"four"

3.7K 234 55
                                    

Based on this, thanks anon 💙 wuff you 😚😚

note : sedikit aku ubah sesuai kebutuhan cerita 💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

note : sedikit aku ubah sesuai kebutuhan cerita 💙

•°×•°×•

Seperti rutinitas pagi hari lainnya, Chan akan sibuk mempersiapkan diri untuk berangkat kerja sedangkan Changbin melakukan sedikit pekerjaan rumah sebelum melakukan hal yang sama. Sejujurnya tidak ada aturan tentang siapa yang harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga, tetapi karena Chan memiliki jadwal lebih sibuk dari pada Changbin, maka dengan senang hati ia melakukan setengah lebihnya, sedangkan sisanya Chan yang bereskan.

Dinamika kehidupan pernikahan mereka benar-benar sederhana, lakukan jika mau, tinggalkan kalau enggan maka yang lain akan menggantikan meski dibubuhi sedikit cibiran sebal.

Seperti pagi ini.

Chan tiba-tiba kehilangan sebelah pasang kaus kakinya; sudah terlalu sering ia begini. Maka yang dirinya lakukan pertama adalah mencari dengan teliti walau sedikit malas, lalu jika belum ketemu jurus andalannya adalah berteriak.

"BIN! LIAT KAOS KAKI GUE NGGA? YANG HITAM POLKADOT!!"

Changbin tengah berada di balkon, sedang menjemur selimut yang barusan ia cuci. Karena sudah teramat sering menghadapi keteledoran Chan, maka ia tidak bertindak apapun selain membalas dengan teriakan serupa. Benar-benar pagi yang penuh semangat.

"GAK TAU! LO TARO MANA EMANG? CARI SANA SAMPE DAPET."

"Gak ketemu!" Betapa terkejutnya Changbin kala sosok Chan telah berada di belakangnya, dengan wajah masam sekaligus kesal karena kaus kakinya yang pergi entah ke mana.

Dari pada berdebat, yang laki-laki itu lakukan hanyalah menghembus napas panjang lantas melempar tatapan tajam bak belati pada pasangannya tersebut. "Awas aja kalo gue nyari terus ketemu," ancamnya.

Chan sesungguhnya merinding, tapi apa boleh buat. Changbin punya kekuatan bak seorang ibu yang mampu menemukan barang hilang dalam sekejap mata, entah black magic macam apa yang mereka kuasai tersebut.

Laki-laki yang lebih muda itu pergi menuju kamar tidur mereka, melangkah pasti sambil sesekali memutar tubuh untuk memberikan tatapan membunuh pada sang suami.

Chan menunggu di ambang pintu dengan tangan bersidekap, memperhatikan secara penuh kala Changbin membuka rak kedua dari bawah lemari mereka. Rak itu memang tempat menyimpan pakaian-pakaian kecil semacam kaus kaki, dan tak sampai sekejam benda yang sedari tadi ia cari berada di genggaman Changbin. Chan tertegun.

"Ini apa?"

Hal pertama yang ia lakukan adalah meringis. "Hehehe, ada rupanya. Makasih ya, sayang." Lalu mengambil alih benda ditangan Changbin. Tidak lupa mendaratkan kecupan ringan pada masing-masing sisi wajah laki-laki tersebut.

"Oiya, entar kalo ada email dari Brian, tolong bilangin kalo udah diterima. Gue jarang bawa hp pas ngajar." Sambungnya sembari mengusak surai lembab Changbin yang masih sedikit basah karena tadi sempat keramas. Aroma melon masih menguar tebal dari sana. "Itu orang suka gelisah kalo gue gak langsung respon."

sex with me; chanchang | 19+ [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang