PROLOG

14 1 0
                                    

Lombok, kota yang penuh akan surga dunia. Bukan hanya itu, kisah dibalik kota pedas itu menarik perhatian. Nadin sosok perempuan dengan perawakan tinggi dan rambut hitam sepundak itu berjalan menyusuri jalana yang ramai wisatawan.


"Nadin!" panggil suara berat, sosok laki-laki jangkung dengan kulit coklat.

"Hei Rey, mana yang lain?" Laki-laki yan disapa Rey itu pun mulai menyamakan langkah Nadin, mereka berjalan bersisian.

"Lagi pada ke pantai, biarinlah. Lusa juga pada balik." Nadin hanya menganggukkan kepala mengerti.

Rey adalah sahabtNadin, mereka berteman saat masih di bangku menengah atas. Tentu saja Nadin sedang menjadi tour guide dadakan. Dulu, sebelum pindah ke Lombok, Nadin bersekolah di Palembang. Setelah lulus sekolah, Ayah dan Ibu gadis itu memilih berpisah. Ya, Nadin adalah salah satu dari jutaan anak yang mengalami brokenhome sejak kecil.


Setelah resmi berpisah, ia ikut dengan sang Ayah pindah ke Lombok. Pun dirinya melanjutkan pendidikan disini. Terkadang, didalam benak gadis itu berpikir mengapa dirinya terlahir tanpa kasih saying?

Namun ia buang jauh-jauh perasaan tersebut. Terkadang ia pun memikirkan hal-hal yang dapat membebani hidupnya.

"Nad..." Panggil Rey menyentuh pundak gadis itu.

"Eh iya," Nadin tersadar dari lamunannya. Rey hanya tersenyum maklum saja, biasanya ia menjadi pendengar bagi sang sahabat.

Kini mereka berhenti melangkah, memandangi langit yang mulai senja. Terkadang Nadin menghela napas, rasanya sangat menenangkan.

"Nadin, kapan ke Jakarta?" Tanya Rey, pasalnya setelah delapan tahun pindah. Gadis itu tak pernah berkunjung sekalipun. Bahkan Rey sanksi Nadin datang ke pernikahan sang Ibu. Dan benar saja saat ia bertanya, Nadin tak datang dan berkata. "Bokap nggak ada yang ngurus kalau gue pergi."

Rey paham, Nadin seakan menyimpan dendam kepada sang Ibu. Bahkan gadis itu benci pada dirinya sendiri harus terlahir dari wanita murahan yang ia panggil Ibu. Terlalu sulit merangkai kisah gadis itu, terlahir kurang kasih sayang. Sang Ayah yang cukup menderita, dan memilih berpisah dengan sang Ibu.

Namun walaupun demikian tidak membuat Nadin menjadi gadis nakal dan urakan seperti anak brokenhome kebanyakan. Nadin gadis penurut bahkan di umur ke-25 saat ini ia enggan memikirkan pernikahan, kekasih pun seperti enggan untuk ia cari.


Ia takut akan pernikahan, seolah ada trauma mandalam. Ia takut seperti Ayahnya atau bahkan sang Ibu. Jika dipikir kembali, gadis itu ingin menangis tersedu-sedu. Bahkan ingin mengadu, tapi semenjak Rey bertunangan Nadin itu seolah semakin menutup diri.

"Nad, lu jangan sungkan buat cerita. Gua selalu ada kalau lu butuh." Namun Rey ia hiraukan. Karena ia sadar, akan ada jarak antara dirinya dan Rey. Laki-laki kedua yang ia percaya setelah sang Ayah.

"Rey kenapa lo pilih Lombok sebagai destinasi liburan kalian?" Langit yang mulai gelap dan angina laut yang terasa membuat Rey memberikan jaketnya kepada Nadin, ia kenakan dipundak gadis itu.

"Karena gua tahu, lu gak akan pernah mau gua ajak liburan. Jadi ini pilihan yang tepat."

Nadin beralih menatap Rey yang tersenyum kearahnya, Rey pun berbalik. Membuat mereka kini berhadapan. "Nadin, bulan depan gua udah married, dan mungkin setelah ini prioritas gua sepenuhnya milik Agatha. Sorry?"

Nadin tersenyum, lalu mengangguk paham. Inilah mengapa ia mulai menjaga jarak, ia cukup sadar akan posisinya. "Iya gue tahu kok, bahagia Rey. Jaga istri lo nanti, jangan disaktin." Rey mengangguk.

"Pasti," ujar laki-laki itu lalu membawa Nadin kepelukannya, mengusap pundak sang gadis yang ia yakini tak akan bisa seperti ini lagi. "Datang ya Nad, kalo lu nggak datang bulan depan. Gua beneran bakal kecewa."

Nadin menguraikan pelukan mereka, ia tersenyum dan mengangguk. "Iya, buat lo nanti gue datang."

Satu yang Nadin tahu, ia kehilangan cinta pertamanya. Laki-laki yangdapat ia percaya sebesar ia mempercayai sang Ayah

.



~





Palembang, 19 Juni 2021.

BROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang