Hembusan angin menerpa, langit malam kali ini terlihat cerah dengan suara ombak dan nyanyian lagu orang orang yang begitu ramai. Tempat yang pas untuk melepaskan penat mingguan di malam minggu ini.
Malam minggu kali ini diriku lagi-lagi sendiri, bukan bersama orang yang selalu menemani. Di tempat diriku duduk sekarang ini, tempat penuh cerita masa lalu yang tak kunjung hilang dari ingatanku. Seperti kembali dalam masa lalu, aku menutup mata kemudian menghembuskan nafas, menandakan aku yang sangat terpukul atas ketidak hadiran seseorang yang selalu menemaniku selama ini.
Disaat seperti ini bukankah lebih baik menangis?, pikirku dalam hati. Begitu terpukul diriku kehilangan seorang yang begitu aku sayangi. Namun aku berjanji pada diriku bahwa dirinya tidak akan menangis olehnya. Setelah memikirkan hal tersebut aku kembali menghembuskan nafas. Tidak ada yang bisa menggantikan posisi seseorang itu di hatiku maupun kehidupanku. Tidak akan pernah.
Aku berdiri dan melihat kembali lautan indah yang begitu tenang, "Aku harap kamu juga tenang sepeti lautan sekarang ini disana."
҉
Suara langkah kaki memecah keheningan rumah megah modern yang sepi. Melangkah menuju ruang utama yang letaknya tak jauh dari pintu rumah. "Darimana?" Tanya seorang perempuan yang tampak muda di seberang kursi. Tak ada jawaban, yang ditanya hanya terus berjalan menyusuri anak tangga. "Kalau orang tua tanya itu dijawab!" Bentaknya. Tanpa menghiraukan apapun aku terus menuju tempat yang dituju.
Aku mulai memasuki ruangan yang cukup luas untuk ditinggali satu orang saja. Berbagai perabotan modern memenuhi sebagian tempat, berwarna hitam putih, warna kesukaanku. Aku mulai menggerai rambutku yang dikuncir, menduduki kasur lalu menghela nafas. Aku melihat jam dinding berwarna hitam di samping tempat tidur. Pukul sembilan malam, Aku bergegas berdiri lalu berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam ruangan itu.
Di depan cermin aku melihat bayangan lain dari diriku. Betapa lelahnya diriku terlihat di mata itu. Aku hanya terus melihat diriku sendiri di cermin itu. Lalu aku tanpa sadar berkata "Jika seandainya aku tak melakukan kesalahan, apakah kau masih berada di sampingku?," aku menghembuskan nafas kembali setelah mengingat kejadian itu.
҉
Air bertetesan di lantai, sumbernya adalah rambut yang masih basah selepas mandi. Aku berjalan di ruangan walk in closet yang aku miliki. Menuju meja rias modern yang juga dipenuhi barang hitam putih. Aku mengambil hairdryer di depanku. Aku mulai mengeringkan rambutku yang basah.
Hampir sepuluh menit, aku sudah selesai dengan hairdryer, kemudian aku berjalan kembali menuju ruang utama di kamarku. Aku menduduki meja dengan satu monitor yang lumayan besar di depanku, terihat berantakan karena kertas dan barang barang lain yang menjadi satu di meja.
Aku mulai membersihkan meja berantakan itu dengan cekatan, Au mulai memilah-milah kertas yang layak pakai dan tidak, kemudian disatukannya mereka di satu file. Bolpoin yang berserakan juga sudah dikembalikan ke tempat semula.
Setelah aku merapikan mejaku, aku mengambil tablet bertuliskan Samsung di belakangnya. Aku membuka email dan membalasnya satu per satu. Beberapa email adalah tentang pekerjaan, dan satu yang mencuri perhatiannya. Email dengan subject "KEMATIAN".
Kematian, mengingatkanku pada seseorang yang pernah hadir di hidupku. Tak bisa dipungkiri bagaimana bingungnya diriku, kematian adalah kata dan hal yang sangat sensitive bagiku. Ini adalah tahun ke 5-nya. Siapa yang tahu bila ini adalah tahun ke 5 setelah ketidak hadiran seseorang itu? Dan juga, siapa yang mengirim email itu?
Tanpa pikir panjang, aku membuka email itu. Bola mataku mulai membaca dengan seksama apa isi email itu. Dan isi dari email itu adalah, cerita 5 tahun yang lalu. Bahkan diriku pun tak begitu ingat, tapi setelah membaca tulisan itu, aku seperti mulai kembali pada 5 tahun lalu. Matau terasa panas, dan mulai meneteskan air mata, benteng rindu yang sudah kubuat susah beberapa tahun ini runtuh begitu saja hanya dengan satu kalimat.
"Kita akan bertemu lagi, pasti. Itu takdir kita."