Laki Laki Dengan Kemeja Biru

5 2 0
                                    


Aroma tanah yang bercampur air hujan tercium jelas pagi ini. Secangkir kopi hangat tergeletak di atas meja. Roti lapis isi dengan toping coklat menjadi teman sempurna untuk menikmati indahnya pemandangan kota bandung dari balik jendela.

"Syaa!" sebuah panggilan, menghentikan kegiatan santaiku. Suara yang tidak lagi asing ditelingaku.

"ya?" ucapku seraya membalikan badan menghadap laki laki dengan kemeja biru di belekangku.

"Kenapa sendirian?" tanyanya dengan tatapan dalam. Laki laki dengan kemeja biru itu berjalan pelan kearahku, semakin dekat.

'Greek' suara gesekan antara dinginnya lantai caffe dan kokohnya kaki bangku besi.

"Siapa yang izinin kamu duduk?" ucapku dengan senyum kecil yang menghiasi bibir merahku. Laki laki ini selalu saja penuh dengan kejutan. Siapa sangka dia akan ada di hadapanku saat ini, setelah sebelumnya menolak untuk bertemu denganku.

"kebiasaan, kalo aku tanya pasti balik nanya," ucapnya dengan menautkan jari tengah dan ibu jarinya seraya mengetuk dahiku,

'tuuk' suara jari yang bersentuhan dengan dahiku.

"Aww, sakit tau! Kamu tau darimana aku disni?" ucapku seraya mengusap pelan dahiku yang sedikit memerah karna ulahnya.

"Darimana yaaa? Tau aja, dimanapun tuan putri berada, pangeran juga ada," dia mengucapkannya dengan senyum terbaik yang dia miliki, menatap dalam mataku seraya menopang kedua telapak tangannya di dagu.

"wuaa saya sangat tersentuh. Sayangnya kamu bukan pangeranku, tapi pengawal pribadi hahaha," aku mengucapkannya dengan nada mengejek dan tertawa puas.

Laki laki dengan kemeja biru itu justru memandangku dengan tatapan teduh dan senyuman manis di wajahnya. Aku kalah, senyumnya lebih indah dari pemandangan kota bandung di pagi hari setelah hujan.

"kalo buat kamu ketawa lepas bisa buat jantung aku degup ga normal gini, gabisa sering sering nih aku litanya," ucapnya dengan menggelengkan kepala dan menatapku.

"loh kenapa, Ko gitu?" ucapku penasaran.

"ya karna ga baik buat kesehatan aku, kalo setiap liat kamu ketawa jantung aku kaya gini, nanti kalo aku mati muda gimana? Mana rela aku wanita secantik kamu jadi jomblo," ucapnya dengan nada merayu andalannya.

Laki laki dengan kemeja biru dihadapanku ini memang selalu bisa membuatku bahagia dengan hal hal nyeleneh yang dia lakukan. Atau sekedar perhatian perhatian kecil yang dia berikan. Dia laki laki pertama yang berhasil mendekat dan meruntuhkan dinding kokoh yang aku buat selama ini.

"Deandra Athala, kesayangannya Esya. Dengar yaaa, aku itu baik baik aja meskipun tanpa kamu. Jadi kalo nantinya aku jomblo ya biarin aja, aku bisa cari pacar lagi, gitu aja ko ribet hahaha," aku Kembali tertawa setelah mengucapkan kalimat itu. Wajahnya semakin menunjukan ketidak sukaannya atas ucapanku barusan.

"Ohhhhh tentu tidak bisa seperti itu, tuan putri!" ucapnya seakan akan dirinya adalah pangeran dengan mahkota di atas kepalanya, kami tertawa bersama. Sisa pagi ini kami habiskan dengan berbincang bersama seraya menikmati secangkir americano dan latte kesukaanku.

Laki laki bernama Deandra Athala berhasil mencuri hatiku sejak kami duduk di bangku SMA. Laki laki dengan kepribadian cuek dan menyebalkan itu berhasil memasuki hidupku yang monoton. Aku pernah bertanya kepadanya 'kenapa aku? Dan jawabanya "karna sama kamu aku tau harus melakukan apa, karna sama kamu aku cukup jadi diriku sendiri, dan alasan terpentingnya adalah karna perempuan itu kamu" jawaban sederhana yang diberikan cukup membuatku luluh untuk menyetujui ajakannya untuk bersama. Aku sempat berfikir bagaimana bisa aku luluh dengan kata kata seperti itu, sampai akhirnya aku paham, bukan kalimatnya yang mebuatku luluh, tapi karna dia adalah Deandra Athala, lelaki sederhana yang senyumannya selalu ingin aku lihat. Pada akhirnya bukan hanya aku yang jatuh, tetapi dia juga, laki laki cuek dan menyebalkan itu mampu aku miliki hatinya.



________________________________________________________________________________


Perkenalan dulu untuk hari ini, kisah kedepannya akan penuh warna, stay tuned. terimakasi sudah meluangkan waktu untuk membaca, salam hangat.

Second LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang