♡ PROLOG ♡

69 26 81
                                    

"Jika seseorang benar mencintai, maka ia akan selalu ada dalam setiap suka dan dukamu."

꧁⚘HAPPY READING⚘

___________________

"PAKAI SAYAP ATAU NGGAK, NAT?!"

Teriakan menggelegar itu berhasil menarik perhatian para murid SMA Cakrawala yang ada di koridor sekitar toilet.

Si empunya suara bersikap acuh. Baginya, tatapan-tatapan aneh dari beberapa murid itu tidak ada artinya.

Sementara gadis yang ada di balik pintu toilet itu hanya mampu mengumpat dalam hati. Cowok itu benar-benar memalukan.

"PAKAI, JO! LO NGGAK USAH BERISIK, DEH!"

Jawaban dari dalam toilet itu membuat Jonathan tersenyum aneh.

"Berapa sentimeter, Nat?"

Lagi-lagi Jonathan melontarkan pertanyaan gila yang tentunya semakin menarik perhatian orang-orang yang ada di sana.

"Nata, berapa sentimeter, Nat?" ulang Jonathan.

"TERSERAH, JO! TERSERAH!" geram Natasha.

Jawaban Natasha yang terdengar ngegas membuat Jonathan terkikik geli. Salah satu hobinya adalah memancing emosi Natasha Auristella.

Tatapan Jonathan mengedar, mencari seseorang yang bisa ia jadikan babu dadakannya. Tatapannya terhenti pada seorang cowok yang menggunakan kacamata.

"Eh, Babu!" panggil Jonathan seenaknya.

Cowok yang tidak sadar bahwa dirinya yang dipanggil itu terus berjalan. Sementara Jonathan yang merasa diabaikan langsung menghampirinya.

Dengan sedikit kasar, Jonathan menepuk pundak cowok ber-name tag Banu itu.

"Ada apa, Kak?" tanya Banu.

"Ada apa, ada apa! Dari tadi gue manggil lo!" sungut Jonathan.

"Manggil gue?" tanya Banu sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, njir!" sungut Jonathan. "Babu, kan?"

Banu menatap kakak kelasnya itu dengan tatapan bingung. Detik berikutnya ia baru sadar, namanya adalah Banu, sementara Jonathan memanggilnya Babu.

"Nama gue Banu, Kak," ujar Banu mengoreksi.

"Banu kek, Babu kek, bukan urusan gue!" tukas Jonathan membuat Banu hanya bisa menggeleng pelan.

Tangan Jontahan bergerak merogoh saku celananya, lalu mengeluarkan selembar uang biru.

"Tugas lo," ujar Jonathan sambil menarik tangan Banu lalu memberikannya uang tersebut, "beliin gue pembalut yang ada sayapnya."

Air muka Banu berubah kaget. Pikirannya seakan dibuat travelling saat ini.

"Enggak usah mikir macem-macem!" tukas Jonathan yang seakan mengerti jalan pikiran Banu. "Itu buat cewek gue."

"Kalo buat cewek lo, kenapa bukan lo aja yang beliin?" tanya Banu.

Bukannya menjawab, Jonathan malah menghadiahi Banu tatapan tajam bak elang yang siap menerkam mangsanya saat itu juga. Nyali Banu menciut. Tanpa berlama-lama lagi ia langsung ngacir ke kantin.

Jonathan kembali berjalan dan berdiri di depan pintu sambil bersedekap dada. Menunggu Banu yang sedang mencarikan pembalut bersayap untuknya. Ralat. Bukan untuknya, melainkan untuk gadis yang ada di dalam toilet tersebut.

Sebenarnya tadi Jonathan sudah pergi ke kantin untuk membeli pembalut. Namun, saat ditanya ingin membeli pembalut bersayap atau tidak, cowok itu bingung. Alhasil, ia pun kembali dan bertanya kepada Natasha sambil berteriak.

Selang beberapa menit, Banu datang sambil membawa kantong plastik hitam berisi pembalut pesanan Jonathan. Setelah memberikannya, Banu langsung pergi dari sana.

Tangan Jonathan perlahan mengetuk pintu toilet. "Nat, ini pembalutnya udah ada."

Pintu perlahan terbuka. Natasha menjulurkan tangannya untuk mengambil pembalut dan menutup pintu kembali.

Sembari menunggu, Jonathan bersandar di dinding sambil sesekali memberikan senyuman cool-nya pada gadis-gadis yang hendak masuk ke bilik toilet.

Cowok yang satu ini memang hobi sekali tebar pesona!

"Udah belum, Yang?" tanya Jonathan.

Di dalam toilet Natasha bergidik geli mendengar panggilan 'Yang' dari Jonathan yang ditujukan padanya.

Perlahan Natasha membuka knop pintu, lalu keluar dari sana. Jonathan yang memang sedari tadi menunggu, langsung menyambutnya dengan senyuman yang memesona. Namun, tidak berhasil membuat hati Natasha bergetar.

"Makasih," ujar Natasha tulus.

"Anything for you, Baby."

Natasha hanya memutar bola matanya malas lalu melangkah meninggalkan toilet dengan pelan. Ini merupakan hari pertamanya menstruasi, yang membuatnya merasakan nyeri dan kram yang begitu menyiksa.

Wajahnya pucat dengan keringat dingin yang mengucur di leher juga dahinya. Badannya pun terasa menggigil dan lemas, namun ia tetap berjalan menuju kelas.

Ada Jonathan yang setia mengikutinya dari belakang. Cowok itu berjalan sangat pelan, mengikuti langkah Natasha di depannya.

"Kalau udah nggak kuat, mending ke UKS aja. Aku temenin, kok."

Sudah berulang kali Jonathan mengulangi kalimat tersebut, tetapi Natasha keras kepala. Gadis cantik itu tetap memaksakan dirinya untuk berjalan menuju kelasnya.

Langkah Natasha semakin memelan. Penglihatannya mulai mengabur. Perutnya terasa semakin sakit.

"Siaga satu!" batin Jonathan.

Dengan posisi yang semakin dekat dengan Natasha, ia bisa merasakan bahwa sebentar lagi gadis kesayangannya itu akan tumbang.

Jonathan mulai menghitung dalam hati.

1

2

3

Tepat pada hitungan ketiga. Natasha ambruk ke dalam pelukan Jonathan Rafindra.

✿┈┈┈Bersambung┈┈┈✿

HAI GUYS!!!
WELCOME TO MY NEW WORK!

Ini adalah cerita keduaku setelah JUARA KEDUA eaaa

Gimana sama prolognya?
Coba kasih tanggapan kalian di sini:)

Oh, iya, jangan lupa tambahin juga di perpustakaan kalian, biar kalo aku update kalian dapat notif hehe :)

By the way, cerita ini udah terkurung lama di draft, dan hari ini baru dibebaskan olehku😭

Kenapa publish-nya hari ini? Ya biar pas aja gitu sama hari ulang tahunku wkwk (beri ucapan, doa, atau kado, dong)😭

Okey, segitu aja dulu, ya:)
Hope u guys enjoy🕊

NEXT gak nih?
Next dong masa enggak.

Salam sayang dari aku,

Istri Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan jalur ngaku-ngaku, ngada-ngada, ngadi-ngadi.

JONATHAN RAFINDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang