I-c

5.9K 1.1K 89
                                    

Selamat pagi 🌤️
Semoga weekend ini indah yaa🌈
Sbenernya mau update nunggu views 1k dulu, tp krn ak lg di mood yg bagus ak update sekarang 😊

Ak mo ngucapin terima kasih utk kalian yg dengan begitu sabar membaca cerita2.ku
Yaps baca novel kayak makan seblak, dicium aromanya, ditiup pelan2 baru dimakan dikit2.
Gausah buru2.
Itu namanya baru menikmati.😃

Oh iya satu lagi, semua cerita yg aku tulis ga ada niatan utk menjelekkan daerah, agama, profesi dll.
Intinya cerita akan memberikan good value klo kalian melihatnya dr sisi yg baik.
Sebaliknya hanya akan terlihat buruknya, jika emang kalian emang melihat dari sisi buruknya.
Tp aku percaya pembaca2 di sini udah cerdas2, right? ☺️

Selamat membaca,
sehat & bahagia selalu yaa
❤️@sailenndra

🍃

Awang menghisap panjang rokoknya lalu menghembuskan pelan. Membuat asap dari batangan nikotin itu menguar di sekeliling. Kopi hitamnya tinggal separuh. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam namun dia belum juga beranjak ke dalam rumah. Membiarkan hawa dingin dan suara nyamuk menemaninya menghabiskan malam.

Kepalanya penuh bak benang kusut. Yang kini coba diuraikannya satu per satu. Ada rasa sakit begitu melihat tangis dan luka yang ditorehkannya pada ibu akibat tindakannya. Awalnya Awang ingin merahasiakannya. Setahun dia berurusan dengan hukum karena terjerat narkoba. Dengan tujuh bulan rehabilitasi akibat tindakannya mengonsumsi ganja.

Dia bukan pecandu, tubuhnya masih dalam kendali jika tidak mengonsumsi barang haram tersebut. Namun ada beberapa saat dirinya lalai dan berakhir dengan mengonsumsi narkoba. Untuk sekedar menenangkan diri, sekedar mendapat tidur nyenyak, sekedar melupakan sejenak himpitan masalah yang membuat kepalanya nyaris meledak sakit.

Hingga pergaulan mengantarkannya ke lubang hitam itu. Hanya setahun Awang berada di lingkar tersebut. Hingga kemudian dia harus berurusan dengan polisi.

Saat masuk sel dan berlanjut rehab, Awang tak memberi tahu keluarganya. Toh mereka tak akan tahu karena jarak Lombok dan Yogja. Hingga kemudian sebulan sebelum selesai rehab, dia memberitahu ibu dan Mayang. Masih ingat bagaimana tangis pilu ibu saat dia menelepon. Tangis dari wanita yang melahirkannya itu menggoreskan luka-luka di hatinya.

"Pulang Nak, pulang ke rumah."

Kalimat itu dikatakan di sela isak tangis ibu. Awang tak bisa menolak. Hingga kemudian setelah bebas rehab dia memutuskan pulang ke Yogya. Meninggalkan 10 tahun hidupnya di Lombok.

Nyaris seperti mimpi dia kembali ke Jogja. Dia tidak suka tinggal di sini, dengan banyak kenangan indah dan sedih bercampur. Dengan banyak luka yang ditorehkan dan belum sembuh. Dia ingin hidup yang dirajutnya sendiri di Lombok. Namun mengabaikan permintaan ibu jelas tidak bisa dilakukannya.

...

Rinai mengamati lalu lalang kendaraan di jalan dari balik jendela lantai tiga gedung store RSyafa. Jam masuk kerja membuat jalanan padat. Beberapa kali terdengar klakson mobil dan motor. Dia hanya mengamati tanpa ada pemikiran tertentu.

Pandangannya turun pada jari manisnya yang kosong. Jari manis yang bertahun-tahun lalu pernah berhias cincin. Yang hanya bertahan setahun sebelum kembali dilepas.

Dulu di usia awal dua puluhan dia memiliki segudang rencana dalam hidupnya. Menikah muda, honeymoon ke negara-negara indah, setelah itu punya anak. Namun semua rencana itu buyar setelah pernikahan. Rinai menggeleng mengabaikan ingatan itu.

AWANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang