surat 20 taun lalu

2 0 0
                                    

Ayah hari ini hanya membawa ayam goreng di jalan. Dengan mata penuh emosi Ibu melempar ayam yang Ayah bawa.

"Bisakah kamu membawa yang lain, kata Hani dia bosan. Ah, bukan. Kamu masih belum mendapat gaji?" Alis Ibu mengkerut, mukanya memerah tampak melindungi Hani dan Rara.

Dua anak kesayangan Ibu, Keduanya ia lindungi. Sayangnya Hani, langsung memegang tangan Rara keluar dari rumah

"Rara, kita keluar mau engga?" Hani, kakaknya tampak meyakinkan dirinya. Tangan ia digengam kencang. Hani tampak kesal juga tapi tidak dengan aku.

Aku melihat raut muka Ayah. Matanya yang biasanya tampak biasa saja tapi baru kali ini, dia menangis.

"Bisahkan kamu bersabar? Baru minggu depan aku ah bukan, atasan aku baru memberikan gajinya, kenapa kamu selalu kesal dan melempar makanan untuk mereka?"

"Diam, kesal dan melempar? Kamu harusnya sadar. Mereka hanya makan ayam goreng saja, gaada kah selain itu?"
Ibu pergi dia masuk ke kamar. Tampaknya, Ibu mengeluarkan koper dari atas lemari.

"Mari kita cerai saja." Singkat ibu sambil melipat baju bajunya. Tatapan Ayah langsung memerah.
"Apa?"

"Hani, Rara kalian pilih Ibu atau tinggal disini dengan Ayah?" Hani langsung memeluk aku. Aku terpejam pada ayam goreng Ayah yang dijatuhkan di lantai.

Hani langsung memegang tangan Ibu. Kakanya langsung setuju dan mau ikut dengan Ibu.
"Rara mari ikut denganku dan Ibu. Kata Ibu nanti hidup kita akan bahagia bukan Bu?" Senyum Hani yang tampak senang dengan persetujuan itu.

Disaat lusa lalu, Ayah menjemput aku di sekolah. Karna, Hani berbeda sekolah mau tidak mau Ibu yang jemput Hani. Dan Ayah yang menjemputku
"Ayah?"

"Iya nak?" Suara Ayah tampak lelah, suara nya tampak makin hilang.
"Apa jadi orang dewasa yang berkerja susah?" Aku sambil memakan batagor di depan sekolah. Bumbunya jatuh ke baju sekolahnya, menempel dan berbekas.

Ayah bernafas panjang dan kencang, "Tidak, jika kamu bisa mengatasinya. Sama seperti bumbu batagor ini yang jatuh di seragam kamu, Rara. Jika kamu berusaha dan sabar pasti kamu akan bisa menghilangkan noda itu tapi, jika kamu tidak sabar dan malas tidak mencucinya. Noda ini tidak akan hilang, selamanya akan begitu dan menjadi tampak tidak menarik!"

Rara memegang tangan Ayah. Hari ini, hari tanpa Ibu dan Kak Hani. Rumah tampak sepi dan Ayah sedang menghafalkan presentasi proyeknya.
"Ayah sini biar aku pegang!"

Aku memegang laptop Ayah. Dan Ayah tampak bebas berkeliling kesana kemari karna kata dirinya hafalan ini akan berhasil.
"Rara, nanti setelah presentasi ini selesai. Mari kita ajak pulang lagi Hani dan Ibu. Kamu rindu bukan? Kamu pasti senang jika kamu pilih Ibumu"

Mukanya tampak murung saat kalimat terakhir ini terpaksa ia sebut. Ayah langsung menyelangnya dan memberikan mangkok bubur untuk makan pagi ini.

"Kalo kamu ikut dengan Ibumu pasti makan pagi ini dengan sop daging kesukaanmu... Bukan dengan semangkok bubur..."

Aku hanya memegang laptop Ayah.
"Tidak apa Ayah, ini juga keputusan aku juga tinggal dengan Ayah. Aku tidak akan pernah menyesal tinggal dengan Ayah. Lagi pula, aku juga senang bubur ini enak, dan Ayah juga hari ini bisa sarapan pagi lagi!"

Ayah langsung makan suapan pertama nya. Dia memegang tanganku dengan hangat. Matanya penuh dengan rasa gugup dan aku tahu itu.

"Rara, besok kita akan bawa Ibu dan Hani pulang ya!" Tekad Ayah sangat tinggi. Dia tampak menghafal presentasi nya dengan sungguh sungguh dan giat hari ini.

"Rara, Ayah berangkat dulu ya! kalau Ayah siang belum ada di depan sekolah tunggu saja di Halte bus! Mari kita makan ayam goreng sebagai ganti kemarin."

Ayah mengunci tas nya. Dia pergi dan menyebrang jalan raya. Kebetulan, lampu merah saat itu menyala. Tapi tidak setelah beberapa detik kemudian.

Ayah terbaring di jalanan. Motor itu mengebut dan menjatuhkan berkas berkas Ayah dan juga badannya.

"Pak? Pak? Tolong sadar?"

Aku melangkah cepat ke arah Ayah. Wajahnya penuh dengan darah. Dia tidak sadar.

Dimana tepat sebelum hari Ibu cerai dengan Ayah. Muka Ayah kucal penuh dengan perban dimana dimana.

"Ayah mengapa wajah kamu begitu?"
"Ini jatuh, tidak apa apa lagi pula tadi Ayah saat naik bus tidak sengaja mengijak ka.."

Memegang tangannya, tangannya juga sama di perban olehnya "Ayah berantem?" Ayah hanya mengelak penuh perkataan ku.

"Pekerjaannya sulit Yah?" Senyum palsu Ayah lamgsung menurun, dia menahan air matanya. Mencoba ingin menangis dan berkata perlahan padaku

"Sulit Nak, tapi tidak apa ini untukmu, Hani dan Ibu juga! Kamu akan mengerti dan paham ini saat umur 20-an."

*

"Nenek? kamu tau tidak, aku punya surat!" aku Senyum yang membaca kalimat pertama surat itu

'dari penggemarmu : Dion'

Ya, Hari ini aku tinggal dengan Nenek. 17 taun, Ayah meninggalkan aku. Lebih tepatnya, dia tenang disana. Tanpa beban dan tekanan?

Aku bertukar surat dengan Dion. Tapi sejak umurku yang sudah 17 taun. Dion berhenti mengirimkan aku suratnya.

"Nenek?" Aku menoleh ke jendela dan melihat kotak surat di depan jalan yang sudah berkarat.

"Iya cucu nenek yang cantik?"
"Dion sudah punya pacar bukan? Kenapa dia tidak mengirimkan surat penganggum itu lagi?"

Nenek menghempas nafasnya, tampaknya dia sedang sibuk dengan nastar buatannya. Nenek lalu tersenyum dan memegang pipi
"Rara, Dion mungkin sudah dewasa! Lagi pula, fokuslah pada pelajaranmu jangan terganggu olehnya!"

Di kamar aku akan mencoba menulis surat itu lagi, mungkin saja Dion malu mengirimkan surat itu lagi padaku.

'Dion? Hari ini ulang tahun mu bukan? Selamat ulang tahun, mimpi mu pasti terwujud! kalau kamu membaca ini, coba lihat ke atas ada pelangi, kamu pasti akan senang melihatnya.'

"Dion?" Lelaki sebayanya langsung memeluk aku. Kami akrab. Jelas kami teman sejak sekolah pertama.

"Sedang apa kamu disini, Dion? Aneh dan.. mencurigakan?" Tanya teman nya yang bingung. Sesaat aku langsung menutup mulutnya.

"Jangan bicara, Nenek itu bisa tahu aku nanti!"

Wajahnya pucat, menengok kanan kiri dan pergi meninggalkan kotak surat. Tentu aku membawa surat hari ini. Bisa dibilang aku lama sudah tidak membawa surat tulisan Rere.

"apa aku harus membalasnya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YOU'RE MENTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang