Lintang? Tadi mbak udah bilang ntar dulu."
"Tapi___"
"Sekali lagi lo ngucap, gue gampar muka lo." Oke, ini sebenarnya tidak baik untuk ditiru atau semacamnya. Ini bisa membawa pengaruh buruk(?) hanya saja, tidak ada jalan lain untuk menutup mulut adik semata wayangnya dari kalimat yang semakin memperkeruh suasana.
Gimana !? Semua manusia yang ada ditempat ini menuntut jawaban dari dirinya. Gimana !? entah bagaimana dia ingin sekali menghapus kata sederhana itu dari dalam kamus.
Gimana !?
Ya, rasanya Aruna mulai membenci kata itu.
'Gimana, gimana, gimana, GIMANA...!!! YA GAK TAU!!! MEMANGNYA SEMUA HAL DIDUNIA INI GUE MESTI TAU GITU!?'
Aruna menjerit dalam hati. Kenapa semuanya bertanya hal yang dia sendiri masih dalam batas sadar untuk menjawab? Wanita ini masih dalam fase terkejut dan marah. Saat ini saja jika tidak ingat dengan gengsi yang cukup mengakar kuat di dalam raganya, mungkin dia sudah menangis sekuat mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTIPODE
RomanceAruna Damayanti, dia hanya tahu bekerja dan keluarga. Dia cinta dengan kehidupan yang tenang. Bersama toko bunga warisan Ibunya. Dia suka dengan arsitektur tapi kini itu semua hanyalah sampingan saja. Kemudian suatu hari toko bunga itu hancur lebur...