"Bantu aku." pinta Jongseong dengan suara serak.
Jayoon yang tidak biasanya mudah menangis, kini hampir menangis. Jongseong yang biasanya tampak galak dan keras kepala itu sangat berbeda dengan saat ini.
"Lemparkan senjatamu padaku kak!" Jongseong mengangguk pelan, tangannya dengan pelan meraih senjata yang ia pilih tadi dan melemparkannya ke bawah.
Brukk
"Oke, aku menangkapnya!" semangat Jayoon.
"Tidak ada sesuatu yang bisa membantu kita menangkapmu. Lompat saja ke arahku dan aku akan menangkapmu." Kosong, tidak ada apapun di bawah untuk membantu mereka. Jaeyoon dan Sunghoon meregangkan kedua tangannya bersiap menangkap Jongseong.
"Ada yang selamat!" teriak salah satu pasukan musuh.
Jongseong yang awalnya tidak mau melompat ke arah saudaranya itupun akhirnya terpaksa melompat. Untungnya ia berhasil sebelum tangan-tangan itu menemukan dirinya.
"Akh." Jongseong jatuh tepat pada bahu kedua saudaranya. Dengan sigap Jaeyoon dan Sunghoon segera memapah anak sulung itu dan membawanya berjalan bersama mereka.
Jayoon mengangguk dan memimpin jalan menuju kandang kuda. Beruntung, posisi kandang itu tidak begitu jauh dari mereka.
Jaeyoon meringis tiap kali Jongseong menggertakkan giginya menahan sakit. "Kau yakin bisa berjalan?" tanyanya.
Jongseong menyunggingkan senyum miringnya, dan mengangguk. "Aku pernah terluka lebih dari ini. Tapi sepertinya bahuku terluka." Tunjuknya ke arah bahu kirinya itu.
Sunghoon mengernyit pelan, "apa lebih baik ku lepaskan saja?" tanyanya,
Jongseong mengangguk, dan kini hanya Jaeyoon yang memapahnya. Sesuai dugaan, rasa sakitnya tidak separah sebelumnya. Dibalik sobekan pada jas kulit sutra itu, ia yakin lukanya cukup parah.
Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya mereka sampai di kandang kuda. Jayoon melirik sekitarnya, namun tidak ada siapa-siapa. "Dimana Mr. Dongjae?" herannya.
Mr. Dongjae adalah ketua dokter sekaligus perawat kuda-kuda kerajaan. Ia hampir tidak pernah meninggalkan tempat ini kecuali pada keadaan tertentu.
"Aku dan Sunghoon akan membawa kuda sendiri, Jaeyoon bersama Jayoon." Sunghoon yang mendengar pernyataan Jongseong menarik badan saudara kembarnya dengan kesal
"Kau gila? bahumu terluka bodoh." kesalnya. Ia mendahului Jongseong yang baru akan menaiki Tony. Tony adalah nama kuda kesayangan Jongseong.
"Lalu bagaimana dengan Gaeuli?" tanya Jongseong.
Sunghoon berdecak pelan dan segera menarik badan Jongseong untuk segera duduk di belakangnya. "Kau lupa? dia sakit sejak dua hari yang lalu, dan sepertinya cukup parah. Mr. Dongjae harus membawanya keluar." Jelasnya.
Jaeyoon dan Jayoon yang sedari tadi sudah siap memutar bola mata mereka jengah. "Berhentilah betengkar kakak-kakakku yang tampan. Mari berdiskusi kemana kita harus pergi." Ujar Jayoon.
"Berjalan ke arah pusat kota akan terlalu bahaya. Pasukan itu mengepung gerbang depan." Jelas Jaeyoon.
Sunghoon berdeham kecil sebelum akhirnya membuka mulutnya kembali, "kita hanya punya satu pilihan." Keempatnya serentak menoleh pada hutan kecil tepat di belakang kandang kuda.
"Lagipula seharusnya hutan itu aman, kakek selalu berusaha keras menjaga tempat itu." Sunghoon menambahkan.
Keempatnya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Walaupun tidak lama kemudian, pasukan musuh yang entah darimana asalnya itu semakin dekat dengan merkea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thirteen Survivors enhypen ft stayc
Научная фантастикаDerap kaki kuda semakin cepat meninggalkan keadaan istana yang kacau. Sang gadis meremas kuat jaket kulit milik lelaki di depannya. Sedangkan kedua lelaki lainnya memimpin di depan. Keempatnya semakin masuk ke dalam hutan yang kabarnya selalu dilin...