❝Allah ngga pernah salah memilih jalan, sekalipun jauh dari yang kita rencanakan.❞
Jemari lentik dari gadis dengan rambut sepunggung, dan dress putih, menari indah di atas panggung piano. Jam telah menunjukkan pada siapapun yang melihatnya bahwa, malam telah larut lama. Tapi, gadis piano itu enggan menghentikan pentasnya sekalipun tak ada sang penonton.
Laksana kehidupan, nada yang diciptakan akan membawa sang audien merasa sedih, senang, kecewa dan marah seketika. Itulah Bentala, gadis lemah yang tak bisa dilemahkan.
Ketika nada sedih yang perlahan ia kolaborasikan dengan hatinya yang diselimuti dendam dan amarah, jari-jarinya berhenti begitu saja. Dia berdiri dari kursinya dan berlari merebut rok plisket, cardigan dan sembarang warna kerudung pasmina tali dari gantungannya. Dia berlari, memakai kilat pakaian yang ia bawa.
Ketika ia sampai diatas apartemen milik keluarganya sendiri, dia berdiri di salah satu sudut. Menatap nyalang ke atas.
"Gue capek! Gue capek tiap hari gue harus denger mereka bertengkar! Gue capek bersabar sampai sekarang! Cue capek!
Gue nyerah, nyari tau siapa sebenernya orang tua gue sendiri, gue nyerah! Nyerah gue dipandang jadi anak haram! Nyerah!
Allah! Apa gue salah kalau gue bertahan hidup, tapi hidup gue penuh dosa? Apa gue salah kalau gue mati aja sekarang? Terus gue harus gimana? Gue yakin dunia ini baik!
Allah! Tunjukkin kalau itu memang bener! Gue udah cape Ya Allah! Gue capek tiap malem gue doa, tiap hari puasa, cuma karena Engkau, tapu semua yang gue pengen ga pernah terkabul! Padahal gue ga minta banyak, gue cuma pengen mereka baikan!
Kalau cuman mau nyiksa, mending gue mati aja daripada gue sakit. Sakit nanggung beban yang Kau beri! Beban orang yang gue cintai titipan, gue capek! Malu gue Ya Allah! Malu!"
Itu yang rutin Bentala lakukan dalam seminggu. Baginya, hidup mewah dan memiliki orang tua terpandang, tak pernah memberinya dampak positif. Dia hanya menjadi timbangan dari kuasa dan beban orang tuanya. Berat yang selama ini dia rasakan hanya mampu ia rahasiakan. Bentala lelah, setiap hari dirinya diliputi rasa ingin menyerah. Dari dulu hingga sekarang dia mampu bertahan hanya karena kebodohannya, yang tetap saja mencintai orangtuanya di saat yang tak tepat baginya.
Setiap hari dia melihat papa atau mamanya selingkuh, dan dia dituntut merahasiakannya dari siapapun, terutama keduanya. Setiap hari dia melihat orangtuanya bertengkar. Dan setiap hari pula dia disalahkan karena penyebab mereka bertengkar. Di sini Bentala tumbuh menjadi gadis dewasa dan butuh kasih sayang.
Dia menatap lengannya yang merah, kemudian menatap nanar kakinya yang bekas lecutan, dan lututnya yang memar. Itu semua sama sekali tak sesakit yang ada di dalam hatinya.
"Kayanya gue mati sekarang aja ya Allah? Gue capek! Tidur bukan lagi obat capek yang gue tau sekarang! Bahkan waktu semua orang tidur, gue harus bangkit nangis-nangis pada-Mu. Tapi, semuanya seakan bertambah parah setiap harinya!" teriaknya lebih lirih dari yang awal.
Dengan tertatih dan diiringi banyak pertimbangan, Bentala terus melangkah ke depan. Tempat yang biasanya ia sukai untuk menatap awan-awan malam yang indah, sekarang terlihat lebih menawan untuk dijadikan tempat tersangka meninggalnya seorang Bentala.
Sekali lagi dia memeriksa luka-luka yang orangtuanya buat di tubuhnya, kemudian melongok ke bawah. Dia menarik nafas dalam-dalam. Keputusannya untuk menjatuhkan diri sepertinya sudah bulat. Dia melangkahkan langkah terakhir dari lantai apartemen, yang juga langkah terakhir dalam hidupnya juga.
"Jangan!"
Bentala merasakan sesuatu melingkar di perutnya dan, tubuhnya ditarik begitu saja dari belakang, secara spontan kepalanya membentur orang yang memeluknya itu, membuatnya jatuh di atas tubuhnya. Cepat-cepat ia berdiri, membelakangi pria yang masih merebahkan tubuhnya di lantai apartemen.
"Lo ga sendiri. Di luar sana masih banyak orang yang lebih menderita dari lo. Ga usah egois buat ngatain diri sendiri capek, padahal fisik masih kuat buat disakitin lebih jauh."
"Mau sekeras apapun lo berteriak, 'lo ga sendiri!' Sekeras itu gue teriak ke kalian," balas Bentala menjeda kalimatnya.
"Mana mereka mana?" lanjutnya menantang.
"Apa yang membuat lo bertahan sejauh ini?"
"Paksaan, Alfa! Gue ngga percaya lagi kalau semua ini bakal berakhir! Semakin hari gue semakin gila untuk terus bertahan! Bahagia itu cuma ada di mulut orang yang pengen kecewa! Gue ga percaya itu!" jawab Bentala keras, menunjukkan bahwa dia benar-benar lelah sekarang.
"Lo ada misteri yang belum terpecahkan sampai sekarang?"
Bentala tersenyum miring, Alfa belum tau selama ini dia mencari tau bahwa dirinya itu anak siapa, "misteri akan terungkap ketika gue jatuh ke sana."
"Lo kira bunuh diri menyelesaikan masalah?"
"Seenggaknya, gue ga merasa sakit setiap harinya."
Dari kalimat itu, baik Bentala atau Alfa sama-sama terdiam. Hembusan angin malam membuat pakaian Bentala terombang-ambing mengikuti arah angin. Banyak sekali yang ingin ia katakan dan tanyakan pada Alfa, tapi ia menahannya. Memang dia dan Alfa itu teman kecil, umurnya lebih tua tiga tahun dari Bentala, tapi tak membuat Bentala menyebut 'kak' pada Alfa. Rumah yang bersebelahan dan keakraban mereka sejak kecil, serta orang tua mereka yang bersahabat, mengubah segalanya.
Ingin memecah keheningan, Bentala menurunkan kerudung yang tadinya ia selempangkan, "kapan lo pulang mondok?"
Pertanyaan itu sebenarnya wakil dari ucapan selamat datang dari Bentala pada Alfa yang telah pulang dari pondok, yang ia lakukan ketika lulus Sekolah Dasar, hingga sekarang. Sejak saat itu pula Bentala dipisahkan dari sahabat satu-satunya. Dan tak pernah melihat batang hidungnya sekalipun.
"Kemarin. Besok mau berangkat lagi."
Hening. Suasana kembali hening setelah jawaban Afla, keduanya sama sekali tak membuka percakapan, padahal banyak yang ingin dibicarakan. Tapi keduanya hanya memandang langit yang berisi bintang-bintang, mengungkapkan apa yang ingin mereka katakan dalam sepi. Berharap sang lawannya mengerti.
Bentala berbalik, berjalan santai melewati Alfa yang masih berdiri dan menatap langit.
"Gue tau lo kuat. Ngga usah sok lemah, itu menjijikkan!"
Salah satu alis Bentala terangkat, "kalimatnya bagus Akhti," katanya kemudian tertawa dan berjalan meninggalkan Alfa sendiriian.
Bentala dikagetkan oleh handphonenya yang bergetar. Dengan lincah ia ngotak-atik layar persegi panjangnya.
+6289xxxxxxxxx
Kaka, karyanya bagus. Aku suka penulisnya.
Bentala menyerngit, merasa biasa dengan hal ini, tapi ada yang aneh. Biasanya seseorang memujinya melalui DM Wattpad, bukan di chat WhatsApp. Bentala bermasa bodoh, dan melanjutkan langkahnya. Handphonenya kembali bergetar. Dia membukanya.
JODOHMU1”NYA
Assalamualaikum, folback ya Kak. Salken, aku Jodohmu satu-satunya. Kakak boleh manggil aku Jodoh. Aku dapet no wa Kaka dari temen. Follback ya, terima kasih.
Wa’alaikumsalam. Oke.
Bentala merebahkan tubuhnya ketika sampai di atas ranjang. Baru kali ini ia merasa begitu gila untuk menyelamatkan dirinya sendiri dengan cara yang salah. Bentala termenung, menatap langit-langit rumahnya. Kembali, Bentala dikagetkan oleh ponselnya yang bergetar dari saku. Dia membukanya.
JODOHMU1"NYA
Keluar, gue bawain makanan. Gue tau lo laper.
Bilang aja salkir.
Bisa ngga sih, logikanya dipake dulu, jangan pake jari mulu.
Bentala memutar otak, orang itu aneh. Dia menaruh handphonenya di sebelah kasur, tanpa memikirkan si Jodoh itu. Tapi handphonenya kembali bergetar lama, tandanya seseorang menelfon. Dengan entengnya dia tekan tombol merah.
+6289xxxxxxxxx
Kalau ngga pengen makanannya basi, ga usah angkat telpon gue. Lihat! Gue di depan!
Bentala akhirnya berdiri, siapa lagi kalau bukan Alfa yang tadi bersamanya di atas apartemen. Pasti dia. Siapa lagi?
Bentala membuka pintunya, melihat sekeliling. Sepi, sunyi dan Bentala mencium bau sesuatu. Dia menunduk, netranya menemukan sebungkus plastik yang dia yakini itu pizza. Bentala membawanya masuk.
JODOHMU1"NYA
Syukron Fa.
Fa? Lo kira gue babu lo apa?"
Ga usah bercanda Fa.
Fa siapa sih? Alfa kakel itu? Yang sekarang mau mondok lagi? Hello! Gue bukan Alfa. Gue Jodohmu satu-satunya.
Lo gila?
Lo kali, sksd banget.
Bentala menatap horor handphonenya. Kemudian beralih menatap pizza dengan penuh tanda tanya. Dia membukanya, dan mengambil sepotong dengan ragu.
JODOHMU1"NYA
Makan aja, ngga gue racun kok. Kalau diracunin Jodoh akan datang nyembuhin lo. Wkwk.
Save dong, no wa gue. Pake nama sama kaya ini ya.
Makan! Yang kenyang. Besok gue dateng.
Bentala hampir tersedak pizza yang ia makan, ketika ia membaca pesan yang terakhir.
"Bhahaha. Alfa kalo main drama emang keren. Ngapain mondok ya? Harusnya jadi aktor," pikirnya.
Setelah ia kekenyangan, dengan masih memakai baju yang sama ia tertidur.
"Bentala! Bentala! Woy! Awas kalo telat lo biayain kantin gue sebulan! Tala! Woy ayolah! Setengah jam lagi bel Talaaa!"
Teriakan dan gedoran pintu kamarnya mengusik tidur Bentala yang terhitung baru saja.
Masih dengan malas ia menyahut, "nggak lah. Gue bolos aja hari ini."
"Tala woy! Gila lo ya! Sekarang ada jamnya Pak Gorden!"
Mendengar nama guru yang ia idam-idamkan, membuatnya bersemangat dan secepat kilat ia membersihkan diri.
"Ayo."
"Huft! Inget, kalo telat lo biayain kantin gue sebulan!"
"Sans."
"Hii holang balu kaya," cibir Leva, teman satu-satunya Bentala yang cerewet pake banget.
"Lo maunya gimana?"
Leva meringis, kemudian menggandeng manja lengan Bentala.
Besok gue dateng.
"Bentar Va," kata Bentala menghentikan motornya di depan gerbang Alfa.
"Assalamualaikum! Alfa! Alfa!"
"Wa'alaikumsalam warrahmatullahi wabarakatuh. Ada apa ya Ta? Kamu tau Alfa pulang? Kasihan. Dia udah berangkat sejam yang lalu."
Bentala menyerngit, handphonenya bergetar. Setelah ia mengucapkan terima kasih kepada Kak Ila, kakak Alfa, dia membuka pesan itu.
JODOHMU1”NYA
Motormu bersih bangettt ya
Lo dimana?
Cie kepo
Gece!
Di..
Di?
Hatimu
Motor lo bersih sumpah..
Thanks.
Gila ga peka?
Udah tau ga peka masih ngode.
Cie cie ngetik panjang.
Maunya kamu gimana?
Cie cie.. aku kamuan..
Ngambek lo?
Bentala?
Bentala memutar setang motornya condong, berharap ia tidak telat di jam pelajaran Pak Gorden. Sangat.
"Lo duluan."
Setelah Leva hilang dari pandangannya, Bentala membual kembali DM Wattpadnya dengan si Jodoh. Bentala berdecak mengingat namanya yang membuanya memberi sandangan 'ngeselin abis'.
Bentala tidak menerima pesan apapun sekarang. Dia beranjak dari motornya. Dari beberapa langkah itu dia menoleh ke motornya sekali lagi. Padahal motornya kotor, tapi disebut bersih. Dia menatapnya, memeriksanya
"Pintar," desisnya menemukan surat kecil yang ditempelkan di belakang palt motornya, kemudian ia buka.
‼‼
Aku datang, dan takkan hilang.
Ucapkan sambutan, jangan sungkan.
Apapun sayonaramu, takkan menghentikan langkahku.
Lihat, seberapa besar hukumanku padamu.
Assalamualaikum!
Bentala menyerngit. Detik itu juga dia merasa ingin tau siapa pengirim surat, pengirim DM Wattpad, dan nomor WhatsApp yang mengahantuinya kala itu.
JODOHMU1"NYA
Kadang, di saat ramaipun kamu selalu merasa sendiri.
Aku yakin kamu kuat, aku yakin kamu hebat. Tapi tetap saja kamu butuh tangan yang terulur saat kakimu tak mampu berdiri. Tangan yang mampu memapahmu kembali ke ritme semula. Jangan egois untuk tidak menerimanya, karena kau benar-benar butuh.
I always there are you, and i hope you believe me to it. SEMANGAT BENTALA RANGGI!
Bentala memincingkan matanya, mencari-cari si Jodoh yang katanya 'Always there are you' itu. Begitu hingga bel pulang berbunyi. Seharian ia mencari tau siapa itu si Jodoh.
JODOHMU1"NYA
Di parkiran banyak cowo. Lo ke sana 20 menit lagi aja.
Pesan itu malah membuat Bentala bernyali untuk mengerti siapa itu si Jodoh. Dengan berjalan rileks dan berharap tak diketahui, Bentala memperhatikan siapa yang tengah bermain ponsel. Tapi nihil. Semua orang yang berada di dalamnya tidak membawa handphone sama sekali. Dia membuka WhatsAppnya yang baru saja mengirimi motif pesan.
JODOHMU1"NYA
Lo nekat ke parkiran? Kepo siapa gue ya?
Agaga lo bisa kepo ternyata.
See u spion.
Bentala sadar sesuatu, dia berlari mendekati motornya, melihat spion. Ternyata ada catatan kecil di sana.
Dear Spion!
Gue harap lo bisa bikin Bentala jaga mata
biar ngga liatin cowo di luar sana, apalagi nyari orang lain, selain gue. Jodoh!
Bentala hampir muntah membaca surat itu. Sebelum ia menoleh, mendapati Bila dengan wajah flatnya.
"Surat cinta mulu, surat nikahnya kapan?"
Bentala menyerngit, ternyata Bila bisa ngomong lebih dari tiga kata, "bukan urusan lo," acuhnya kemudian pergi meninggalkan parkiran bersama motonya.
Ketika sampai di depan pintu, Bentala melihat surat lagi, dia membukanya.
Di atas jendela gue bagiin buku
latihan soal. Seenggaknya itu bisa
ngebantu lo buat ujian Minggu depan.
SEMANGAT!
Bentala memasuki apartemen, melihat ke bawah jendela, dan ternyata benar-benar ada buku latihan soal. Dia membukanya, ada banyak catatan tulisan tangan. Bentala mengingat-ingat siapa pemilik tulisan tangan itu. Sampai dia hampir terlonjak karena sindiran salah satu catatan.
!!
Ngga usah cari tau siapa gue.
Lo bakal tau kalo kita emang
berjodoh, amiiinnnnnnnnnn.
Dengan sedikit keras menepuk jidatnya sendiri, Bentala bangkit dari duduknya dan membuka pintu apartemen.
Ngga usah kemana-mana.
Dunia luar sangat keras,
untuk kamu yang masih lunak.
Kau butuh sesuatu minta orang
lain aja, kaya ga punya siapa2 aja.
"Kapan dia naruhnya?" tanyanya heran, kemudian dia merasa handphone di sakunya bergetar.
JODOHMU1"NYA
Mau nyari dimanapun cctv, lo ngga akan temuin siapa gue. Cek aja.
Bentala yakin. Dia sedang berurusan dengan orang cerdik. Bentala sangat yakin hal itu. Satu pertanyaan terbesar selama ini, "apa dia mencintaiku?"
Getaran dari handphone di tangannya membangunkannyadari lamunan.
Alfa Aldiennova
Assalamualaikum Ta.
Help me!
Wa ‘alaikumsalam
Why?
Lusa gue mau nikah, astgfrlh!
Lo nyebut serasa ngumpat Fa..
Balasan lo sama sekali ga ngebantu gue Taaa..
T~T
Masalahnya perjodohan.
Alay lo
Nikah aja nikah. Apanya yang susah?
Perjodohan Tala... PERJODOHAN!
Padahal gue ada calon!
Tau.
Best tai gue udah gede ternyata:)
Apa lo bocil!
Mana gada angin, gada ujan tiba-tiba kawin.
Gue mahasiswa semester satu kalo lo lupa:)
Ga lamaran? Ga resepsi?
Baru aja kelas satu dah bangga:/
Kalo jadi gue lo ga inget abangmu yang gangtep ini:]
Ya namanya gada angin, gada ujan, tiba-tiba kesambet petir langsung kawin, ya iya!
Ga da lamaran! Orang ta'aruf aja kaga!
Ngalem diri sendiri, ngalem tuh orang lain. Biar introspeksi!
Miris bat idup lo best tai..
Huhuhu, gimana ini hihi~T
Kawin mude'
T~T
Ya gimana lagi, Akhti:)
π•π
Lo udah cukup berduit buat jadi sorang dady:)
Belum siap jadi dady gue
*~*
Eh sugar dady aja gimana?
Mutah gue denger lo jadi sugar dady:)
:) Gini mulu lo, padahal mah ga senyum.
Gue cuma takut semua ga sesuai apa yang gue harapin Ta. Gue udah punya calon sendiri, gue cuma takut nanti dia ngga sesuai kriteria.
-_-
Percayalah, rencana Allah lebih baik dari segalanya:]
Mungkin lo bisa berharap, tali Allah punya kehendak untuk mewujudkannya atau tidak.
Percayalah, semua akan baik-baik saja.
Gue percaya kok. Lo udah pantes jadi qowwam yang baik.
:)
Syukron best tai:)
Always better ya^^
Sumpah gue jadi mellow gini.
Turut bersukacita atas jari lo yang masih normal^^
Bentala membaringkan tubuhnya. Beralih ke roomchatnya dengan si Jodoh. Dia mengirimi banyak pesan, dan Bentala malas membacanya satu persatu. Dia lelah. Sekejap, dia hanyut di dalam empuknya kasur dan dinginnya AC.
"Bentala! Bentala bangun, ayo ikut mama sebentar!"
Bentala yang baru bangun dari tidurnya mengucek mata, "loh, mau kemana Ma?"
"Pokoknya kamu mandi dulu."
Tanpa menjawab, Bentala membersihkan diri. Dia mengambil nafas dalam-dalam dan hembuskannya perlahan. Harusnya Minggu ini dia free time, setelah berhari-hari terakhir dia menyiapkan lomba dan menjadi juara pertama itu susah. Ditambah, Bentala harus mencari tau siapa si Jodoh, yang makin lama makin gila. Sampai-sampai di sandalnya pun menjadi tempat suratnya diberikan.
"Ma mau kemana?"
"Salon."
Bentala adalah gadis natural. Dia tidak suka apapun yang berbau perubahan. Terutama salon. Selama ini Bentala rasa di a belum pernah menginjakkan kakinya di tempat dengan nama cukup menyebalkan itu.
"Maaf Ma. Katanya ngga deh," tolaknya halus, berusaha tidak menyakiti hati mamanya.
"Sekali aja boleh ya? Yang cantik. Sekali aja," mohon mamanya.
"Iya Ma. Sekali aja."
"Oke! Ayo!"
Hampir dua jam Bentala berada di ruangan menyebalkan ini. Dari memilih baju, menata rambut, jilbab, make up, dan semua hal. Bentala bosan. Dia tidak suka terlihat cantik. Sangat.
"Ma, mau kemana sih?" tanya Bentala setelah sekian lama ia coba tidak menanyakannya.
"Kondangan ke temen Mama. Makanya kamu harus keliatan cantik."
"Sekarang cantik ngga?"
"Pake banget, Bentala."
"Kalau Bentala tutup pake niqob boleh ya Ma? Bentala ngga pengen cantik ini dilihat yang lain."
Makanya hanya mengangguk sebagai respon. Kemudian berjalan menuju tempat make up.
"Ma, kok tangan Tala dihena?"
"Nanti kamu nemenin mempelai wanita, makanya gitu."
Bentala diam. Mengikuti semuanya, berharap memang benar begitu. Hingga sampai di acara tersebut, Bentala duduk di pelaminan.
"Mama! Kok ngga bilang Bentala mau nikah?"
Mamanya tersenyum tulus dari kursi yang ia duduki. Bentala menoleh, menarap singkat pria yang baru saja duduk di sampingnya. Bentala yakin itu calonnya. Calon suaminya.
Keduanya menoleh, menatap satu sama lain heran.
"Bentala/Alfa!"
Semua orang yang mendengarnya tertawa. Menatap lucu pada dua mempelai yang baru saja menyadari hal itu. Begitupun keduanya. Hingga ikrar disebutkan, semua orang mengaminkan, dan kembali bersukacita.
Bentala yang masih menyadari semua ini hanya mimpi, dia hanya mampu menatap semuanya dengan heran, bahagia, sedih, kesal, dan rasanya Bentala tak mampu mendefinisikan perasannya sendiri. Dia melirik Alfa, sahabatnya yang kini menjadi suami sahnya sendiri. Dia mengotak-atik layar kecil di tangannya, yang membuat sesuatu di dalam sakunya bergetar.
JODOHMU1"NYA
Aku terus berhusnudzon kepada Allah kalau kita berjodoh.
Dan aku lakukan apapun untuk-Nya agar merestui apa yang kuinginkan.
Allah ngga pernah salah memilih jalan, sekalipun jauh dari yang kita rencanakan.
Bentala membaca pesan itu, kemudian menatap pria di sampingnya yang juga menatapnya dengan haru. Selama ini ternyata perasaannya dibalas. Bentala diam-diam mengungkapkan rasa kagumnya pada sahabatnya sendiri kepada Allah. Keduanya saling tatap, kemudian Alfa berdehem, mendekatkan badannya dan berhenti di samping pipi Bentala yang ditutupi niqob.
"Ana uhibbuka fillah Bentala Ranggi."