"Tes..satu..dua..."
"Selamat malam semua,"
Di bawah gemerlap lampu panggung, gadis bersurai kelabu sepunggung diikat kuda dengan gitar akustik dipangkuan, menyapa audien di hadapannya. Senyum manis terpatri indah di bibir pucat berbalut lip-tin miliknya. Membuat para wira termangu terbius pesonanya.
"Malam tuh paling pas buat ngegalau gak sih? Ya 'kan? Buat overthingking sembari ditemani secangkir kopi sama lagu indie. Yups, kali ini gue bakal nyanyiin lagu yang agak mendayu buat nemenin kegalauan kita semua--ya bagi yang ngerasa aja sih."
"Lagu buat gue dan kalian semua yang pernah ngalamin LDR beda keyakinan. Haha. Sebelumnya, buat oknum SK mahasiswa FK--semoga lu lihat gue disini, gue gak berani ngomong empat mata langsung sama lu soalnya. Gue mau minta maaf buat pernyataan perasaan lo yang tempo hari. Cinta emang nyatuin perasaan kita, tapi rosario yang mengalung di leher lu gak bakal bisa bersanding sama tasbih yang gue genggam. Buat apa memulai hubungan yang akhirnya bakal kandas juga? Gue juga suka sama lo, semoga lo nemu wanita seiman yang lebih baik dari gue."
Suara yang begitu halus mengalun lembut ke telinga audiensi yang menatapnya. Senyum masih terpatri di bibir sang puan namun nada getir yang terselip di dalam perkataannya tak dapat ter-elakan meski tawa sesekali menghiasi.
"Oke tanpa berlama-lama lagi. Mahen-seamin tak seiman, cover Semi Eita. Selamat menikmati."
Jemari lentik Eita mulai memetik senar gitar tuk menghasilkan melodi yang menjadi intro lagu. Senyum pedih ia lukiskan, netranya terlihat sayu menatap audien yang jua menatapnya namun hanya satu yang istimewa di sana. Wira dengan ciri khas poni asimetris yang konon menjadi daya tarik sendiri bagi para pengangumnya, Shirabu Kenjiro--oknum yang Eita maksud.
Salahkah hatiku jatuh hati pada dirimu?
Oh, Tuhan, ternyata hanya tak mungkin 'kan tersatukan
Kita adalah ketidakmungkinan yang selalu kusemogakan
Ditemukan namun salahBait pertama ia lantunkan dengan senyum yang tak jua pudar, namun setetes tirta terjun bebas dari manik Eita. Petikan jemarinya lambat menghasilkan melodi yang cukup menyayat. Larik demi larik ia lantunkan dengan suara yang begitu halus dipendengaran membuat semua yang mendengar seolah turut merasakan luka yang serupa.
'Kenji, maaf.'
Satu yang kutahu... kita seamin tak seiman
Berbeda...berujar.. pada kata akhir yang sama
Kita adalah ketidakmungkin yang selalu kusemogakan
Ditemukan namun salah"Tuhan gak bercanda 'kan? Kenapa kita dipertemukan di-aamiin yang sama kalau akhirnya kita berpisah karena tak seiman? Kak, semesta kalau bercanda gak lucu banget ya? Bawa-bawa hati bikin baper aja."
"Kenji, Tuhan gak salah. Kita yang salah sampai terjebak perasaan ini. Tuhan mungkin cuma menggariskan kita bertemu dan bersama sebagai senior galak dan junior tukang bantah, gak lebih. Tapi kita malah kejebak. Maaf ya, kakak gak bisa."
Kilasan percakapan beberapa hari yang lalu terlintas begitu saja dalam pikiran eita. Puan yang kini menginjak usia duapuluh tahun tersenyum kecut akan kenyataan yang menimpanya. Mungkin 'kah benar Tuhan berniat memermainkan hatinya? Setelah berhasil move on dari mantan pacarnya kala SMA, dia justru jatuh pada adik tingkat yang menyebalkan kala ospek universitas dua tahun lalu. Awalnya Kenji datang bak penyelamat namun kini rasanya ia tak jauh berbeda dari penjahat yang kembali menyayat hatinya.
Cinta menyatukan kita yang tak sama
Aku yang mengadah dan tangan yang kau genggam
Berjalan salah, berhenti pun tak mudah
Apakah kita salah?
Apakah kita salah?"Salahkah? Kak, kasih tahu aku apa jatuh hati sama sosok tak seiman salah? Gak kak! Hati ada untuk merasakan cinta. Kita gak salah kak! Berhenti nyalahin keadaan. Kalau itu yang kakak mau aku gak apa-apa. Aku gak berhak maksa kakak untuk mengkhianati Tuhan kakak, dan juga sebaliknya."
"Lagipula aku ini siapa Kak? Berani merebut Kakak dari Tuhan Kakak? Aaarrgh! Aku pamit kak, pamit dari kehidupan kakak. Gak perlu dijawab confess-ku yang barusan, aku udah tahu jawabannya."
Lagi-lagi suara Kenjiro terdengar di telinganya. Suara junior keras kepala sekaligus tukang bantah yang nyata berhasil buat dia jatuh hati, berulang kali terngiang di kepalanya. Seolah tak mau lepas dari memorinya. Ujaran, jerit frustasi yang Kenjiro ucapkan tak luput dari ingatannya.
Eita menghela napas, mengakhiri lagu yang ia nyanyikan. Dia bangkit dari duduknya, menggapai mikrofon.
"Oke gimana 190 detiknya? Cukup menguras emosi 'kah? Atau cukup membuat kembali mengingat kenangan soal si dia? Atau mungkin biasa aja? Ya apapun itu i hope you like it. See you next perform, bye."
Riuh rendah tepuk tangan mengiringi kepergian Eita ke belakang panggung. Dengan pipi basah dan luka hati yang kembali menganga meski belum sempat tertutup sempurna dia melangkah.
"Gak nyangka Semi si cewek bar-bar bisa jadi sadgirl juga rupanya." Celetuk pemuda bersurai arang dengan model rambut bak ekor ayam tatkala Eita sampai di backstage.
"Brengsek lo! Gini-gini gue juga punya hati jadi wajar bisa ngerasain patah hati. Emangnya lo ditolak berkali-kali pun sama si anak Ilkom juga biasa aja, kesenengan yang ada masokis sih." Ujar Eita sembari berlalu meninggalkan pemuda yang kini tengah bersandar di dinding dengan tangan terlipat di depan dada.
"Semi sialan! Heran gue kok Shirabu bisa suka sama senior gak ada adab kek lo sih!" Teriak pemuda itu kala Eita sudah agak jauh.
"Gue juga heran kok si anak Ilkom gak risi dideketin jamet kek lu sih Tet!" Balas Eita tak kalah kencang.
Omake
"Lagu buat gue dan kalian semua yang pernah ngalamin LDR beda keyakinan. Haha. Sebelumnya, buat oknum SK mahasiswa FK--semoga lu lihat gue disini, gue gak berani ngomong empat mata langsung sama lu soalnya. Gue mau minta maaf buat pernyataan perasaan lo yang gue gantung tempo hari. Cinta emang nyatuin perasaan kita, tapi rosario yang mengalung di leher lu gak bakal bisa bersanding sama tasbih yang gue genggam. Buat apa memulai hubungan yang akhirnya bakal kandas juga? Gue juga suka sama lo, semoga lo nemu wanita seiman yang lebih baik dari gue."
"SK anak FK yang kak Semi maksud itu lo Bu?"
Wira dengan poni asimetris yang awalnya fokus dengan gawainya menoleh ke arah temannya itu. Menghela napas, "Iya, siapa lagi emang?"
"Se-serius?! Kapan lu ngomongnya?"
"Lu kenal gue bukan kemarin loh, lu dah kenal gue dari jam SMP. Kapan gue gak serius?"
"Ya...gak pernah sih, tapi kapan lo ngomongnya?"
"Seminggu sebelum pensi, udahlah ya jangan bahas lagi."
Setelah itu tak ada lagi percakapan diantara mereka. Yang satu sibuk dengan teori konspirasi yang tiba-tiba menghinggapi kepalanya, sedangkan yang satunya sibuk menggali kenangan (baca:luka lama).
"Kak Eita, aku juga suka kakak. Semoga kakak bertemu orang lain yang jauh lebih baik dari aku. Maaf aku sempat egois." Tak lama Kenjiro melangkah meninggalkan temannya yang masih sibuk dengan pikiran anehnya.
"Woy Bubu tungguin! Lu mau kemana? Kak Semi aja belum selesai perform!"
"Berisik bego! Jangan panggil gue Bubu lagi, orang-orang pada ngira gue ngehomo sama lu!"
"Anjing bukannya jawab malah mempermasalahkan panggilan!"
"Bodo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝚞𝚗𝚛𝚎𝚊𝚌𝚑𝚊𝚋𝚕𝚎 [ShiraSemi]
FanfictionTak tergapai itulah kita "Kenapa kita dipertemukan di-aamiin yang sama kalau akhirnya kita berpisah karena gak seiman?" - S.Kenjiro "Cinta emang nyatuin perasaan kita, tapi rosario yang mengalung di leher lo gak bakal bisa bersanding sama tasbih yan...