02 - Selena

73 11 11
                                    

HAPPY READING

***

Nara mengeringkan rambutnya menggunakan handuk putihnya. Setelah dua menitan, laki-laki itu berdiri dan memperhatikan wajahnya di cermin. Di rasa cukup, laki-laki itu meraih sikat gigi dan pasta gigi lalu mulai menggosok giginya.

Nara yang sekarang berbeda dengan Nara empat tahun lalu. Nara yang sekarang tak lagi mengenal kata takut dan ragu. Nara yang sekarang sudah bisa mengambil keputusannya sendiri tanpa meminta pendapat orang lain.

Belum lama laki-laki itu menggosok giginya, sosok seorang perempuan dengan rambut yang juga masih basah masuk dan berdiri di samping Nara. Perempuan itu juga mengambil sikat dan pasta giginya. Tidak ada pembicaraan sampai keduanya selesai menggosok gigi.

"Morning," sapa perempuan itu.

Nara tersenyum tipis, "Morning."

Laki-laki itu meletakkan punggung tangannya di dahi perempuan yang kini berada di hadapannya.

"Masih demem?" tanya Nara.

Perempuan itu menggeleng, "Udah enggak. Thanks, Nar."

Nara mengangguk, "Don't mention it."

Mereka berdua keluar dari sana lalu segera duduk di meja makan yang berada di apartemen itu. Nara duduk santai sambil menggulir layar ponselnya, sedangkan perempuan itu langsung sibuk di dapur dengan handuk yang masih melekat di bahunya.

"Nar, menurutmu nanti enaknya kita satu tim ke pantai nggak?" tanya gadis itu.

Nara meletakkan ponselnya dan menatap gadis yang sedang menatapnya itu, "Menurut kamu gimana?"

Gadis itu berpikir sebentar, "Kayanya seru, sih..."

Nara mengangguk menyetujui.

"Kamu nggak capek?" tanya gadis itu.

"Baru juga bangun, Sel," sahut Nara.

Ya. Selena.

Ini tahun ketiga mereka tinggal bersama. Satu tahun pertama Nara berada di New York, laki-laki itu memutuskan untuk tinggal bersama dengan Riko. Tapi Riko bilang, dia akan menyewa apartemen sendiri. Dirinya merasa tidak enak jika Anchilla terus mengganggu Nara ketika Nara sedang bekerja.

"Ya kan abisnya kemaren kamu tidur malem. Aku nggak expect kalo kamu bakal bangun sepagi ini," kata Selena.

"Gara-gara siapa?" tanya Nara yang kembali menatap layar ponselnya.

"Aku hehe," jawab Selena lalu tertawa kecil.

Nara hanya diam lalu meletakkan ponselnya di meja makan. Laki-laki itu memutuskan untuk berjalan ke dapur menyusul Selena dan melihat apa yang sedang gadis itu masak untuk sarapan hari ini.

"Gak ada kopi ya pagi ini," peringat Selena.

Nara berdecak sebal.

"Mau masuk rumah sakit lagi kaya tahun lalu?" ancam Selena.

"Sel, aku bisa atur dosisku sendiri," ucap Nara.

Selena menggeleng, "No. Kamu nggak bisa. Terbukti selama di New York kamu udah bolak-balik masuk rumah sakit."

Nara hanya berdiri dan diam mengamati Selena. Kalau boleh jujur, Nara benar-benar mengakui bahwa Selena sangat cantik. Gadis itu juga punya aura positifnya sendiri. Dan yang lebih lucu lagi, gadis itu berhasil menjaganya.

Lebih berhasil dari Kevin.

"Sel," panggil Nara.

Selena berdeham.

MatchalatteWhere stories live. Discover now