Journey melempar asal ponselnya ke atas kasur.
Ini masih pagi pertama di tempat tinggal yang baru namun mood-nya sudah hancur karena tidurnya tidak nyenyak, ditambah ponselnya kosong notifikasi.
Pria-pria yang kemarin masih menghubungi Journey, pagi ini lenyap. Menghilang bagaikan ditelan bumi.
"Semua pria sama aja. Mereka akan pergi jika sudah mendapatkan apa yang mereka mau. Oh God, i hate a man."
Journey mengulung rambut panjangnya hingga kelihatan seperti gulungan wol. Kemudian gadis itu mengambil handuk yang tersampir di atas kursi kayu.
Langkah gadis itu terhenti ketika menuju kamar mandi. Ada dua ekor tupai yang bermain di pohon apel.
Journey mengambil ponselnya dan memastikan suatu hal. Masih sama. Ini masih bulan Oktober. Musim gugur.
Akan tetapi, dua tupai disana tampak berkeliaran santai seperti di musim panas.
***
"Ibu dengar dari gurumu kau bolos sekolah lagi minggu lalu. Ada apa, Sunghoon?"
Kunyahan Sunghoon terhenti. Dadanya berdentum kencang.
"Seorang gadis, hm?" timpal Jean
Mata Sunghoon melebar, "Bukan."
"Jadi apa kalau bukan, Sunghoon? Pikirmu Ayah tidak tahu kau bolos sekolah dengan temanmu yang namanya Yeonjun dan pergi berkencan dengan gadis-gadis kalian."
"Ayah tahu darimana?"
"Dari Ayahnya Yeonjun."
Sunghoon mendesah kesal, "Katanya Paman Kim mau diam-diam saja. Kenapa dia katakan pada Ayah, sih."
Diantara ketiga anak keluarga Park, Jean yang paling senang menggoda adik-adiknya. Maka tak heran jika pria itu bertanya, "Bagaimana caramu menyatakan cinta pada gadis itu? Kau bersimpuh padanya, ya." yang langsung membuat pipi Sunghoon memerah.
"Ey, tidak perlu malu. Ayah dulu juga begitu. Cuma bedanya, Ayah berjuang sendiri tanpa meminta bantuan pihak ketiga."
Ibu menggelengkan kepala. "Jangan menggoda Sunghoon terus."
"Bagaimana caranya, Sunghoon? Sepertinya berhasil. Kau harus mengajari Kakakmu ini."
"Ibu, lihat Kak Jean."
Ibu langsung mencubit lengan Jean.
Seorang gadis bergabung dan duduk disebelah Jean. Gadis itu langsung mengambil sandwich yang tersisa dan menarik mendekat segelas coklat panas yang masih utuh.
"Hari ini mau Ibu antar?"
Kontan Sunghoon menggeleng.
"Astaga, Ibu. Kalau dilihat kekasihnya, Sunghoon bisa malu."
Mereka yang ada di meja makan tertawa melihat ekspresi Sunghoon. Termasuk Ibu yang tertawa sembunyi-sembunyi agar tidak membuat Sunghoon merasa terpojok.
"Kapan-kapan Ayah akan undang Tuan Kim dan Yeonjun kesini."
"Ide bagus. Kenalkan dia pada Journey, Ayah."
Journey keselek. Segera ia meminum coklat panasnya.
"Apa-apan sih, Kak." Journey menatap Jean tajam.
"Kenapa?" pipi Jean mengembung karena pria itu mengunyah roti. "Daripada kau terus menghamburkan uangmu kepada lelaki yang tidak jelas, lebih baik kau simpan. Tuan Kim itu kaya, lho."
Journey bergidik geli, "Dia teman Ayah, kan. Pasti usianya tidak jauh dari usia Ayah."
Setelah meletakkan cangkir kopi, Ayah berceletuk, "Awas kalau ketemu nanti kau suka."
KAMU SEDANG MEMBACA
10 Days Journey into the Universe
FanfictionIni adalah campur tangan alam semesta yang paling brengsek. Si mantan narapidana sekaligus seorang Ayah dari satu putra mengatakan jika dia dan Anaknya telah mencari ku selama lebih dari 10 tahun. Hei! Aku masih disini, dan kita hanya tidak bertemu...