[Prolog]

30 7 5
                                    

Namanya masa SMA pasti menyimpan banyak cerita. Bahagia maupun sedih, Tawa maupun tangis, Suka maupun duka, semua campur aduk menjadi satu. Begitupun dengan seorang gadis dengan nilai dominan merah, tambah sikapnya yang pecicilan, masih untung dia terlihat imut. Tapi takdir berbaik hati kepadanya, beruntung sekali gadis ini.

Asura Janaka, akrab dengan panggilan Suja. Kalau dilihat sekilas, suja memang terlihat imut dengan mata coklatnya, tapi tidak! begitu kalian melihat sikapnya; bawel, suka sendawa, kentut sembarangan, aneh pula. Tapi seburuk apapun Suja pastinya dia memiliki teman sefrekuensinya, Tata panggilannya. well, Tata gak beda jauh sama Suja, bedanya dia kaum borjuis.

Sudah kutuliskan diatas, takdir berbaik hati pada Suja, terutama dalam hal percintaan. Seperti sekarang, Suja tengah menjalin hubungan dengan Seki. Duh, jangan tanya tampangnya, tambahkan Seki multitalent. Entah apa yang Seki lihat dari Suja.

"Nama lain moskow apaan ki?" tanya Suja mengerjakan tugas tambahan dari pak Enri, guru sejarah nya.

"Moskva" jawabnya mantap.

Suja mengangguk-angguk pelan, tangannya menyilang salah satu jawaban.

"Kalau yang paling terkenal dari St Petersburg apaan?" tanyanya lagi.

"Church".

"Nama church nya apa--".

"Ada Google ja, carilah" potong Seki merasa terusik.

Suja memajukan bibirnya "Pelit" gerutunya.

Tapi Suja tetap mengeluarkan ponselnya, mencari jawaban sendiri. Butuh lima belas menit lagi hingga Suja menyelesaikan tugas tambahannya. Nilai Suja paling buruk berada di sejarah, padahal dia mengambil jurusan IPS. Saking buruknya nilainya tidak pernah menyentuh angka 20, yah walaupun pelajaran yang lain sebelas-dua belas. Jadilah Suja harus mengerjakan tugas tambahan, apapun itu yang penting nilainya bisa naik, tentu saja Suja dipaksa.

"Duh laper, kantin yuk!" ajak Suja menarik lengan Seki.

Suja memesan mie ayam kesukaannya, sedangkan Seki memilih mengambil beberapa bakpau.

"Gua yakin itu rasa stoberi" tebak Suja, melihat Seki yang hendak memakan salah satu bakpaunya.

"Sok tau". Seki sedikit mengintip isi tengahnya, tebakan Suja benar, itu stroberi.

Suja tersenyum tipis,
"Insting bro" ucapnya bangga.

"Pake tu insting buat ngerjain soal" canda Seki.

"Ampun suhu" tanggap Suja tidak tersinggung.

Suja mengangkat kaki kanannya keatas bangku, siap menyantap mie ayam yang menggoda selera.

"Turunin kakinya" tegur Seki.

"Biar cepet kenyang ki" jawab Suja.

Seki mengerutkan keningnya bingung, tidak paham.

"Lo pasti nyesel pacaran sama gua, Bodoh, banyak tingkah terus--" cerocos Suja dipotong oleh Seki dengan sebuah bakpau utuh dimasukkan kedalam mulut Suja, membuat Suja susah payah mengunyahnya.

"Pertama, gua gak pernah nyesel pacaran sama lo, it's my choice. Kedua, gak ada yang namanya bodoh atau pintar adanya cuma malas atau rajin. Kalau masalah yang terakhir gua angkat tangan."

Suja menyengir lebar, padahal dia cuman iseng tidak ada topik.

"Panggilan kepada saudara Asura Janaka, Asura Janaka diharapkan kedatangannya di ruang guru sekarang juga, Pak Enri menunggu. Sekali lagi..." pengumuman itu terdengar lantang diseluruh penjuru sekolah.

"Apasi, lagi istirahat juga, ganggu!" gerutu Suja.

"Mau ditemenin?" tawar Seki.

"Gak usah" jawab Suja masih kesal.

Sedikit ku jelaskan, namanya Pak Enri, seorang guru sejarah, umurnya sudah menyentuh setengah abad yang sialnya harus mengajar Suja. Makin cepat sudah penuaannya.

"Ada apa pak?" tanya Suja enggan basa-basi.

Pak Enri melepas kacamatanya, menatap tajam Suja.

"Saya rekomendasikan kamu untuk pindah jurusan" ucapnya.

Suja menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. "Anu... bukannya gak mau pak, tapi ini udah jurusan terakhir saya."

Pak Enri mengerutkan keningnya yang memang sudah berkerut.

"Awalnya saya di IPApindah ke sastra sekarang IPS pak" lanjut Suja.
Pak Enri mengusap rambutnya yang mulai memutih, kalut sudah urusan ini.

"Pekan nanti kamu datang ke rumah saya."

"Eh ngapain pak? mau dijodohin ama anak bapak? Gak dulu deh pasti mukanya sebelas-dua belas ama bapak, saya juga masih sama Seki pak" ucapnya asal.

Pak Enri memelototi Suja.

"Bisa mati muda anak saya nikah sama kamu". Suja hanya cengengesan mendengar nya.

"Dah pokoknya datang saja, nanti saya share loc lewat WA".

"Oke pak..." jawab Suja setengah hati.

Enak aja! hari libur pak, libur!

Protesnya dalam hati. Suja mendengus kesal, meninggalkan ruang guru tanpa pamit.

🐶🐶🐶

suja

seki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

seki

seki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sujana : Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang