Menggulung diri dalam selimut di atas kasur dengan layar laptop yang menunjukkan gambar kertas putih bersih tanpa coretan. Tatapannya menggambarkan perasaan marah, kesal dan pasrah, lengkap dengan latar suara alami yaitu suara hujan di malam yang sunyi. Alih-alih hiasan bola salju, tisu bekas mengelap ingusnya menjadi penghias di sekitar tempatnya duduk.
Sudah cukup dengan semua perasaan belum berani untuk mulai menulis. Berbagai ide yang terbang tertiup memori di hari yang baru sebelum dieksekusi sangat menyakitkan. Teringat mimpi semalam memang indah namun selalu lupa untuk ditulis bisa saja membalikkan keadaan.
Hei, kenapa kucing dikatakan memiliki sembilan nyawa?
Tawa kecil terdengar dari bibir mungilnya. Menertawakan jalan pikirnya yang menurutnya terkesan konyol dan tidak nyambung. Sambil menjatuhkan kepalanya ke bantal yang ada di sampingnya, dia menutup matanya, menghayati suara setiap tetes air yang jatuh dari langit dan menubruk tanah.
Lagi-lagi...
Sesuatu yang tidak masuk akal terpikirkan olehnya.
Drown In The Deep Daydream.
Bahkan tulisanku sekarang, hanya khayalannya semata.
•~•
KAMU SEDANG MEMBACA
Drown In The Deep Daydreem
Short StoryHei semua ide-idemu itu sangat menakjubkan! Benar-benar murni dari imajinasimu 'kan? Yeah, inspirasi bisa datang dari mana saja. Bahkan saat meminum teh pahit sambil memandangi rupamu yang manis pun, aku mendapatkan secercah cahaya untuk menghancurk...