Part 6

30 8 1
                                    


Di rooftop remaja berbeda gender kini saling diam. Yang satu berkomat-kamit mengumpat yang satu cuek namun memperhatikan cewek di depannya.

"Ngapain bawa gue kesini? Gue laper woi mau ke kantin." Ucap Ava ngegas.

Bukannya menjawab Ezra malah menelepon "Bawa makanan ke rooftop sekarang." Langsung dimatikan sepihak.

"Lo ngomong apa cepet banget." Ava jujur. Karena memang Ezra ngomong itu cepat ia saja hampir tak dengar.

"Adohh!." Pekiknya begitu Ezra menyentil jidatnya sedikit keras.

"Korek kuping lo biar ga budeg." Ujar Ezra pedas. Mendengarnya Ava menatapnya datar namun Ezra malah memainkan ponselnya.

"Gue ga budeg ya lo nya aja ngomong nya kecepatan!." Sahut Ava tak terima.

"Mulut-mulut gue knapa lo yang repot?." Ezra menatap Ava sewot.

"Ya lo tadi ngapain nelpon? Oh jangan-jangan bener ya lo mau bunuh gue." Ucapan konyol itu meluncur saja dari mulut Ava, ia menatap Ezra tajam.

"Bunuh lo? Ngurus mayat lo aja males." Jawab Ezra ketus lalu kembali memainkan ponselnya. Ava menganga mendengarnya.

"Lo-"

Brakkk

Ava berjengit kaget saat pintu rooftop dibuka kasar. Sang pelaku hanya nyengir lalu memberikan kresek pada Ezra yang langsung diterima dengan wajah datar.

"Udah sana keluar." Usir Ezra langsung. Lafi menatap sahabatnya datar, sudah seenaknya nyuruh saat menelepon lalu mematikan telpon sepihak. Dan sekarang malah mengusirnya.

"Ngapain lo berduaan disini?." Tanya Lafi "Heh jangan-jangan lo-"

Ezra membekap mulut cerewet yang ia sebut sahabatnya itu "Brisik mending lo pergi dah ganggu." Kata Ezra lalu mendorong punggung Lafi keluar rooftop.

Lafi hampir saja terjungkal kedepan jika ia tak menjaga keseimbangan "Awas lo ya ngapa-ngapain!." Katanya seperti mengancam lalu pergi.

Ezra kembali lalu duduk "Lo mau berdiri aja?." Ava tak menjawab namun ia duduk dikursi kayu disamping Ezra.

"Nih makan." Ezra membuka styrofoam dan memberikan pada Ava.

"Gue cuma beli nasi goreng aja kalo ga suka gue beliin lagi." Lanjut Ezra saat melihat Ava hanya diam.

"Lagian lo ngapain sih bawa gue kesini gue kan mau makan dikantin!." Sungut Ava kesal, namun tak ayal nasi goreng itu masuk ke mulutnya.

"Heh lo sering di gituin kali?." Ezra mengeryit mendengar tanya Ava.

"Apa?."

"Lo kalo lagi dihukum sering di kasih minuman gitu?."

"Ya... Secara kan gue ganteng jadi setiap waktu gue dilirik siapapun." Ava mencibir mendengarnya.

"Oh berarti setan juga?." Spontan Ezra memukul pelan bibir Ava membuat sang empu meringis.

"Apaan sih?!."

"Ga gitu juga kali woi." Ezra membenarkan. Ava tak menjawab ia sibuk melahap nasi goreng yang di pegangnya.

Ezra telah habis terlebih dulu lalu ia berdiri setela meneguk habis satu botol air mineral "Mau kemana?." Tanyanya.

"Kalo gue jadi Dokter bagus ga?." Tanya Ezra tiba-tiba, matanya menatap kebawah dimana jalanan padat oleh kendaraan. Ava menghentikan aktivitasnya dari acara makan nya.

"Kaga cocok." Jawabnya lalu memasukan sendok terakhir.

"Terus gue cocoknya jadi apaan?."

"Kaga jadi apa-apa udah gitu aja." Ezra makin sabar mendengar jawaban Ava. Ia melangkah mendekati Ava lalu duduk di sampingnya.

EZVARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang