Bersahabat dengan Waktu

15 6 3
                                    

Sungguh suatu pelajaran dan pengalaman yang berharga, ketika Fei Hung mengikuti latihan meditasi di tempat yang sederhana. Hanya ada seorang laki-laki tua yang berbagi ilmu, bagi pengembara yang ingin mencicipi meditasi di pondoknya.

Terkadang ada sekelompok pejalan yang menginap di rumah Pak tua. Menyenangkan bertemu teman seperjalanan.

Saat ini Liong dan Fei Hung yang mondok agak lama di tempat itu. Liong, anak muda yang pemalas tetapi sangat tertarik dunia spiritualitas.

Sementara Fei Hung, sangat rajin tetapi agak lama mencerna penjelasan guru alias lola.

Laki-laki itu terkenal ampuh namun nyleneh. Dia suka mabok layaknya pendekar tuak. Sakti tetapi peminum.

Tak ayal orang-orang sekitar lebih banyak yang mengucilkannya daripada menghormatinya.

Hanya jika ada suatu kejadian penting atau masalah pelik, Pak tua itu dijadikan 'pitakonan' tempat bertanya.

"Bahwa suka dan dukha tidaklah kekal. Semua pasti akan mengalami perubahan".

Ketika kita sedang mengalami suatu masalah dan belum mampu menyelesaikannya.
Ataupun belum mendapatkan jalan keluarnya.
Maka cara yang bijaksana adalah
'Bersahabat Dengan Waktu', begitu pak tua memulai wejangannya kepada Fei Hung dan Liong, para pengembara yang mampir ke pondoknya.

"Bersahabat dengan waktu?"
"Bagaimana mungkin Pak Tua?"
"Bahkan ketika saya bermeditasi saja timbul rasa bosan.
"Rasa mengantuk, lelah, sakit pada bagian tubuh tertentu, dan sensasi yang lainnya". "Bagaimanakah cara melampauinya?", Fei Hung mengeluh.

"Kamu harus menahannya sampai dengan timer berbunyi. Terimalah kenyataan itu sebagai mana adanya.
"Maka rasa yang kurang menyenangkan akan berkurang",
demikian pak tua menjelaskan singkat sembari meneguk tuaknya yang tinggal seperempat botol.

Di sela waktu luangnya, Pak tua berlatih bela diri KungFu.
Suasana desa tempat dia tinggal, di kaki gunung.
Udaranya bersih, alamnya asri dan air yang jernih.
Sangat menunjang untuk olah bathin di tempat itu.

Dengan kuda-kuda dia, di pagi hari. Dia berlatih olahraga dan menjelaskan kelanjutan penjelasannya.

"Akan tetapi ketika kita menolak kenyataan, maka kita akan merasa lebih menderita", Liong tiba-tiba menyeletuk dari balik bambu tempat di mana mereka sedang bercengkrama.

Seperti biasa dia selalu melepaskan jaketnya dan melemparkannya ke dipan atau bahkan di lantai tanah.

Pak tua langsung mendelik ke arah Liong.
"Pick up your jacket!!"
"Ambil jaketmu"
"Letakkan pada tempatnya!!:.

Itu bukan teriakan pertama yang Liong dan Fei Hung dengar.

Liong pun menurut pak tua itu.
Meletakan jaketnya digantungan bambu.

Pak tua melanjutkan wejangannya.
"Rasa bosan akan semakin tebal, rasa kantuk akan semakin bertambah, dan rasa sakit itu akan terasa lebih sakit".

"Yang terjadi adalah bahwa ketika timer sudah berbunyi masalah-masalah itu bisa langsung hilang lenyap ataupun langsung berkurang dengan sendirinya".

Pak Tua mengusap peluhnya. Dan berhenti sejenak dari latihan Kung funya.

Dia nampak kelelahan . Peluh mengalir wajahnya memerah. Segera dia membuka kaosnya. Dan berjemur dibawah matahari pagi.

"Bagaimana kalau saya menghentikan meditasinya sejenak dan dilanjutkan kembali?", Fei Hung menuangkan air dari sumur ke bak tempat pak tua mandi.

Terkadang Fei Hung harus mengambil air di dekat mata air di sungai untuk air minum di pondok.

Pak tua menjawab pertanyaan Fei Hung, "Sebaiknya hal itu sebisa mungkin dihindari. Karena di sini kita berlatih, makanya disebut “Latihan Meditasi”, karena meditasi yang sesungguhnya ada di kehidupan sehari-hari yang nyata.

"Aktivitas sehari hari, seperti menimba air, berjalan, makan, minum, bernapas, hal-hal ini biasanya dilakukan begitu saja tanpa kita benar-benar menyadarinya". 

Melakukan secara kesadaran penuh sama dengan meditasi, yaitu berada dalam kondisi meditatif.

"Melakukan aktifitas yang disukai juga bisa dilakukan dalam kondisi ini, bisa dengan menggambar, menulis, bermain suling. Bagi para meditator itu adalah 'fun meditation'. 

Jadi meditasi duduk dengan mengatur napas in and out itu adalah latihannya.

Begitu Pak Tua menjelaskan.
Kali ini dia berpose kepala di bawah dan kaki diluruskan ke atas. Sementara badannya direbahkan ke tembok.
Dia beradu panasnya matahari pagi.

Lalu dia melanjutkan,
"Tetapi dalam realita kehidupan bawalah kondisi yang meditatif ke dalam hidup kita sehari-hari".

"Dimana timer di sini melambangkan komitmen". 

Pada saat yang sama...
Liong memasuki ruang tengah dari jalan-jalan melihat perkampungan.

Dia pun melepas jaketnya. Dan menjatuhkannya begitu saja di atas dipan kayu.

Pak tua lagi-lagi berteriak
"Pick up your jacket!!!"
Liong nampak sangat kesal dengan teguran pak tua untuk yang kedua kalinya.

Fei Hung mengangguk-angguk penjelasan Pak tua.

Rupanya dia memahami maksud meditasi yang sesungguhnya. Dia pun menimpali.
"Jadi ketika kita memperhatikan napas, kita belajar bagaimana kembali ke dalam diri, dan tetap terhubung dengan diri pada saat ini — di sini tanpa penilaian apa pun".

"Benar begitu?", Fei Hung menanti anggukan atau pun jawaban pak tua.

"Persis, tidak ada yang namanya meditasi sempurna".
"Terkadang fokus kita melayang atau malahan lupa mengikuti irama napas".
"Tidak apa-apa. Itu bagian dari pengalaman".

Tetapi bagaimana penerapan meditasi dalam hidup sehari-hari. Bagaimana hidup secara meditatif?

Ah mudah saja!.
Lihat Liong! .
"Aku sedang menyuruhnya belajar meditasi, dengan melepas dan menggantungkan jaketnya seribu kali".

Itu pun meditasi....

#30daywrittingchallenge
#day-16

Sekar Gendhis
***

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 21, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Bersahabat Dengan WaktuWhere stories live. Discover now