"bunda..."
Jaemin terbangun mendapati rumahnya kosong, ia tidak melihat ayah dan bundanya.
"Kosong sekali.. ayah pergi kerja mungkin, tapi bunda kemana?" Jaemin bergumam, bertanya pada kekosongan rumah nya.
"Aku sendiri???"
"Huh, mungkin pergi, tapi kemana yatuhan"
Jaemin mengernyit saat melihat meja makan, hanya ada roti dan selai.
"Apa apaan ini, biasanya saat mereka semua pergi akan ada banyak makanan disini" Jaemin mengambil selai dan mengoleskannya keroti. "Dingin sekali" ucap Jaemin saat melihat kearah jendela, angin lewat menyebabkan pohon tetangga depan rumahnya bergoyang.
Jaemin berjalan kearah jendela tersebut, memperhatikan rumah tetangga nya.
"Kosong..?"
Jaemin mulai menyadari sesuatu.
"Kenapa tidak ada yang lewat? Knp tidak ada yg lari pagi? Aneh."
Dengan cepat ia habiskan rotinya, lalu kembali ke lantai dua, kamarnya. Jaemin lalu mengambil handphone nya, berniat menelpon sahabatnya— Lee haechan.
Sembari menunggu telfon nya diangkat, jaemin memperhatikan kamarnya, ntahlah jaemin merasa aneh.
"Tidak diangkat? Tumben.."
Jaemin mengambil sweater nya, berjalan menuju pintu utama rumah nya, berniat untuk jalan santai.
"Sepi, semua orang pergi? Tidak mengajakku?"
Jaemin berjalan jauh, ia berhenti saat melihat sebuah mobil yg seperti habis kecelakaan. Berniat membantu tapi jaemin tidak melihat siapa siapa didalam mobil itu. Jaemin mulai yakin, dia sendiri di tempat ini. Jaemin berlari, melajukan gerak kaki nya melihat sekeliling yang sangat sepi.
"AAAAAAAAKHHHHHH "
...
"TIDAK ADA YANG MENDENGAR KU!?!?"
Saking jauhnya berjalan, Jaemin tidak tau sekarang dia dimana.
Untung masih ada sinyal, Jaemin bisa mengetahui arah pulang kerumahnya.
"Aku sudah berjalan sejauh ini, tapi tidak ada satupun orang!?"
Jaemin merasa pusing, ia harus pulang.
"Bunda..."
"Bunda..."
"Jaemin mau ketemu bunda"
"Ayah bunda dimana?"
"Bahkan haechan juga pergi?"
"TUHAN, KESALAHAN APA YANG AKU LAKUKAN!?"
Jaemin terduduk di depan rumah nya, menangisi dirinya yang sendirian, tanpa ayah dan bundanya.
Jaemin adalah anak yang manja, ia selalu ingin bersama bunda nya, bunda adalah makhluk Tuhan yang paling ia sayangi. Walau tidak semanja saat ia bersama bundanya, Jaemin tetap menyayangi ayahnya, ayahnya selalu memberikan apa yg ia butuhkan, bahkan yang tidak Jaemin butuhkan pun diberikan. Dan yang terakhir sahabatnya- Lee haechan, Jaemin dan haechan sudah bersahabat sejak masih kecil, Jaemin tanpa haechan seperti sayur tanpa garam, karna haechan adalah orang yg sangat mengerti Jaemin, haechan yg pertama mendukung jaemin saat yg lainnya menentang dirinya.
Dan sekarang dia sendiri, tanpa ketiga orang yang sangat ia sayangi.
Jaemin memasuki rumah nya dengan lesu, berjalan kearah kamarnya dan merebahkan dirinya dikasur dan kembali menangis.
Jaemin menatap foto bunda dan ayah nya di handphone nya, foto saat ia dan keluarganya berlibur ketaman bermain. Hanya taman bermain dan mereka bahagia.
"Kalo nelpon bunda, dijawab gk ya"
Jaemin bingung, sebenarnya apa yang terjadi dengan dunia dan dirinya.
Jaemin berusaha mengingat apa yang terjadi sebelum ia tertidur, tapi yang muncul diingatan nya hanya momen lama yang muncul kembali.
Tanpa tersadar Jaemin tertidur, dengan doa berharap semua kembali normal saat matanya terbuka, dan kembali merasakan pelukan hangat sang bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone
FantasyHal yang pertama kali jaemin rasakan saat bangun adalah 'Kesendirian' Semuanya hilang, ia sendiri- didunia. Sebelum ia bertemu dengan pria bernama "Lee Jeno" ! JenoJaem ! salpak? pergi atau kusantet?