Chapter 3: Topeng

314 48 45
                                    

Terimakasih sudah mau menunggu. Lumayan nunggu 3 hari. Selamat membaca, semoga bisa dinikmati.

Jonial mengangkat tubuh Jefri dipunggungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jonial mengangkat tubuh Jefri dipunggungnya. Dia berjalan kearah café karena mobilnya ia parkirkan disana.

Demi dewi yang baik hati-Nya, setelah beberapa langkah, Jonial bertemu dengan kedua temannya yang membawa mobilnya berkeliling untuk mencarinya.

"Cok! Cepertan bawa masuk!" Teriak Yuta sembari menurunkan kaca mobil,

Dyo reflek keluar dari mobil dan membukakan pintu belakang. Dia juga ikut membantu Jonial untuk menurunkan Jefri dari punggungnya.

"Enteng bener badan." Celetuk Dyo saat kembali masuk ke mobil begitu juga dengan Jonial,

Jonial yang duduk disebelah Jefri di jog belakang membenarkan baju Jefri yang tersingkap. Dia sempat melihat perut mulus nan rata adik tingkatnya itu.

Bangsat, gue nggak sabar. Tapi ya jangan keras disini juga sih! Lo keliatan kek penjahat kelamin beneran, Jon!

Setelah agak lama berlarut dalam lamunannya, Jonial tersadar dan kembali duduk dengan benar diposisinya. Tapi matanya tidak bisa lepas memandangi wajah Jefri.

"Ini pasti sakit ya, Jef?" Jonial membenarkan rambut Jefri agar tidak mengenai lukanya, dia menarik selembar tissue lalu membersihkan darah yang mengalir pada dahi Jefri.

Walaupun Jonial terlihat tenang, namun didalam hatinya dia merasakan sebuah kekhawatiran. Dia pun merasakan panik saat Jefri jatuh dipunggungnya.

"Kaga, rasanya enak ahh ahh. Ya perihlah, cok!" Yuta mengumpat sambil menyetir.

Kecepatan mobil ini dia lajukan lebih cepat dari normalnya dia menyetir mobil, walaupun normalnya Yuta adalah kecepatan orang-orang di jalanan tol.

Tidak lama mereka sampai di Rumah Sakit Muktiharjo, rumah sakit yang dimiliki keluarga Yuta. Jonial menggendong Jefri didepan bak pengantin baru, namun berdarah-darah. Sedangkan kedua temannya memanggil perawat untuk mengurus Jefri.

Saat melihat Yuta ada disana, perawat-perawat itu langsung dengan tanggap mendorong kasur dan peralatan lain untuk melayani Jefri. Dia ditidurkan disitu lalu dibawa ke IGD untuk diobati.

Seorang perawat lain mengundang ayah Yuta untuk menangani Jefri, itu perintah Yuta.

Jonial, Dyo dan Yuta menunggu diluar, kurang lebih 20 menit lalu dokter keluar menemui mereka.

"Om, gimana?" Jonial gerak cepat menanyakan Jefri.

Dokter yang dipanggil om itu menjawab sambil terkekeh, "Kalian ini sukanya berlebihan, dia baik-baik saja, lukanya memang cukup dalam tapi sudah saya jahit. Baru kali ini selama 20 tahun saya menjadi dokter spesialis jantung harus mengobati luka kecil seperti tadi."

Memikat - JohnJaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang