Empat

5 2 2
                                    

...

Aku menatap takjup melihat  gubug tempat biasa kami menghabiskan waktu, diubah menjadi pesta ulang tahun kecil-kecilan yang menurutku sangat luar biasa.

Ada lampu yang menjadi penerangan dimalam hari ini. Lampu itu menambah kesan cantik di sepanjang gubug. Andra sudah berdiri membawa kue berukuran sedang, diatasnya ada Lilin angka 14.

Aku benar-benar lupa hari ini ulang tahun ku, padahal kemarin lusa Andra sudah mengingatkan. Ini semua gara-gara masalah Andra!

Dari samping aku mendengar riuh tepuk tangan, aku pun menoleh dan mendapati Ibu, Ayah serta Nenek Andra datang. Mereka berpakaian rapi. Tersenyum bahagia.

"Astaga, ini semua kalian yang menyiapkan?," aku bertanya dengan berbinar-binar.

"Selamat ulang tahun, Sayang. Doa Ibu selalu menyertai mu," Ibu memeluk ku, seketika suasana menjadi sangat haru. Aku memeluk Ibu erat serta mengucap terimakasih.

"Anak Ayah sudah semakin besar, tetap menjadi anak kebanggaan Ayah, oke?" sekarang aku memeluk Ayah tak kalah erat. Suasana ini membuat ku ingin menangis, menangis bahagia.

Sekarang aku menatap Andra yang tersenyum tulus. Aku mendadak kesal karena seharian di buat kepikiran oleh nya. Andra menyerahkan kue nya kepada Ibu, lalu aku menghabur di pelukan nya.

"Kau pasti sengaja ya membuat ku seharian sedih?!"

"Apa kau tahu seharian otak ku hanya bisa memikirkan tentangmu, Hah?!"

"Kenapa kau jahat sekali! Aku takut! Aku takut kau marah dan meninggalkan ku! Kau tahu, kau adalah teman terbaikku!"

Aku menghujani dia dengan tangisan dan memukul-mukul dadanya. Ini terlalu berlebihan, Ndra! Aku sampai merasa pusing karena kau terus mengabaikan ku!

Andra memegang tanganku yang masih berusaha memukul nya, "Hey! Mengapa kau menangis? Seharusnya kau bahagia, Valent," Andra menghapus air mataku dan terkekeh.

"Kau jahat! Kau jahat! Aku marah padamu!"

"Selamat ulang tahun ,Valent ku sayang. Jadi anak baik ya? Jangan selalu menyebalkan," ucap Andra lalu mengecup cepat pipiku membuat aku merona.

Sekarang aku memeluk Nenek, menghujani ia kecupan kasih sayang. Aku sangat menyayangi Nenek Andra seperti Nenek aku sendiri.

"Cucuku sayang, kau sudah bertambah besar hem? Semoga cita-citamu kelak tercapai,"

Aku tersenyum berterimakasih pada Nenek.

Dor!

Semua orang terkejut mendengar suara itu. Itu suara tembakan pistol. Aku terkejut membelalakan mata melihat cairan merah yang mulai merembas pada kain baju Nenek.

"NENEK!" pekik ku keras.

Nenek batuk darah dan ia terjatuh di tanah. Aku memangku kepala nya. Histeris melihat Nenek terkena tembakan, entah siapa yang menembak yang lebih penting sekarang adalah Nenek.

"Hei! Jangan lari!" teriak Andra.

Dia berlari sangat kencang entah mengejar apa, pikir ku pasti ia mengecar pelaku yang menembak tadi.  Ibu dan Ayah langsung menghampiriku. Ayah menelpon ambulans. Sementara Ibu juga histeris melihat Nenek yang semakin kehilangan banyak darah.

"Nenek, bertahan Nenek. Ambulans akan segera datang," ucap ku lirih.

Tangan Nenek terangkat menghapus air mataku. "Valent..," ucap Nenek terbata-bata.

Aku semakin terisak melihat Nenek. Ya tuhan tolong selamatkan Nenek, tolong jangan ambil dia dari ku dan Andra ya tuhan.

"To.. long.. jaga.. An.. Dra untuk Nenek,"

ANDSWARIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang