"Omma aku ga mau!" teriak Nana menggelar kala telinga nya mendengar penuturan sang ibu.
"Omma mohon sayang, ini cara satu satu nya untuk menyelamatkan perusahaan kita" pinta sang ibu lirih, melihat wajah sendu ibu nya Nana pun mencoba meredam gejolak emosi nya.
Nana pun menoleh ke arah ayahnya, yang tak jauh berbeda dengan sang ibu malah terlihat sangat kacau dengan gurat wajah yang begitu lelah, entah apa yang sedang terjadi dengan perusahaan ayah nya saat ini, yang pasti Nana sangat tidak menyetui perkataan sang ibu yang terdengar gila menurut nya.
Bayangkan saja ia di suruh menikah dengan lelaki yang sudah berumur tiga puluh lima tahun sedangkan ia baru saja mennginjak usia sembilan belas tahun tiga hari yang lalu. itu berarti usia mereka berbeda enam belas tahun. Nana tidak bisa membayangkan seperti apa si perjaka tua itu di usia nya yang sudah matang pria itu justru belum juga menikah.
"Kenapa harus aku?" pertanyaan bodoh, memang nya siapa lagi kalau bukan dirinya, memang nya dirinya punya kakak, ia saja putri tunggal. air mata yang sedari tadi Nana tahan pun akhir nya tumpah juga.
"aku.. aku bahkan baru lulus sekolah, aku juga ingin berkuliah" lanjut Nana sambil menyerka air mata nya.
melihat putri nya yang menangis Choi Nahee selaku ibu dari Choi Nana pun mengahampiri dan merengkuh tubuh mungil putri nya itu yang terisak pelan di dalam dekapan nya. "kau masih tetap bisa melanjutkan pendidikan mu sayang, kami akan merancang nya secara diam diam agar orang lain tidak tahu. lagi pula..." ada jeda di akhir kalimat sang ibu yang membuat Nana mendongkak melihat wajah sang ibu.
"lagi pula apa eomma?" tanya Nana dengan penuh wanti wanti, pasal nya raut wajah sang ibu nampak begitu ragu untuk meneruskan kalimatnya.
Nahee menarik nafas dan menghembuskan nya secara perlahan, tahu sekali jika ia melanjutkan perkataan nya putrinya ini pasti akan mengamuk, ia yakin sekali itu. Memandang putri nya dengan senyum yang meneduhkan Nahee pun mau tak mau melanjutkan kata katanya. "lagi pula persiapan pernikahan nya sudah 95persen siap, hanya tinggal menunggu dirimu untuk melakukan fitting baju pengantin nya."
"APA..! " Nana langsung berdiri dari duduk nya saking terlalu syok mendengar penuturan sang ibu. siapa yang tidak kaget jika ibu mu berkata bahwa persiapan pernikahan mu sudah 95persen tanpa sepengetahuan mu, di tambah lagi rencana pernikahan nya karna perjodohan.
"kenapa eomma dan appa tidak memberi tahu ku lebih dulu, aku saja belum menyetujui perjodohan nya, dan sekarang eomma bilang persiapan nya sudah 95persen. aku juga belum melihat wajah ajusshi itu." kesal, marah, kecewa semua berkumpul di kepala Nana. sebenarnya apa yang ada di pikiran orang tua nya ini, kenapa mudah sekali menyetujui pernikahan ini, apa mereka sudah tak sayang lagi dengan nya.
melihat Nana yang begitu marah Nahee menggapai tangan sang putri dan menarik nya untuk duduk kembali, mengelus rambut nya dan mencoba menenangkan nya. "sayang kita terpaksa melakukan nya, karna itu sudah ada di dalam surat perjanjian."
Nana mengerenyitkan dahi mendengar tuturan eomma nya ini. perjanjian? apa maksud nya.? sumpah demi apa pun Nana tak mengerti jalan pemikiran orang tua nya ini. kepala nya saja masih pusing memikiran masalah perjodohan sialan ini, sekarang tentang perjanjian, perjanjian apa maksud nya.
"perjanjian apa maksud eomma?"
Nahee melirik ke arah suami nya yang sedari tadi hanya diam tak mengeluarkan suara nya. "kau saja lah yeobbo yang menjelaskan nya, kau kan yang lebih mengerti" melihat tingkah orang tua nya yang saling melempar pandang Nana menjadi khawatir jika itu bisa membuat diri nya bersenam jantung kembali.