"Aduh." Jongseong mengaduh pelan, pantas saja bahunya terasa makin sakit seseorang tertidur di bahunya. Dan itu adalah.. Eh siapa ini? Seorang lelaki berambut hitam dan cukup tampan, tapi tidak setampan ia dan saudaranya menurut Jongseong.
Jongseong mengedarkan pandangannya, dan ia menemukan Sunghoon berasa dekat kaca. Entah ia pingsan atau tertidur, Jongseong tidak tahu pasti.
"Woi bangun." Jongseong menepuk pipi lelaki asing itu. Sekali, dua kali, hingga tiga kali pria ini masih belum membuka matanya. Jongseong cukup panik, lelaki aneh ini tidak mungkin mati kan?
"Kita dimana seong?" Bukannya sang lelaki asing yang terbangun, tetapi malah Sunghoon yang terbangun. Kini ia melihat Jongseong dengan tatapan kebingungan. "Siapa?" Tanyanya sambil menunjuk si pria asing.
"Kaga tau, tiba-tiba aja dia di sini. Hoon tolongin dong, mati rasa ini." Ringis Jongseong.
Sunghoon mengangguk paham, dengan sigap ia membantu menurunkan kepala lelaki misterius itu
"Namanya Henry, ada nametagnya Seong." Ujar Sunghoon.
Jongseong menaikkan alisnya sebelah, ia juga menemukan nametag pada jas Sunghoon yang sedikit lusuh. "Savier." Ucap Jongseong sambil menunjuk nametag Sunghoon.
"Jay." Keduanya saling menatap satu sama lain. "Ini gimana dah?" Gumam Jongseong.
"Kalian berdua siapa?" akhirnya lelaki misterius ber-nametag Henry itu terbangun.
"Jong-Jay." Mendegar ucapan Jongseong, Sunghoon menaikkan alisnya. Keduanya terdiam beberapa detik, seakan mengirim kode rahasia yang hanya mereka yang tau.
"Savier." Singkat Sunghoon.
Henry mengangguk kecil, "jadi kalian semua pake nama yang ada di nametag kalian? Kalau gitu gua juga, gua Henry."
Sunghoon dan Jongseong kompak menoleh satu sama lain. "Maksudnya?"
"Park Sunghoon, Park Jongseong. Calon raja baru, iyakan?" Henry tersenyum miring dan melanjutkan, "Lee Heesung, salah satu dari sekian juta rakyat Kerajaan Korea Selatan."
"Tapi panggil aja gua Henry, kayak nama yang ada di sini. Gua tadi sempat bangun, tapi karena kalian tidur ya gua tidur lagi." Lanjut Heesung.
Sunghoon dalam diam mengutuk pria yang sedikit aneh di depannya ini.
"Oke, Henry. Dan kau, maksud gua lu bisa panggil gua Jay dan Savier. Lu tau kita dimana?" Tanya Jongseong.
Heesung atau Henry menggeleng, "gua juga gak tau. Tapi yang pasti gua rasa kita gak sendirian di sini."
"Jaeyoon Jayoon! Harusnya di sini juga kan." Jay memekik pelan.
Savier mengangguk mereka kehilangan keduanya.
"Menurut lu di luar ada ruangan kayak gini juga?" Tanya Jay. ia bangkit mencoba membuka pintu itu. Namun, pintu itu memakai sistem doorlock dan tidak ada siapapun yang tau sandinya.
Henry menggeleng, "gua gak yakin tapi—"
"AAAAA...."
Henry belum sempat menyelesaikan kalimatnya setelah suara teriakan seorang gadis menggema.
Henry, Jay, dan Savier saling melemparkan pandangan kebingungan.
"Halo? Ada orang lain di luar sana?" Ucap Heesung dengan nada yang cukup tinggi.
"Ada! Kita berdua disini!" Balas seorang gadis, mungkin gadis yang berteriak tadi.
"Di sini juga!" Suara lelaki, arah suaranya lebih dekat.
"Di sini ada dua!" Itu suara Jaeyoon! Jay dan Savier hafal betul dengan suara itu.
"Di sini juga dua.." Itu suara sahutan gadis lainnya.
Oke sepertinya teriakan gadis tadi membangunkan seluruh orang.
Henry tersenyum lega, dugaannya benar. Ada beberapa orang yang mungkin juga terjebak di sini.
"Oke, bisa tolong sebutin nama kalian satu-satu? Gua Henry." Ajak Henry.
"Jay."
"Savier."
"Ni-ki."
"Sebastian."
Ada jeda sebentar sebelum akhirnya seorang gadis membalas.
"Selena, ayo kak!"
"Ck, Sonya."
"Gea."
"Sarah."
"Jerome."
"Jake." Itu suara Jaeyoon!
Oke sekarang Jay dan Savier berhasil menemukan Jaeyoon, tapi tidak dengan Jayoon. Sudah ada empat gadis yang memperkenalkan dirinya, namun mereka bukan Jayoon.
Ada jeda cukup lama, Henry beru saja akan membuka mulutnya kembali sebelum suara seorang gadis kembali terdengar.
"Jace." Akhirnya! Itu suara Jayoon.
"Jadi... 12 orang?" Tanya Henry ragu sambil menghitung dengan jarinya.
Jace menggeleng pelan walaupun tidak terlihat oleh lawan bicaranya. "Ada satu orang lagi disini! Tapi dia belum bangun dari tadi. Aku harus gimana?" Tanya Jace panik.
Tangannya menggoyangkan gadis di sampingnya itu pelan. Gadis itu sangat cantik dan juga pucat. Jace yang biasanya ketakutan ketika menonton hantu bersama Jay dan Jake semakin panik. Gadis di sampingnya ini masih hidup kan? Bukan seorang hantu kan?
"Jace coba cek denyut nadinya." Tenang Savier, ia tidak mau adiknya itu semakin panik.
Jace kembali mengangguk dan menekan jarinya pada pergelangan tangan sang gadis. Sedangkan jari lainnya ia letakkan di bawah hidung sang gadis.
"Aku masih bisa merasakan denyut nadinya, pernafasannya juga normal walaupun sedikit terasa berat." Jelas Jace. "Oh ya namanya Eisa!" Lanjut Jace.
Kalau dari namanya kalian bisa nebak ngga siapa aja mereka?
KAMU SEDANG MEMBACA
Thirteen Survivors enhypen ft stayc
Science FictionDerap kaki kuda semakin cepat meninggalkan keadaan istana yang kacau. Sang gadis meremas kuat jaket kulit milik lelaki di depannya. Sedangkan kedua lelaki lainnya memimpin di depan. Keempatnya semakin masuk ke dalam hutan yang kabarnya selalu dilin...