5. Lelaki bernama Rizal.

5 0 0
                                    

Pov Haikal

***

Hari ini aku mengajak Arumi jalan ke luar kota, sayang juga uang Arumi kalau tidak dipake berfoya-foya dari sekarang. Semalam aku tak pulang ke rumah karena memang Rizal suaminya Arumi tak ada di rumah.

Kami bebas menghabiskan malam bersama, hingga pagi ini Rosa meminta panggilan video. Gawat. Aku masih berada di kamar Arumi, bahaya kalau aku menerima panggilan video dari Rosa di sini. Semalam juga Rosa curiga ketika kami dengan berbicara lewat telepon tiba-tiba Arumi batuk-batuk. Untung saja aku cepat beralasan kalau itu suara Mumun pembantu Arumi yang baru saja mengantarkan kopi. Wanita sepolos Rosa pasti akan percaya.

Bergegas aku berjalan ke luar menuju pekarangan di dekat pos satpam lalu menghubungi Rosa menggunakan panggilan video. Rupanya Alfan sepagi ini sudah bangun dan rewel katanya. Dia kangen sama aku dan meminta aku untuk membelikan mainan seperti punya temannya. Itu urusan gampang, nanti aku akan meminta Arumi membelikannya. Dia pasti akan dengan senang hati menuruti keinginanku setelah aku beri sedikit sanjungan.

Pantas kalau Alfan kangen padaku, sebab sudah lebih dari satu bulan ini aku jarang pulang. Aku beralasan pada Rosa sibuk mengantar Arumi kesana kemari. Padahal aku hanya menemaninya di rumah seolah sudah menjadi suami istri dan sesekali memang keluar rumah untuk urusan pekerjaan Arumi dan juga bersenang-senang denganku.

Segera aku akhiri panggilan videonya, khawatir ketahuan Arumi. Bisa-bisa dia cemburu dan jatah uang rokokku akan tersendat. Apesnya, Rosa melihat piyama yang aku kenakan dan bertanya ini punya siapa. Aku bilang saja punya Dimas, satpam di rumah Arumi. Padahal piyama ini baru saja kemarin Arumi belikan bersama beberapa potong baju lainnya.

Pergi berdua dengan Arumi memang sudah biasa, hanya saja kali ini sudah diniatkan untuk bersenang-senang tanpa diselipkan urusan pekerjaan. Meski pun pada orang-orang alasannya untuk membeli keperluan salon kecantikan milik Arumi. Termasuk pada Rosa aku bilang seperti itu, lagi-lagi dia percaya.

Selama ini aku selalu membuat Rosa tak bisa menuntut macam-macam. Berbagai dalih yang masuk akal aku berikan. Rosa adalah perempuan yang ta'at beribadah dan mengerti kewajibannya sebagai seorang istri. Itu yang membuat aku tak mau melepaskannya. Aku tidak mungkin selamanya muda dan kuat, suatu saat jika kharismaku sudah tidak bisa memikat lagi kaum bergincu, maka Rosa adalah tempatku menghabiskan masa tua.

Aku juga ingin punya keturunan yang baik dan soleh, dan aku yakin Rosa bisa mendidik anak-anakku.

Biarlah sekarang aku menikmati masa-masa mudaku  dengan bersenang-senang. Berpetualang dari satu hati ke hati yang lain. Selain menghasilkan, ini sangat menyenangkan.

Selama kebersamaanku dengan Arumi aku memberikan bermacam alasan agar Rosa tak curiga dan tak mengangguku dengan menghubungiku. Aku yakin alasan apapun yang aku berikan Rosa akan percaya.

***

Cukuplah dua hari dua malam menghabiskan waktu bersama Arumi. Kapan lagi aku bisa merasakan tidur nyenyak di kamar hotel mewah dan makan di restoran mahal. Belum lagi memborong pakaian dan barang-barang branded lainnya dan berkeliling pusat perbelanjaan. Ternyata Arumi semudah itu aku manfaatkan hanya dengan terus menerus menyerangnya dengan kata-kata manis.

Arumi sempat menahanku ketika aku akan pulang dulu. Sepertinya dia cemburu karena aku akan menemui Rosa. Tapi dengan rayuan yang aku keluarkan akhirnya dia luluh.

"Kamu pasti kangen sama Rosa," rengeknya manja.

"Aku mau ketemu Alfan, itu saja. Kamu nggak percaya? Ya sudah, ayo ikut aku pulang!" ajakku berbasa-basi.

"Nggak lah, aku nggak mau ketemu Rosa."

"Aku cuma sebentar kok."

"Jangan nginep!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Asa Pada Serpihan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang