Tentang si gadis, Jeana.

11 1 0
                                    

Halo(?)

Namaku Jeana Jenar Kemilau, usiaku 16 tahun. Aku adalah sulung dari 2 bersaudara. Orang-orang di rumah memanggilku Jenar, tapi berbeda lagi dengan teman-temanku di sekolah, mereka memanggilku Jean. Aku adalah seorang jomblo yang sedang tidak mencari cinta, ehehe bukan apa, tapi rasanya aku muak dengan dunia percintaan yang pelik.

By the way, aku sekarang murid kelas 2 di SMAN 7 Menteng. Sebenarnya sih, aku lahir dan besar di Bogor, tapi entah angin dari mana Ayahku tiba-tiba saja mengajak kami sekeluarga untuk pindah ke Jakarta. Kata Ayah, Ayah ingin merasakan hidup sebagai orang kota hahaha, padahal kita selama ini tinggal di Bogor Kota tapi tetap saja Ayah merasa, Jakarta adalah kota yang sesungguhnya.

Dari keinginannya ini lah, Ayah akhirnya memutuskan kami sekeluarga untuk pindah dan menetap permanen di Selatan Jakarta. Aku dan Nadia (adikku) pun mau tak mau menuruti keinginan Ayah, pindah sekolah, memulai kehidupan dan pergaulan baru di lingkungan rumah dan sekolah yang baru. Untungnya, aku dan Nadia bukan tipe anak pendiam yang tidak mudah bergaul dengan orang-orang baru. Jadi, meski kami masih sedikit asing dengan keadaan yang sekarang, tapi kami mampu beradaptasi dengan cepat dan mendapat teman-teman baru yang baik dan seru. Hehehe

Tok, tok, tok.
"Teh, udah beres belum? ini adikmu loh nungguin kamu, dia ada jadwal piket di kelas katanya". Mama teriak di balik pintu kamarku yang sengaja ku tutup.

"Belum Ma, aku masih agak lama kayanya. Nanad suruh jalan duluan aja, nanti aku minta nebeng sama Ekal". Aku menyauti Mama.

"Kamu nih, kasian Haekal jemput kamu hampir tiap hari loh teh".

"Gak apa-apa Ma, Ekal mah seneng ditebengin aku, haha".

"Ai kamu, yaudah tapi kamu jangan lama-lama ya, udah mau jam setengah 7 ini". "hmm" Aku hanya bergumam untuk menimpali perkataan mama.

Sudah pukul 6:25, tandanya 15 menit lagi bel sekolahku akan berbunyi. Aku sungguh lupa akan macetnya jalanan Jakarta di pagi hari, "haduuuh telat ini mah kalo gak buru-buru" aku mendumal sambil bergegas turun ke bawah. Ekal pun sudah menunggu ku di teras rumah. Aku lalu pamit pada Mama yang sedang menaruh bekal makan siang untukku di totebag.

"Ini mama lebihin sekotak nasi gorengnya buat Haekal, jangan lupa kamu kasih ya". Aku hanya mengangguk, si Ekal pasti girang deh ini.

"Kaaaal, aduh sorry ya lo nunggu lama, gue tadi bangun kesiangan". Aku menghampiri ekal di teras.

"Yaelah, kaga apa-apa jen, udah ayo kita jalan sekarang, ntar telat". Sahut ekal yang langsung bergegas menghidupkan mesin motornya.
Aku lalu duduk di motor dan menepuk pundak ekal seraya berkata "Berangkaaaat". Lalu kita berdua tertawa.


Si Ekal nih anak betawi yang cakepnya gak ketulungan (kalo kata Mama Jeana), lumayan hits juga di sekolahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Si Ekal nih anak betawi yang cakepnya gak ketulungan (kalo kata Mama Jeana), lumayan hits juga di sekolahnya. Hihi!

bersambung~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kita & Luka. (Doy, Jennie, Ty) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang