Setelah bertemu dengan Tiara, Maura kembali pulang tetapi saat ia akan menunggu bus Maura melihat seorang anak kecil berada di tengah jalan ingin mengambil bola tetapi kedua matanya hampir akan keluar saat ia melihat sebuah mobil mewah sedang mendekati ke arah anak itu. Maura jelas panik dan segera menolong anak itu dengan menarik anak itu ke sisi jalan dengan Maura yang melindungi anak kecil itu.
"Kau tidak apa apa?" tanya Maura meringis ngilu tetapi anak kecil itu malah menangis dan Maura pun mencoba menenangkan anak kecil itu tetapi kedua mata nya melotot sat tahu siapa orang yang akan menabrak anak kecil itu adalah orang yang Maura sangat kenal.
"Arka." lirih Maura menatap Arka yang menjulang tinggi. Pria itu menatap sekilas kearah Maura yang masih terduduk. Arka berjongkok lalu meminta maaf kepada anak kecil itu dan ia lega melihat tidak ada luka atau memar di tubuh anak kecil itu. Anak kecil sudah tidak menangis lagi dan pergi meninggalkan Maura dan juga Arka.
"Kau tidak apa-apa?" bariton itu entah kenapa membuat Maura berdebar. Rasa sakit di area tangan dan punggung nya seketika lenyap mendengar suara berat Arka.
"Aku.. Aku baik-baik saja." balas Maura tergagap tetapi Arka terus menatap Maura membuat gadis itu salah tingkah. Arka mengambil tangan Maura dan menekan nya membuat Maura meringis sakit.
"Aw.. Sakit.." lirihnya dan Maura mendapat tatapan sinis dari Arka.
"Apa ini yang kau sebut baik baik saja?" sinis nya dan Maura hanya bisa menunduk malu mendengar itu semua. Ia hanya tidak ingin membuat Arka merasa bersalah. Itu saja.
"Maaf. Aku hanya tidak ingin kau merasa bersalah." Maura berkata pelan kemudian Arka bangkit dan menyuruh Maura untuk berdiri. Maura menuruti apa yang Arka katakan tetapi Maura terkejut saat mendengar Arka akan mengantarkan nya ke rumah sakit. Jelas saja Maura menolaknya karena keadaan nya tidak separah itu, lagipula ia juga tidak ingin berduaan dengan Arka sebab itu tidak baik dengan jantung nya.
"Sungguh aku tidak apa apa. Nanti juga akan sembuh dengan sendirinya." Maura tetap menolak. Arka mendelik tajam kearah Maura karena Maura masih saja keras kepala seperti dulu sewaktu SMA.
"Tidak berubah. Masih keras kepala seperti dulu." tiba tiba saja perkataan itu meluncur dari bibir Arka. Maura sendiri mendengar nada mengejek dari Arka dan Maura hanya menundukkan kepala nya. Maura bukan nya keras kepala hanya saja cinta nya masih sangat besar kepada Arka jadi ia tak mau berdekatan dengan Arka yang sekarang sudah menjadi kekasih sahabat nya Aline.
"Itu tidak benar. Aku sudah berubah." bantahnya tetapi Arka mendengar nada tidak yakin saat Maura mengatakan itu.
"Baiklah. Aku akan mengantarkan mu dan tidak ada penolak kan." tegas Arka kemudian ia memasuki mobilnya menunggu Maura untuk masuk. Maura terdiam sejenak memikirkan apakah ia harus ikut atau tidak tetapi sungguh seluruh badan nya saat ini terasa remuk karena dari pagi sampai sore ia terus bekerja dan tadi ia menolong anak kecil itu sampai membuat tangan dan punggung nya sakit.
Tin.
Maura tersentak mendengar bunyi klakson dari Arka. Setelah berpikir sejenak akhirnya Maura menerima ajakan Arka, tidak ada salahnya bukan? Hanya mengantarkan nya pulang karena tanggung jawab Arka yang membuatnya sakit. Benarkan. Saat memasuki mobil Maura merasa merasa kikuk karena berduaan dengan Arka. Di sepanjang jalan Maura hanya diam tidak mengatakan satu patah katapun karena ia harus menetralkan jantungnya yang berdebar. Maura juga bingung harus memulai pembicaraan apa dengan Arka karena ia melihat Arka begitu serius saat menyetir semakin menambah ketampanan pria itu.
Ya Ampun! Maura sadarlah bahwa Arka adalah kekasih Aline sekarang!
"Kau menjadi pendiam sekarang, heh." sindir Arka membuat Maura meringis malu karena ia pun merasakan hal yang sama. Entah kemana pergi nya Maura yang dulu yang sering banyak bicara dan banyak tingkah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terdalam
ChickLitNovel Hurt Love & Hate. Arkatama Javierro adalah pria pertama yang membuat Maura Aldavino, primadona sekolah, terpesona hingga tergila-gila. Tak peduli seberapa sering Arka menolaknya, Maura tidak mengenal kata menyerah. Dengan semangat yang mengge...