Dracology 05

109 9 0
                                    

Gryffindor harus menerima kekalahan dari Hufflepuff setelah Cedric Digorry berhasil menangkap golden snitch. Namun bukan kemengan Hufflepuff-lah yang menjadi perhatian para siswa, melainkan Harry yang terjatuh dari ketinggian sekian meter saat berusaha menangkap golden snitch.

Lelaki berkaca mata itu terjatuh setelah mendapat serangan dari para dementor. Saat mengetahui penyebab jatuhnya Harry, Prof. Dumbledore pun marah besar karena para dementor telah melanggar aturan dengan memasuki area sekolah.

Dan disinilah Lavela sekarang, di hospital wing, menemani Harry yang belum siuman. Tentu saja Lavela tidak sendiri, ada Hermione dan Ron. Sebelumnya juga ada para pemain quidditch Gryffindor, namun mereka telah kembali ke asrama.

" Lav, sebaiknya kau kembali ke asrama mu. Biar aku dan Hermione yang menunggu Harry disini," ucap Ron.

" benar Lav, nanti kau akan sendirian kembali ke asrama jika tidak kembali sekarang," timpal Hermione.

" ahh baiklah kalau begitu. Jika Harry sudah siuman, sampaikan padanya kalau aku menunggunya tadi," ucap Lavela. Lavela pun segera kembali ke asramanya.

Sepanjang jalan menuju asrama, pikiran Lavela terus tertuju pada kejadian tadi sore dimana ia membekap mulut Draco. Lavela meringis kala mengingat tatapan aneh Draco saat ia membekapnya.

" astaga aku bodoh sekali," gumam Lavela sambil menepuk jidatnya pelan.

Lavela benar-benar merasa malu dengan tindakannya itu. Ia tidak mau dicap sebagai perempuan yang tidak benar karena sudah menyentuh seorang laki-laki tanpa persetujuan yang bersangkutan.

" bagaimana ini? Mau ku taruh dimana muka ku jika bertemu dengannya. Demi Merlin! Aku malu sekali," gumam Lavela lagi. " lagi pula untuk apa aku membekap mulutnya? Memalukan."

" ya! Kau memang memalukan."

Sontak Lavela menoleh ke sumber suara. Mata Lavela membulat sempurna saat mendapati Draco yang sedang menatap remeh kearahnya. 

Tadi sepulangnya Draco dari menara astronomi, ia tak sengaja mendapati Lavela yang sedang berjalan sendirian. Lantas lelaki itu memilih berjalan diam-diam di belakang Lavela dan mendengar semua celotehan gadis itu.

" k-kau mengikuti ku ya!," tukas Lavela. Draco menyeringai mendengar tuduhan Lavela.

" percaya diri sekali. Kalau kau tidak ingat, kita berada di asrama yang sama," jawab Draco santai.

Baiklah, sekali lagi aku telah mempermalukan diriku sendiri— batin Lavela.

" dasar gadis aneh!," ejek Draco. Lelaki itu berjalan mendahului Lavela.

" rasanya ingin ku pukul saja wajah sombongnya itu," omel Lavela sambil membuat gerakan meninju. Lavela lalu segera berlari menyusul Draco.

" em M-Malfoy," cicit Lavela dan membuat Draco menghentikan langkahnya.

" dengar, a-aku tidak bermaksud apa-apa tadi. Aku berani bersumpah, aku bu-bukan sengaja mencari kesempatan denganmu." Entah mengapa Lavela merasa harus meluruskan tentang kejadian tadi.

Draco pun berbalik menatap Lavela.

" kau sengaja mencari kesempatan pun aku tidak masalah."

•••

Kau sengaja mencari kesempatan pun aku tidak masalah

Kata-kata Draco terus terngiang-ngiang di benak Lavela. Bahkan sampai pagi saat sarapan di great hall pun, Lavela masih bisa mendengar dengan jelas kata-kata itu. Berkali-kali Lavela menggelengkan kepalanya berusaha mengusir ingatannya tentang  semalam.

-DRACOLOGY- [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang