22:40

36 5 4
                                    

Menggulung diri dalam selimut di atas kasur dengan layar laptop yang menunjukkan gambar kertas putih bersih tanpa coretan. Tatapannya menggambarkan perasaan marah, kesal dan pasrah, lengkap dengan latar suara alami yaitu suara hujan di malam yang sunyi. Alih-alih hiasan bola salju, tisu bekas mengelap ingusnya menjadi penghias di sekitar tempatnya duduk.

Sudah cukup dengan semua perasaan belum berani untuk mulai menulis. Berbagai ide yang terbang tertiup memori di hari yang baru sebelum dieksekusi sangat menyakitkan. Teringat mimpi semalam memang indah namun selalu lupa untuk ditulis bisa saja membalikkan keadaan.

Hei, kenapa kucing dikatakan memiliki sembilan nyawa?

Tawa kecil terdengar dari bibir mungilnya. Menertawakan jalan pikirnya yang menurutnya terkesan konyol dan tidak nyambung. Sambil menjatuhkan kepalanya ke bantal yang ada di sampingnya, dia menutup matanya, menghayati suara setiap tetes air yang jatuh dari langit dan menubruk tanah.

Lagi-lagi...

Sesuatu yang tidak masuk akal terpikirkan olehnya.

Drown In The Deep Daydream.

Bahkan tulisanku sekarang, hanya khayalannya semata.

•~•

Drown In The Deep DaydreemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang