My Cousin

12 3 0
                                    

"Kira, bangun!"

"Hoam" siapa, sih? Pagi pagi gini teriak teriak?

Brakk

Suara dobrakan pintu berhasil mengejutkanku. Aku lantas teekejut dan bangun dari posisi tidurku. Kutolehkan kepalaku kearah pintu kamar.

"Bang, masih pagi banget ni, jangan ganggu, ah!" ucapku kesal sembari sesekali menguap.

"Pagi apaan, yang ada siang amz--astagfirullah... Kudu sabar kamu teh Doy" ucap abangku seraya mengelus dadanya sabar.

"Liat jam berapa sekarang" aku menoleh kearah jam weaker yang tergeletak diatas meja. Kuposisikan jam weaker itu dengan benar

Wut jam tuju?! Mati gue!

Aku langsung berlari kekamar mandi untuk bersiap siap ke sekolah. Bisa bisanya aku telat saat kedua kalinya masuk sekolah. Kan tidak patut.

Selesai mandi aku keluar menggunakan handuk yang super jumbo, benar benar menutupi tubuhku aku berlari menuju kamar dengan lari piyik.

"Bajunya udah abang siapin!!" teriak Bang Doy dari luar. Ah, abangku ini seperti ibunda saja, berjiwa emak emak.

Aku segera memasangkan semua atribut sekolah ke tubuhku. Untung saja aku sudah menyiapkan jadwal tadi malam, jadi setelah selesai pasang atribut, gaslah, capcus. Bang Doy tersayang udah nunggu.

Aku berlari kedepan rumah dan mengenakan sepatu. Tak perlu repot lagi karena bang Doy bawa mobil.

"Cus naik!"

***

Tak terasa kami sudah berada di depen gerbang, akupun meyalami abangku dan turun dari mobil.

"Baek baek lu disekolah"nasehat abangku yang ku balas dengan senyuman.

Aku berjalan menuju kelas, tak sengaja ku lihat perkelahian-- no, bogem bogeman di taman. Banyak sekali yang mengerubungi tempat itu, karena aku kepo, akupun memutuskan untuk ikut menyaksikan acara bogem bogeman itu.

Terlihat dua orang yang tak kukenal sedang berbogem ria(?)

"Eeh, itu kenapa si Sanji berantem sama Alex?"

"Sanji kan belom pernah bogem bogeman sebelumnya"

"Katanya mereka lagi ngerebutin si Nira"

Samar samar kudengar gibahan para penonton.
Hah? Sanji? Tu anak sekolah sini? Maafkanlah aku yang tidak menyadari bahwa Sanji masuk Geng mimpi.

Karena aku khawatir dengan keadaan anak itu, aku menerobos desakan para penonton dan segera melerai per-bogeman yang dihiasi umpatan ini. Sialnya aku terkena pukulan di kepalaku dari lawan Sanji, yang membuatku terhuyung hingga jatuh. Sialnya lagi, yang menopang kepalaku adalah batu, setelah kepalaku dan batu itu bertemu pandanganku mulai menggelap.

"EONNIE KIRA!!"

Hanya teriakan Sanji yang kudengar hingga akhirnya aku tak sadarkan diri.

***

Aku membuka mataku. Ah, kenapa kepalaku terasa pusing?

Aku mencoba menolehkan kepalaku kekanan, tapi rasanya, sakit sekali.

Change MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang