From 1

41 2 2
                                    

Senyumnya terus terukir meskipun terik cahaya matahari menyorot tempatnya berdiri tegak ditengah lapangan basket yang sudah penuh dengan lautan siswa yang mengikuti kewajiban di senin pagi selama satu jam penuh.

Ekor matanya fokus memperhatikan ketiga petugas paskibra, terutama laki-laki tegap yang tidak terlalu tinggi yang sedang mengerek tali bendera. Ia seperti tidak ingin melewatkan satu detik pun gerak-geriknya.

Napasnya berembus asal dan tangannya menepis keringat yang mengalir di pelipisnya. Tangannya sudah terangkat untuk hormat sesuai aba-aba, dan akhirnya setelah bendera merah putih telah bertengger apik dipuncak tiang, Ia menurunkan tangannya lega.

Seperti siswa yang lainnya Aylina putri Rahayu juga sering bete saat mendengarkan informasi yang itu-itu saja yang diulang oleh pembina upacara. Bukan karna panasnya terik matahari tapi cara penyampaiannya yang begitu malas untuk didengar, ditambah hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur kenaikan kelas.

Aylina menghempaskan topi yang dipakainya selama upacara berlangsung, kakinya melangkah memasuki kelas dan menuju tempat duduknya sendiri. Ia sedikit menyunggingkan senyum untuk teman satu mejanya yang belum begitu Akrab.

"Aylina yang dulunya anak IPS 3 itukan? Gue Fara semoga Lo bisa jadi partner satu meja gue ya" sembari membenarkan dasi yang sudah tak rapih, seorang cewek didepan Aylina itu menjulurkan tangan.

Aylina tersenyum, kedua alis cewek sebayanya itu terangkat sambil menunjukan jejeran giginya, tak lama Aylina menjabat tangan teman satu meja yang notabenenya bernama Fara.

Sulit bagi Aylina untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru, jangankan berbicara dengan lawan jenis berbicara dengan sesama jenis seperti Fara saja Aylina begitu akward.

Tidak ada jam pelajaran pertama setelah upacara berlangsung, bukan karna gurunya yang malas untuk mengajar tapi mereka memaklumi dan memberi kesempatan untuk semua muridnya beradaptasi dengan perubahan kelas dan terutama membersihkan kelas yang sudah tidak terurus selama liburan berlangsung.

Aylina meninggalkan kelas setelah tugasnya selesai menyapu kelas, Aylina berhenti di daun pintu kelasnya lalu menoleh kearah kiri dan yang dia lihat hanya Aldian. Sosok cowok tegap dengan baju yang dikeluarkan. Tangan kanan nya terangkat menyapa dirinya, jejeran giginya terlihat oleh Aylina, tanpa berkata satu kata Aylina menghampiri Aldian.

Aldian bisa melihat bagaimana gadis itu menghampirinya dengan sumringah.

"Udah lama banget gak ketempat tongkrongan kita ya" Aldian mensejajarkan langkahnya dengan Aylina.

"Sok sibuk banget si Lo" sindir Aylina yang berhasil membuat Aldian terkekeh.

Aldian Saputra, sudah tidak asing lagi bagi Aylina. Tidak se-akward bicara dengan orang lain. Karna seorang Aldian adalah sahabat yang Aylina punya satu-satunya saat ini. Bukan 1 tahun atau 2 tahun mereka kenal, tapi 12 tahun terjalin lamanya persahabatan mereka berdua.

Aldian menghembus napas beratnya lalu menghempaskan pantatnya di pot besar yang terbuat dari keramik yang berisikan pohon beringin besar yang ada di sekolahnya. Diikuti oleh Aylina, keduanya terdiam sebelum Aldian meraih earphone dan dipasang dikedua daun telinganya.

Aylina berdecak kesal lalu melepaskan earphone yang digunakan Aldian.
"Biarin gue tenang sebentar aja ay" Protes Aldian melirik Aylina dengan mata sipit khasnya.

FROM ARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang