Mata

22 1 0
                                    


Arin pov

Tak terasa sudah seminggu aku menjalani hari-hari sebagai maba. Ternyata kuliah tidak se seram yang kupikirkan pada saat SMA, justru kuliah terasa lebih santai karena tidak harus memakai seragam formal seperti sekolah biasanya. Dosen yang mengajar pun beraneka tipe seperti guru di sekolah dulu, dari yang paling asik sampai paling menyebalkan.

Karena datang terlalu pagi, aku mampir ke toilet kampus untuk sekedar memastikan ulang penampilanku hari ini. Saat sekolah dulu aku tidak begitu peduli dengan penampilan, karena menurutku semuanya sama-sama memakai seragam jadi tidak ada bedanya satu sama lain. Namun semenjak menjadi mahasiswi pandangan tersebut berubah, terutama setelah melihat teman-teman yang lain sangat memperhatikan penampilan mereka masing-masing.

Di bayangan cermin terpantul sosok diriku, memakai overall motif kotak berwarna cokelat se lutut, kaos lengan pendek hitam sebagai dalaman, dan sepatu model oxford hitam. Setelah memperhatikan baju, ku alihkan perhatian pada bagian wajah. Make up tipis yang telah ku poles dari rumah masih bertahan tanpa cela sedikit pun, aku merasa puas dengan beberapa produk yang sedang ku gunakan dan berencana akan membeli ulang ketika sudah habis.

"Nama lu Arin bukan?" suara seseorang yang baru keluar dari salah satu bilik kamar mandi membuatku spontan menoleh.

"Ah iya" jawabku sambil tersenyum.

"Inget gue kan?"

Aku berpikir sejenak untuk mengingat namanya. Agak sedikit sulit karena aku jarang melihat wajahnya di kelas.

"Wait, lu Zara bukan sih?" tanyaku memastikan.

"Ih bener! Lu merhatiin orang-orang di sekeliling juga ternyata" jawab Zara lalu berjalan menuju sebelahku untuk merapikan rambutnya di depan cermin.

"Emang gue kelihatan cuek banget ya?"

"Enggak juga sih, cuma di mata gue lu kaya polos banget gitu mukanya hehe"

Aku telah biasa mendengar pernyataan ini, sejak aku dilahirkan hingga sekarang semua orang termasuk kedua orangtua ku selalu berkata bahwa wajahku terlihat polos.

"Hari ini duduk di sebelah gue yuk, di barisan belakang"

Memang seminggu kemarin aku selalu duduk di barisan depan karena ingin fokus pada mata kuliah yang diberikan, tapi tak ada salahnya juga mencoba duduk di barisan belakang.

"Boleh"


---


Di kelas yang sudah agak ramai, aku mengekor pada Zara menuju tempat duduk di barisan kedua dari belakang. Aku agak gugup karena merasakan vibes yang berbeda dengan sebelumnya. Dari tempatku sekarang, dapat terlihat dengan jelas semua mahasiswa yang duduk di depanku. Pantas saja aku jarang melihat Zara, karena aku malas sekedar menengok ke belakang untuk melihat wajah teman-teman yang lain.

"Gimana? Asik kan duduk disini?" Zara membuyarkan tatapanku yang sedang menatap sekeliling kelas.

"Asik kok, tapi takut ngantuk" aku tertawa.

"Kalo nanti ngantuk makan permen aja. Nih gue ada banyak buruan pilih" tangannya menyodorkan beberapa permen beraneka rasa dan warna. Aku mengambil yang berbungkus hijau karena rasa melon adalah kesukaanku.

Let Me InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang