Oktober

19 0 0
                                    


Hai, oktober ketiga yang ku kenal setelah mama, dan adik aku.

Kamu apa kabar?

Sepertinya jauh lebih baik dari yang terakhir aku dengar. Aku selalu berharap kamu tetap baik-baik saja walau aku tidak tau bagaimana isi pikiran dan bagaimana hati mu bersikap, aku akan tetap berharap semoga kehidupanmu terus baik-baik saja.

Aku dengar, kamu sudah bersiap menyelesaikan satu persatu jalan hidup kamu, ya? Selamat sudah menyelesaikan sidang proposal, walaupun aku tau kabar itu bukan langsung dari kamu, aku ikut senang, sangat.

Lucu, saat aku memaksa diriku untuk mulai membuka lagi kontakmu yang memang masih selalu tersimpan. Lucunya lagi keberanian itu muncul saat satu buku yang lewat di timeline twitter menarik perhatianku , buku yang dulu kita baca bersama. Ah bukan, buku itu kan memang punya kamu, dan aku yang tidak punya malu ini dengan seenaknya meminjam, menamatkannya dan membagi perasaan dengan kedok mereview ulang. Ah, dulu alasan yang membuat kita bisa bertahan dalam satu bahasan berjam-jam hanyalah buku, sepertinya. Kalau sekarang, beberapa pesan saja sudah akan berakhir dengan centang dua berwarna biru, selesai tanpa pembahasan lebih lanjut.

Andai kamu tau, oktober. Chat itu jika ku baca ulang membuat aku malu, betapa berusahanya aku menanyakan, "Buku Tere-Liye yang Tentang Kamu, dulu itu punya kamu gak sih?"

Aku sudah tau jawabannya sebelum kamu membalas, iya itu memang punya kamu.

Lagi-lagi, buku ku jadikan kedok. Andai kamu tau, ucapan selamat sudah sidang sempro! Itu ku tulis dengan sungguh, tidak bersembunyi di balik kata by the way. Aku benar-benar ikut senang jalan mu mulai terlihat rampung walau bukan berarti selesai seutuhnya.

Aku tau, balasan kamu sudah tidak seramah dulu. Sudah tidak ada lagi humor yang berusaha kamu selipkan dalam tiap balasan kalimat-kalimat ku. Tidak apa, dunia berubah pada masanya, dan begitu pula pada kita.

Sudah lama sekali ya? Aku minta maaf, mungkin kerenggangan ini karena aku yang menciptakan jarak. Atau memang kamu yang tidak terpengaruh apa-apa, ada atau tiadanya aku. Dulu kamu percaya, kalau aku bisa menulis  dengan harapan dan mimpi memeluk sebuah buku akan terwujud. Aku beterima kasih atas itu, karena kamu salah satu alasan aku kembali memulainya lagi, memulai kegiatan yang sudah ku tunda dari 3 tahun yang lalu. Walaupun mimpi yang kamu harapkan dulu belum terwujud.

Baiklah, cukup, jangan terlalu lama mengenang masa lalu.

Bahagia selalu, oktober ketiga yang ku kenal setelah mama dan adikku.

Tulisan ini ditulis setelah mendengar sendunya cerita Biru dalam podcast rintiksedu . Seperti kata Biru, "Manusia dilahirkan lewat pertemuan untuk menghasilkan pelajaran dan kenangan."

OktoberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang