Pagi itu, Lisa terbangun dengan semangat baru. Ia memutuskan untuk memasak sarapan spesial untuk Jungkook, meskipun masih merasa sedikit gugup. Dapur besar yang dingin itu kini terasa lebih cerah, meski sedikit kacau. Lisa membuka kulkas dan mengeluarkan bahan-bahan untuk membuat bubur, berharap kali ini ia bisa membuat sesuatu yang enak, bukan seperti percobaannya yang pertama.Jungkook bangun lebih lambat dari biasanya, melangkah keluar dengan rambut acak-acakan, masih setengah tertidur. Ia menggosok matanya, mencoba menyesuaikan diri dengan kenyataan pagi itu, yang tidak pernah terlalu ramah.
Begitu masuk ke dapur, bau sesuatu yang terbakar langsung menyambutnya. "Hmmm, ada bau gosong, ya?" Jungkook bertanya, sambil melirik ke arah Lisa yang berdiri dengan wajah penuh harapan di depan kompor. Lisa memalingkan wajahnya, merasa malu.
"Aku... aku masak bubur. Coba kamu coba deh," katanya, menyodorkan mangkuk hitam pekat yang lebih mirip abu daripada bubur. "Mungkin... sedikit overcook," tambahnya, cengengesan, sambil menahan tawa.
Jungkook menatap bubur itu sejenak, lalu kembali menatap Lisa dengan ekspresi yang tak bisa dia tahan. Ia tertawa kecil, bukan mengejek, melainkan karena geli dengan kegigihan Lisa yang tetap berusaha membuatnya bahagia. "Lisa... ini... buburnya," katanya sambil tertawa pelan, "Kayaknya buburnya bukan cuma sedikit gosong, tapi sudah... terlampau jauh."
Lisa meringis, tapi tetap mencoba tersenyum meskipun hatinya agak canggung. "Jadi kamu nggak suka?"
"Enggak! Justru aku suka banget," jawab Jungkook dengan berlebihan, mencoba membesarkan hati Lisa. "Ini luar biasa, seperti... bubur yang hanya bisa ditemukan di dunia lain."
Lisa tertawa malu, tapi tetap merasa kecewa. "Aku cuma ingin masak sesuatu yang spesial buat kamu, Jungkook," katanya, suaranya pelan.
Melihat Lisa begitu, Jungkook akhirnya menatapnya serius, namun dengan senyuman yang tulus. "Lisa, kamu tahu gak sih? Bukan soal masakan, aku cuma senang bisa bangun dan melihat kamu di sini. Itu udah lebih dari cukup," katanya, menggenggam tangan Lisa dengan lembut. "Tapi kalau kamu masih mau belajar, aku bisa bantu kamu masak yang bener," tambahnya dengan senyum jahil. "Tapi mungkin kita mulai dari hal yang lebih gampang ya... kayak telur rebus?"
Lisa tertawa terbahak-bahak. "Aku sih setuju, telur rebus lebih aman," jawabnya, mencoba melepaskan rasa canggung di dadanya.
Dengan semangat baru, mereka mulai memasak bersama. Jungkook mengajari Lisa cara memasak bubur yang benar-tanpa membakar bahan-bahan penting. Dan meski terkadang Lisa agak ceroboh, mereka berdua akhirnya tertawa bersama ketika Lisa malah hampir membakar roti. "Tunggu... roti itu bukan bubur, Lisa!" kata Jungkook sambil tertawa.
Tiba-tiba, saat sedang menunggu bubur matang, ingatan Lisa yang sempat hilang mulai kembali. Segalanya terasa seperti film yang diputar ulang semua kenangan tentang mereka, tentang bagaimana mereka pertama kali bertemu, tentang cinta mereka yang dulu sempat terluka. Ia ingat setiap senyuman, setiap kata yang pernah diucapkan Jungkook. Semua itu datang kembali dengan jelas.
Tanpa sengaja, ia terdiam sesaat, memandang Jungkook yang sedang menyalakan kompor. Perasaan itu muncul lagi, lebih kuat dari sebelumnya. "Jungkook," suara Lisa terdengar sedikit bergetar. "Aku ingat semuanya. Semua tentang kita..."
Jungkook yang awalnya sibuk dengan masakan, menoleh dengan raut wajah khawatir. "Hah? Apa kamu bilang?" tanyanya, matanya penuh kebingungan. "Maksudmu... kamu ingat apa?"
Lisa menarik napas dalam-dalam. "Aku ingat kenapa aku jatuh cinta sama kamu. Aku ingat saat kita tertawa bersama, saat kita saling berbagi cerita. Aku ingat semua kenangan indah yang kita buat. Aku... aku ingat betapa kita dulu bahagia."
Jungkook menatapnya, merasa tercengang. "Tapi... aku kan yang salah. Aku yang menjauhkan diri dari kamu. Aku takut kehilangan kamu, Lisa. Aku takut aku akan menyakiti kamu lagi."
Lisa tersenyum dengan lembut. "Jungkook, kamu nggak perlu takut. Kita bisa memulai lagi. Dari nol. Kita bisa belajar dari kesalahan dan memperbaikinya. Aku nggak marah sama kamu," ujarnya dengan penuh pengertian. "Aku hanya ingin kita bahagia, bersama."
Jungkook terdiam, matanya penuh penyesalan. "Aku nggak tahu harus bilang apa. Aku... aku nggak pernah benar-benar tahu apa yang harus kulakukan. Aku hanya ingin melindungimu."
Lisa menggenggam tangan Jungkook dengan erat, matanya penuh kehangatan. "Aku juga ingin melindungimu, Jungkook. Kita harus saling menjaga. Dan aku janji, aku nggak akan pergi kemana-mana. Aku akan tetap di sini."
Jungkook menatap Lisa dengan penuh haru, hatinya terasa begitu berat karena perasaan yang mendalam. Ia menggenggam liontin yang selalu ada di leher Lisa, sebuah simbol dari cinta mereka. "Lisa, aku janji. Aku akan selalu jujur padamu. Aku akan selalu ada untukmu," kata Jungkook, suaranya lembut namun penuh keyakinan.
Lisa menatap liontin itu, merasakan setiap detik dalam kata-kata Jungkook yang begitu penuh makna. "Aku juga janji, Jungkook. Kita akan menghadapi segalanya bersama. Aku nggak akan pernah meninggalkanmu."
Dengan satu tarikan napas panjang, mereka saling mendekat, dan tanpa kata-kata lagi, mereka berciuman. Ciuman itu, meskipun sederhana, mengandung segalanya penyembuhan luka, kebahagiaan, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Mereka berdua duduk di meja makan, menikmati bubur yang kini jauh lebih baik dari sebelumnya meskipun tetap sedikit gosong di beberapa bagian. Namun, bagi mereka, itulah yang paling penting. Mereka tahu bahwa meskipun dunia ini kadang penuh dengan kesulitan dan kebingungan, mereka bisa menghadapinya bersama.
"Jungkook, aku nggak butuh makanan enak atau apapun. Yang aku butuhkan cuma kamu. Dan aku senang bisa membangunkan pagi bersama kamu," kata Lisa sambil tersenyum.
Jungkook tertawa, mengusap rambut Lisa dengan lembut. "Dan aku juga senang, Lisa. Bahkan kalau kamu masak bubur gosong sekalipun."
Mereka berdua tertawa bersama, dan meskipun tidak ada kata-kata yang lebih indah daripada itu, mereka tahu bahwa cinta mereka adalah hal yang lebih berharga daripada apapun di dunia ini.
Seperti itulah mereka, jatuh cinta lagi bukan hanya dalam kebahagiaan, tetapi dalam keindahan sederhana yang terjalin lewat tawa dan momen-momen kecil yang mereka bagikan. Setiap detik bersama mengalir dengan manis, seperti lagu yang tak pernah usai.
Jungkook menatap Lisa dengan penuh kelembutan, matanya memancarkan rasa sayang yang dalam. Lisa yang tengah tertawa ringan, terlihat begitu lucu dengan rambut yang sedikit berantakan dan wajah ceria yang menghiasi senyumnya. Dalam hatinya, Jungkook merasa sesuatu yang lebih dari sekadar cinta sebuah janji yang terpatri di sanubarinya. Aku akan selalu menjaga kamu, pikirnya, tanpa suara, hanya dengan perasaan yang semakin menguat. Ia tahu, meski dunia terus berputar, akan ada satu hal yang tak akan pernah goyah keinginannya untuk melindungi Lisa, dengan segala cara yang ia bisa.
Dan di saat itu, dalam keheningan yang menyelimuti mereka, Jungkook tak bisa menahan senyum kecilnya. Cinta mereka, meski penuh dengan kesederhanaan, memiliki kedalaman yang tak terukur.
---

KAMU SEDANG MEMBACA
Boss Jk (End)
RomansaLisa, terjebak antara cintanya pada Jungkook dan tekanan ayahnya, berjuang melawan takdir. Meski penuh rintangan dan ancaman, mereka tetap berjuang bersama, hingga akhirnya memilih cinta sejati, menghadapinya dengan ketulusan dan tekad untuk kebahag...